Labuan Bajo, NTT (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya menyatakan kementeriannya mengapresiasi pihak yang menggagas gerakan ekonomi sirkular di Pulau Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

"KLHK mengucapkan terima kasih, khususnya untuk PT Tirta Fresindo Jaya yang tidak hanya berproduksi dengan menggunakan bahan plastik, namun juga berinovasi memperlihatkan rasa tanggung jawabnya dengan beragam inisiatif, khususnya tentang pengelolaan serta pemanfaatan sampah plastik," katanya dalam video singkat yang diputar saat acara Gerakan Ekonomi Sirkulasi di Pulau Komodo di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Rabu, (7/10).

Dalam video singkat berdurasi sekitar lima menit itu Menteri LHK menyatakan bahwa pemerintah mendukung penuh partisipasi para penggagas konversi sampah menjadi material yang memiliki manfaat berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungannya.

Pemerintah, kata dia, menghargai setinggi-tingginya siapa saja yang menggerakkan sebanyak mungkin orang untuk mengurai sampah menjadi salah satu mata rantai dari konsep ekonomi sirkulasi.

"Pemerintah akan selalu mendukung semua pihak penyelenggara ekonomi sirkulasi dari sampah ini, terutama sampah plastik, yang sering dituding sebagai material pencemar lingkungan," kata Siti Nurbaya.

Sementara itu Dirjen Pengolahan Sampah Limbah dan B3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati dalam sambutan secara daring mengatakan bahwa urusan sampah plastik bukan hanya dilakukan oleh satu pihak saja, tetapi juga butuh sinergi semua pihak.

Apalagi, kata dia, Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat sendiri juga sudah menargetkan pada tahun 2025 nanti kawasan wisata premium Labuan Bajo akan bebas dari sampah.

Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Jakstranas) pengelolaan sampah dalam bentuk kebijakan dan strategi daerah (Jakstrada).

"Oleh karena itu menjadi poin penting tidak hanya pemerintah, tidak hanya masyarakat, pengusaha juga saya harapkan untuk membantu mewujudkan hal tersebut (Indonesia Bebas Sampah) menjadi sebuah realita. Bahkan sudah ditekankan juga dalam UU tahun 18 tahun 2008 bahwa semua 'stakeholder' punya peran dan tanggung jawab," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pengolahan sampah itu butuh pengembangan dari hulu ke hilir dan harus dikembangkan secara simultan di mana kebijakan itu sudah dikeluarkan oleh pemerintah.

Baca juga: Kementerian LHK bangun pusat daur ulang sampah

Baca juga: PT Semen Kupang musnahkan limba B3

KLHK sendiri berharap agar setiap perusahaan yang mengeluarkan produk perusahaan dalam bentuk plastiknya hendaknya kembali untuk didaur ulang, sehingga tidak menimbulkan penumpukan sampah.

"Dan saya tahu Le Mineral sudah menerapkan itu dan sudah berjalan di Pulau Komodo," demikian Rosa Vivien Ratnawati.

Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya,Ronald Atmadja mengatakan bahwa inisiasi ini dilakukan guna menjadikan sampah plastik menjadi produk baru yang bernilai ekonomi tinggi dan memberi nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekaligus menjaga lingkungan.

"Ketiganya mempunyai tugas masing-masing, IWP bertugas melakukan edukasi kepada masyarakat Pulau Komodo,TNK serta mengumpulkan dan memilah sampah plastik. Sedangkan ADUPI berperan dalam pengolahan sampah plastik menjadi produk baru yang bernilai ekonomi tinggi," katanya

Ronald mengatakan bahwa  Le Minerale memiliki komitmen tinggi mendukung upaya pemerintah dan ingin berkontribusi sebesar-besarnya mengelola sampah plastik. Saat ini pihaknya sedang menyusun "road map sustainability plastik, mulai lai dari bahan baku sampai sampah akan dikelola dengan baik dan mendukung kelestarian lingkungan.

"Botol dan galon Le Minerale terbuat dari plastik PET yang dapat didaur ulang dan tidak mencemari lingkungan. Le Minerale bersama KLHK sedang intens menjalin kerja sama untuk bergerak bersama,” ujarnya .

Sementara itu Ketua Umum ADUPI,Christine Halim  menyoroti paradigma masyarakat seringkali kurang tepat. Plastik PET seperti yang digunakan pada botol dan galon sekali pakai adalah bahan yang paling ramah lingkungan jika dibandingkan dengan jenis plastik lainnya, karena paling mudah di daur ulang. 

Dia menyampaikan Industri daur ulang memerlukan sampah plastik dalam jumlah besar, terutama jenis PET dengan kode 1 seperti yang dipakai botol dan galon sekali pakai. Karena harganya mahal, sampah plastik PET menjadi rebutan para pemulung dan sulit ditemukan di tempat pembuangan akhir.

Christine Halim menjelaskan plastik jenis PET seperti yang dipakai botol dan galon Le Minerale paling mahal harganya dan paling bernilai untuk didaur ulang. 

Hasilnya adalah barang-barang komoditas bernilai ekonomi tinggi seperti polyester, dacron sintetis, geotextile, bantal, baju winter, kancing. Plastik PET dapat didaur ulang hingga 50 kali dan menghemat bahan baku produksi.

" Tren permintaan ekspornya terus naik. Karena itu kami menghimbau masyarakat melakukan pemilahan sampah dari rumah, bekerja sama dengan bank sampah atau petugas pemilahan sampah, agar plastik tersebut menjadi sumber ekonomi berkelanjutan,” tegas Christine Halim.


Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024