Jakarta (Antara NTT) - Pemerintah tengah melakukan berbagai upaya guna mengolah sampah dari darat yang masuk ke laut menjadi sumber energi listrik dengan mengundang para investor bagi dari luar maupun dalam negeri.
Wakil Menteri Koordinator Bidang Kelautan Maritim, Arif Havas Oegroseno, dalam wawancara melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Senin, mengatakan pemerintah menyurvei 15 kota di Indonesia dari Medan sampai Manado untuk mengetahui volume sampah dari darat yang masuk ke laut.
"Dari survei tersebut kita memformulasikan beberapa hal, yakni pentingnya menerapkan kebiasaan untuk memilah sampah organik dan non organik yang diperkuat dengan kebijakan dan peraturan di tingkat daerah," ujar Havas.
Berkaitan dengan sampah plastik, lanjut dia, diharapkan ada pengembangan pembuatan plastik dari bahan alami yang bukan berasal dari bahan kimia sehingga mudah terurai di alam.
"Selajutnya kita ingin mengembangkan sampah menjadi energi," kata Havas, seraya menambahkan ada beberapa perusahaan yang tertarik untuk berinvestasi di sektor ini sehingga bisa mengurangi volume sampah di darat secara masif dan tidak sampai ke laut.
Menurut dia, perusahaan tersebut ada yang berasal dari dalam dann luar negeri. "Untuk pengembangan listrik akan ada nota kesepahaman antara mereka dengan pemerintah daerah, dan perjanjian dengan PLN," jelas Havas.
Perusahaan asing yang tertarik untuk berinvestasi, termasuk Jerman, Swedia dan Denmark.
"Nantinya 50 megawatt itu akan dihasilkan dari 2.000 ton sampah setiap hari. Sudah ada peraturan presiden yang menyatakan bahwa ada tujuh kota di Indonesia yang akan dibangun pembangkit listrik tenaga sampah atau 'waste of energy plants'," kata Havas.