Kupang (ANTARA) - Seorang warga penyintas COVID-19 di Kota Kupang, Michael meminta agar sosialisasi terkait alur pemeriksaan COVID-19 ditingkatkan oleh pihak Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur itu.
"Ketika saya dan keluarga divonis terpapar COVID-19 berdasarkan hasil tes antigen, kami tidak tahu mau di-PCR di mana. Kami kontak puskesmas tidak berjawab, kontak ke kelurahan tidak berjawab juga," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Kamis (18/2).
Michael mengatakan dirinya dinyatakan positif tes antigen pada 21 Januari 2020 setelah sehari sebelumnya mengantar isteri dan anaknya untuk menjalani pemeriksaan yang kemudian terdeteksi positif COVID-19 pada sore hari.
Namun setelah menjalani tes antigen di lab, ia dan keluarga tidak mendapat arahan apapun selain hanya rekomendasi agar menyiapkan sejumlah uang untuk menjalani tes polymerase chain reaction (PCR).
"Beruntung atas pertemanan baik anak saya yang berkontak dengan kenalan lalu kami diarahkan ke Lab Biokesmas untuk tes PCR. Kalau tidak ada kenalan ini kami belum tahu mau di-PCR di mana karena tidak ada informasi apa-apa," kata Michael yang berprofesi sebagai dosen salah satu perguruan tinggi di Kota Kupang.
"Jadi bayangkan saja orang yang terdeteksi positif COVID-19 itu seperti dibiarkan saja, tanpa arahan apapun dan sangat mungkin bisa menularkan lagi di mana-mana. Itu yang kami alami," katanya lagi.
Oleh karena itu ia meminta agar pemerintah Kota Kupang melalui gugus tugas agar meningkatkan lagi sosialisasi terkait alur pemeriksaan COVID-19 secara jelas kepada masyarakat.
"Jujur saja, saya tidak merasakan kehadiran pemerintah sejak awal terpapar COVID-19 sampai saat ini sudah negatif karena sistem yang tidak terbangun dengan baik," katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Laboratorium Biokesmas Provinsi NTT Fainmarinat Inabuy juga mengatakan bahwa sosialisasi alur pemeriksaan COVID-19 di Kota Kupang masih minim.
"Masyarakat bingung sehingga datang langsung ke lab karena tidak ada satu panduan alur yang mereka ketahui," katanya.
Ia mengatakan pihaknya banyak menerima warga yang datang langsung ke Lab Biokesmas untuk bertanya maupun memeriksa PCR, padahal ada alur yang harus diikut seperti melapor ke puskesmas kemudian dilanjutkan ke gugus tugas untuk pengambilan sampel dan dikirim ke lab.
"Ketika saya dan keluarga divonis terpapar COVID-19 berdasarkan hasil tes antigen, kami tidak tahu mau di-PCR di mana. Kami kontak puskesmas tidak berjawab, kontak ke kelurahan tidak berjawab juga," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Kamis (18/2).
Michael mengatakan dirinya dinyatakan positif tes antigen pada 21 Januari 2020 setelah sehari sebelumnya mengantar isteri dan anaknya untuk menjalani pemeriksaan yang kemudian terdeteksi positif COVID-19 pada sore hari.
Namun setelah menjalani tes antigen di lab, ia dan keluarga tidak mendapat arahan apapun selain hanya rekomendasi agar menyiapkan sejumlah uang untuk menjalani tes polymerase chain reaction (PCR).
"Beruntung atas pertemanan baik anak saya yang berkontak dengan kenalan lalu kami diarahkan ke Lab Biokesmas untuk tes PCR. Kalau tidak ada kenalan ini kami belum tahu mau di-PCR di mana karena tidak ada informasi apa-apa," kata Michael yang berprofesi sebagai dosen salah satu perguruan tinggi di Kota Kupang.
"Jadi bayangkan saja orang yang terdeteksi positif COVID-19 itu seperti dibiarkan saja, tanpa arahan apapun dan sangat mungkin bisa menularkan lagi di mana-mana. Itu yang kami alami," katanya lagi.
Oleh karena itu ia meminta agar pemerintah Kota Kupang melalui gugus tugas agar meningkatkan lagi sosialisasi terkait alur pemeriksaan COVID-19 secara jelas kepada masyarakat.
"Jujur saja, saya tidak merasakan kehadiran pemerintah sejak awal terpapar COVID-19 sampai saat ini sudah negatif karena sistem yang tidak terbangun dengan baik," katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Laboratorium Biokesmas Provinsi NTT Fainmarinat Inabuy juga mengatakan bahwa sosialisasi alur pemeriksaan COVID-19 di Kota Kupang masih minim.
"Masyarakat bingung sehingga datang langsung ke lab karena tidak ada satu panduan alur yang mereka ketahui," katanya.
Ia mengatakan pihaknya banyak menerima warga yang datang langsung ke Lab Biokesmas untuk bertanya maupun memeriksa PCR, padahal ada alur yang harus diikut seperti melapor ke puskesmas kemudian dilanjutkan ke gugus tugas untuk pengambilan sampel dan dikirim ke lab.