Kupang (ANTARA) - Sebanyak 30 peserta Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), mendapatkan pelatihan Tata Kelola Destinasi Pariwisata dalam rangka mendukung pariwisata berkelanjutan dan mandiri di daerah itu.
Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo yang membuka kegiatan pelatihan itu, Jumat mengapresiasi niat HPI Sikka yang telah menginisiasi kegiatan pelatihan ini dengan tujuan untuk menciptakan destinasi wisata di Sikka dan Flores lebih berkualitas dan berdaya saing.
"Kegiatan yang didukung oleh BPOLBF (Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores) ini sangat tepat dan cerdas, apalagi dilakukan di Maumere. Pariwisata kita itu sudah dimulai sejak lama, mulai dari kerajaan Majapahit sampai masuknya bangsa Portugis. Meninggalkan Kebudayaan serta tradisi yang sampai sekarang kita jalankan. Dan beberapa di antaranya dijadikan destinasi budaya atau religi," katanya dalam rilis yang diterima ANTARA di Kupang, Jumat.
Bupati Fransiskus berharap, kegiatan pelatihan ini mampu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para peserta sehingga mampu mengemban tugas sebagai public relation dan juga sebagai garda terdepan dalam memperkenalkan pariwisata di Kabupaten Sikka secara khusus dan Pariwisata Labuan Bajo Flores secara umum kepada Wisatawan.
"Pramuwisata juga mengemban tugas sebagai PR karena terlibat langsung dan ikut merasakan. Jika ada yang negatif harus langsung di positifkan. Tidak boleh saling menjatuhkan. Bagaimana kita menjual Pariwisata Labuan Bajo Flores secara utuh? Pramuwisata adalah garda terdepan negara dalam hal kepariwisataan," ujarnya.
Sementara itu dihubungi terpisah, Direktur BPOLBF Shana Fatina juga mengapresiasi tekad HPI Sikka untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas baik bagi pelaku pariwisata maupun bagi destinasi wisata yang ada.
"Kita mengapresiasi buat semangat teman-teman, antusias dan sangat bertanggung jawab dalam kegiatan ini. Tahun lalu kita lakukan penghitungan Travel Tourism dan Competitivenes Index (TTCI) di Flores. Untuk Kabupaten Sikka itu indeksnya 2," tambah dia.
Baca juga: Nama BOPLBF berubah jadi BPOLBF
Baca juga: Tingkatkan pelayanan bagi wisatawan, BOPLBF latih puluhan pengemudi di Labuan Bajo
Indeks itu, ujar dia, tidak beda jauh dari Manggarai Barat yang 2.1, atau tingkat Nasional 4,2. Sedangkan kabupaten lain di NTT berada di kisaran 1,5 hingga 1,7. Indikatornya itu adalah produk pariwisata, infrastruktur, lingkungan dan lain sebagainya.
Baca juga: BOPLBF gelar pelatihan Hidroponik bagi masyarakat Desa Golo Bilas
"Tantangan kita adalah bagaimana untuk menaikkan angka itu menjadi 4,2 atau lebih dari itu. Dan dengan antusias seperti ini merupakan modal yang luar biasa karena kita tau bahwa pariwisata itu adalah semuanya. Bagaimana membangun interaksi sosial bersama wisatawan dan membangun persaudaraan dan modal utamanya adalah SDM." Ujar Shana Fatina.
Baca juga: BOPLBF : Perlu libatkan semua pihak bangun pariwisata Labuan Bajo
Shana berharap kegiatan pelatihan itu mampu menjadi langkah awal untuk mempersiapkan diri, baik dari sisi kualitas SDM maupun pengembangan serta pengelolaan destinasi wisata yang berdaya saing dan layak untuk dikunjungi wisatawan nusantara maupun mancanegara.
"Kita berharap pada bulan Juli, Bali rencananya akan dibuka untuk Wisman. Kita melihat ini peluang yang besar untuk limpahannya bisa datang ke kita di NTT. Saya senang dan apresiasi bahwa pelaku ekonomi kreatif sudah melakukan vaksinasi dan akan kita dorong juga untuk sertifikasi CHSE sehingga nanti wisatawan tidak khawatir saat berkunjung ke sini di tengah pandemi dan dapat dilayani dengan baik," ujar dia.
Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo yang membuka kegiatan pelatihan itu, Jumat mengapresiasi niat HPI Sikka yang telah menginisiasi kegiatan pelatihan ini dengan tujuan untuk menciptakan destinasi wisata di Sikka dan Flores lebih berkualitas dan berdaya saing.
"Kegiatan yang didukung oleh BPOLBF (Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores) ini sangat tepat dan cerdas, apalagi dilakukan di Maumere. Pariwisata kita itu sudah dimulai sejak lama, mulai dari kerajaan Majapahit sampai masuknya bangsa Portugis. Meninggalkan Kebudayaan serta tradisi yang sampai sekarang kita jalankan. Dan beberapa di antaranya dijadikan destinasi budaya atau religi," katanya dalam rilis yang diterima ANTARA di Kupang, Jumat.
Bupati Fransiskus berharap, kegiatan pelatihan ini mampu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para peserta sehingga mampu mengemban tugas sebagai public relation dan juga sebagai garda terdepan dalam memperkenalkan pariwisata di Kabupaten Sikka secara khusus dan Pariwisata Labuan Bajo Flores secara umum kepada Wisatawan.
"Pramuwisata juga mengemban tugas sebagai PR karena terlibat langsung dan ikut merasakan. Jika ada yang negatif harus langsung di positifkan. Tidak boleh saling menjatuhkan. Bagaimana kita menjual Pariwisata Labuan Bajo Flores secara utuh? Pramuwisata adalah garda terdepan negara dalam hal kepariwisataan," ujarnya.
Sementara itu dihubungi terpisah, Direktur BPOLBF Shana Fatina juga mengapresiasi tekad HPI Sikka untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas baik bagi pelaku pariwisata maupun bagi destinasi wisata yang ada.
"Kita mengapresiasi buat semangat teman-teman, antusias dan sangat bertanggung jawab dalam kegiatan ini. Tahun lalu kita lakukan penghitungan Travel Tourism dan Competitivenes Index (TTCI) di Flores. Untuk Kabupaten Sikka itu indeksnya 2," tambah dia.
Baca juga: Nama BOPLBF berubah jadi BPOLBF
Baca juga: Tingkatkan pelayanan bagi wisatawan, BOPLBF latih puluhan pengemudi di Labuan Bajo
Indeks itu, ujar dia, tidak beda jauh dari Manggarai Barat yang 2.1, atau tingkat Nasional 4,2. Sedangkan kabupaten lain di NTT berada di kisaran 1,5 hingga 1,7. Indikatornya itu adalah produk pariwisata, infrastruktur, lingkungan dan lain sebagainya.
Baca juga: BOPLBF gelar pelatihan Hidroponik bagi masyarakat Desa Golo Bilas
"Tantangan kita adalah bagaimana untuk menaikkan angka itu menjadi 4,2 atau lebih dari itu. Dan dengan antusias seperti ini merupakan modal yang luar biasa karena kita tau bahwa pariwisata itu adalah semuanya. Bagaimana membangun interaksi sosial bersama wisatawan dan membangun persaudaraan dan modal utamanya adalah SDM." Ujar Shana Fatina.
Baca juga: BOPLBF : Perlu libatkan semua pihak bangun pariwisata Labuan Bajo
Shana berharap kegiatan pelatihan itu mampu menjadi langkah awal untuk mempersiapkan diri, baik dari sisi kualitas SDM maupun pengembangan serta pengelolaan destinasi wisata yang berdaya saing dan layak untuk dikunjungi wisatawan nusantara maupun mancanegara.
"Kita berharap pada bulan Juli, Bali rencananya akan dibuka untuk Wisman. Kita melihat ini peluang yang besar untuk limpahannya bisa datang ke kita di NTT. Saya senang dan apresiasi bahwa pelaku ekonomi kreatif sudah melakukan vaksinasi dan akan kita dorong juga untuk sertifikasi CHSE sehingga nanti wisatawan tidak khawatir saat berkunjung ke sini di tengah pandemi dan dapat dilayani dengan baik," ujar dia.