Kupang (ANTARA) - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengatakan kebijakan impor komoditi beras saat ini bukanlah solusi di tengah kondisi para petani di sejumlah daerah yang saat ini sedang memasuki massa panen.
"Impor untuk memenuhi komoditas beras bukanlah solusi, terlebih petani di sejumlah daerah tengah memasuki masa panen," katanya saat hadir melakukan panen perdana padi varietas nutri zinc di Desa Taba Tana, Weekelosawa, Kabupaten Sumba Barat Daya, Selasa (23/3) dalam rangka kunjungan kerja ke NTT.
LaNyalla hadir dilokasi panen padi bersama senator NTT Asyera RA Wundalero, senator Lampung Bustami Zainudin, serta Bupati dan Wakil Bupati Sumba Barat Daya bersama unsur forkopimda setempat.
Dalam kesempatan itu, Senator asal Jawa Timur mengatakan impor beras bukanlah solusi karena selain para petani di sejumlah daerah di Tanah Air sedang memasuki massa panen, cadangan beras di gudang Bulog juga masih mencukupi.
"Masalah kita bukan kekurangan beras karena cadangan beras di gudang-gudang Bulog juga masih mencukup," katanya.
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti disambut tarian dan upacara adat Nenggo Kako (pengantar tamu), Woleka (menjemput tamu) dan Oka (tanya jawab tamu yang datang) di Sumba Barat Daya. (ANTARA/HO-DPD RI)
Ia melanjutkan, "Masalah kita adalah belum sukses mengatur dan memfasilitasi proses distribusi beras dengan mengatur supply chain yang baik. Sehingga harga gabah di sejumlah sentra padi anjlok."
Untuk itu LaNyalla mengatakan mendukung langkah Bulog yang menjelaskan langsung kepada Presiden Joko Widodo tentang kondisi terkini stok beras nasional.
Baca juga: DPD RI minta pemerintah menjamin ketersediaan pupuk di Manggarai Barat
Menurutnya, persoalan persediaan beras harus dilihat dari kebijakan pemerintah terkait tata kelola atau perniagaan hasil komoditas pertanian.
"Kebijakan ini sangat luas, mulai dari filosofi dasar dan cara pandang pemerintah terhadap petani, apakah ditempatkan sebagai subjek atau objek? Karena ini sangat menentukan nasib petani," katanya.
Ia menambahan dalam tata niaga pangan dibutuhkan pula data yang konkret terkait ketersediaan dan kebutuhan komoditas. Selain itu juga data terkait pasokan dan permintaan, termasuk rantai distribusi komoditas.
Baca juga: Penerbangan perdana Kupang-Pantar diluncurkan, ini harapan Ketua DPD RI
"Di sini kita bicara supply chain management. Bagaimana memindahkan atau mendistribusikan hasil komoditas ke daerah atau wilayah yang membutuhkan. Sehingga untuk mengatasi kelangkaan komoditas di wilayah non-penghasil bukan dijawab dengan kebijakan impor," katanya.
"Impor untuk memenuhi komoditas beras bukanlah solusi, terlebih petani di sejumlah daerah tengah memasuki masa panen," katanya saat hadir melakukan panen perdana padi varietas nutri zinc di Desa Taba Tana, Weekelosawa, Kabupaten Sumba Barat Daya, Selasa (23/3) dalam rangka kunjungan kerja ke NTT.
LaNyalla hadir dilokasi panen padi bersama senator NTT Asyera RA Wundalero, senator Lampung Bustami Zainudin, serta Bupati dan Wakil Bupati Sumba Barat Daya bersama unsur forkopimda setempat.
Dalam kesempatan itu, Senator asal Jawa Timur mengatakan impor beras bukanlah solusi karena selain para petani di sejumlah daerah di Tanah Air sedang memasuki massa panen, cadangan beras di gudang Bulog juga masih mencukupi.
"Masalah kita bukan kekurangan beras karena cadangan beras di gudang-gudang Bulog juga masih mencukup," katanya.
Ia melanjutkan, "Masalah kita adalah belum sukses mengatur dan memfasilitasi proses distribusi beras dengan mengatur supply chain yang baik. Sehingga harga gabah di sejumlah sentra padi anjlok."
Untuk itu LaNyalla mengatakan mendukung langkah Bulog yang menjelaskan langsung kepada Presiden Joko Widodo tentang kondisi terkini stok beras nasional.
Baca juga: DPD RI minta pemerintah menjamin ketersediaan pupuk di Manggarai Barat
Menurutnya, persoalan persediaan beras harus dilihat dari kebijakan pemerintah terkait tata kelola atau perniagaan hasil komoditas pertanian.
"Kebijakan ini sangat luas, mulai dari filosofi dasar dan cara pandang pemerintah terhadap petani, apakah ditempatkan sebagai subjek atau objek? Karena ini sangat menentukan nasib petani," katanya.
Ia menambahan dalam tata niaga pangan dibutuhkan pula data yang konkret terkait ketersediaan dan kebutuhan komoditas. Selain itu juga data terkait pasokan dan permintaan, termasuk rantai distribusi komoditas.
Baca juga: Penerbangan perdana Kupang-Pantar diluncurkan, ini harapan Ketua DPD RI
"Di sini kita bicara supply chain management. Bagaimana memindahkan atau mendistribusikan hasil komoditas ke daerah atau wilayah yang membutuhkan. Sehingga untuk mengatasi kelangkaan komoditas di wilayah non-penghasil bukan dijawab dengan kebijakan impor," katanya.