Kupang (Antara NTT) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan komoditas kopi Bajawa yang diproduksi masyarakat Kabupaten Ngada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur memiliki peminat sampai ke mancanegara.
"Kopi Bajawa sekarang tinggi sekali peminatnya, dan sudah ada beberapa eksportir yang siap memasarkan karena peminatnya sampai ke luar negeri," kata Menteri Lukita di Kupang, Sabtu, saat meninjau kondisi pasar-pasar tadisional, ketersediaan komoditas, dan harga barang di ibu kota Provinsi NTT menjelang perayaan Natal 2017 dan Tahun Baru 2018.
Menteri Lukita mengatakan kopi Bajawa merupakan salah satu komoditas di Provinsi NTT yang memiliki potensi ekspor cukup tinggi, tinggal direalisasikan peningkatan produktivitasnya.
"Sebenarnya kopi Manggarai juga sama, tapi kalau dibandingkan dengan kopi Bajawa lebih tinggi seleranya. Saya kebetulan penikmat kopi dan pada waktu di Trade Expo saya coba dua-duanya dan memang agak sedikit berbeda," katanya.
Ia mengatakan kopi Bajawa sudah mulai dikenal konsumen dari dalam dan luar negeri, sehingga produksinya perlu terus ditingkatkan untuk memenuhi pasar ekspor.
"Kopi Bajawa sekarang tinggi sekali peminatnya, dan sudah ada beberapa eksportir yang siap memasarkan karena peminatnya sampai ke luar negeri," kata Menteri Lukita di Kupang, Sabtu, saat meninjau kondisi pasar-pasar tadisional, ketersediaan komoditas, dan harga barang di ibu kota Provinsi NTT menjelang perayaan Natal 2017 dan Tahun Baru 2018.
Menteri Lukita mengatakan kopi Bajawa merupakan salah satu komoditas di Provinsi NTT yang memiliki potensi ekspor cukup tinggi, tinggal direalisasikan peningkatan produktivitasnya.
"Sebenarnya kopi Manggarai juga sama, tapi kalau dibandingkan dengan kopi Bajawa lebih tinggi seleranya. Saya kebetulan penikmat kopi dan pada waktu di Trade Expo saya coba dua-duanya dan memang agak sedikit berbeda," katanya.
Ia mengatakan kopi Bajawa sudah mulai dikenal konsumen dari dalam dan luar negeri, sehingga produksinya perlu terus ditingkatkan untuk memenuhi pasar ekspor.
"Jika ke depannya produksi kopi Bajawa dapat dijamin serta dikemas secara baik maka pihak Kementerian Perdagangan siap membantu mencarikan mitra ekspor," kata Menteri Lukita.
"Memang ada beberapa eksportir yang mau, namun bisa tidak daerah menjamin produksinya. Itu yang perlu kita lihat, selain kemasannya juga harus dibuat dengan baik," katanya menambahkan.
Menurutnya, jika kopi Bajawa bisa dikemas dengan baik maka tidak kalah dengan kopi Toraja dan kopi Gayo yang sudah lebih dulu dikenal konsumen hingga ke luar negeri.
Ia mengakui, beberapa pelanggan potensial dari luar negeri sudah mencari kopi Bajawa sehingga peluang pasar tersebut harus ditangkap dan dimanfaatkan dengan baik dari pusat hingga daerah.
Lebih lanjut, Menteri Lukita mengatakan pemasaran komoditas kopi juga sangat tergantung pada branding sehingga kemasannya harus benar-benar bagus.
"Nanti kita mengatakan ini kopi Bajawa atau kopi Flores atau lainnya, yang pasti harus ada unsur ke-Indonesiaannya seperti kopi Toraja dan Gayo," katanya.
Ia mengatakan, kadang-kadang muncul adanya ego-ego kedaerahan yang kuat dalam penamaan merek kopi yang justeru berdampak merugikan aspek pemasarannya.
"Di Jember ada 20 nama kopi, saya bilang ke Bupatinya kumpulkan itu semua karena dia mau berdasarkan nama desanya. Jangan ego daerahnya pengen lebih tapi mari kita persatuakan yang penting adalah pemasarannya," katanya mencontohkan.
"Saya berharap di kampung-kampung di Bajawa yang memproduksi kopi itu sudah satu, jangan lagi nanti ada nama-nama baru dari desa. Branding dan pengemasannya kita bereskan dan nanti bisa dilakukan pendampingannya," katanya.
Menteri Enggartias Lukita meyakini pemasaran kopi Bajawa akan segera meningkat karena sudah tercatat dalam Trade Expo sebelumnya sebagai komoditas potensial yang unggul yang dapat didorong untuk ekspor.
"Memang ada beberapa eksportir yang mau, namun bisa tidak daerah menjamin produksinya. Itu yang perlu kita lihat, selain kemasannya juga harus dibuat dengan baik," katanya menambahkan.
Menurutnya, jika kopi Bajawa bisa dikemas dengan baik maka tidak kalah dengan kopi Toraja dan kopi Gayo yang sudah lebih dulu dikenal konsumen hingga ke luar negeri.
Ia mengakui, beberapa pelanggan potensial dari luar negeri sudah mencari kopi Bajawa sehingga peluang pasar tersebut harus ditangkap dan dimanfaatkan dengan baik dari pusat hingga daerah.
Lebih lanjut, Menteri Lukita mengatakan pemasaran komoditas kopi juga sangat tergantung pada branding sehingga kemasannya harus benar-benar bagus.
"Nanti kita mengatakan ini kopi Bajawa atau kopi Flores atau lainnya, yang pasti harus ada unsur ke-Indonesiaannya seperti kopi Toraja dan Gayo," katanya.
Ia mengatakan, kadang-kadang muncul adanya ego-ego kedaerahan yang kuat dalam penamaan merek kopi yang justeru berdampak merugikan aspek pemasarannya.
"Di Jember ada 20 nama kopi, saya bilang ke Bupatinya kumpulkan itu semua karena dia mau berdasarkan nama desanya. Jangan ego daerahnya pengen lebih tapi mari kita persatuakan yang penting adalah pemasarannya," katanya mencontohkan.
"Saya berharap di kampung-kampung di Bajawa yang memproduksi kopi itu sudah satu, jangan lagi nanti ada nama-nama baru dari desa. Branding dan pengemasannya kita bereskan dan nanti bisa dilakukan pendampingannya," katanya.
Menteri Enggartias Lukita meyakini pemasaran kopi Bajawa akan segera meningkat karena sudah tercatat dalam Trade Expo sebelumnya sebagai komoditas potensial yang unggul yang dapat didorong untuk ekspor.