Washington (ANTARA) - Presiden Joe Biden, pada Selasa (20/4) menyebut putusan bersalah dalam persidangan terhadap mantan petugas kepolisian Minneapolis yang dituntut atas pembunuhan George Floyd sebagai “langkah yang sangat besar” menuju keadilan di Amerika Serikat.
Derek Chauvin, seorang aparat berkulit putih, dituntut usai berlutut selama lebih dari sembilan menit di leher Floyd, seorang pria berkulit 46 tahun berkulit hitam, dalam penangkapan Mei tahun lalu. Video kejadian tersebut menyulut protes yang menyebar di seluruh penjuru dunia terkait kekerasan polisi dan ketidakadilan rasial.
Juri yang beranggotakan 12 orang menemukan Chauvin, 45 tahun, bersalah atas semua tuntutan terhadapnya - termasuk pembunuhan tingkat dua, pembunuhan dan pembunuhan secara tidak sengaja tingkat tiga - usai mempertimbangkan kesaksian dari 45 saksi yang bergulir selama tiga pekan.
“Kejadian itu merupakan pembunuhan di siang hari bolong, dan mencabut penutup mata sehingga dapat dilihat seluruh dunia,” kata Biden dalam pernyataan yang ditayangkan di televisi nasional. “Rasisme sistemik merupakan noda di jiwa negeri ini.”
Presiden dari Partai Demokratik itu mengatakan bahwa protes-protes yang terlihat di Amerika Serikat usai pembunuhan Floyd merupakan sesuatu yang belum disaksikan negara itu sejak pergerakan hak-hak sipil dan telah menyatukan masyarakat dari berbagai latar belakang ras.
“Tak akan ada yang dapat membawa saudara dan ayah mereka kembali,” kata Biden terkait keluarga Floyd, “tapi ini dapat menjadi langkah yang sangat besar dalam upaya menuju keadilan di Amerika.”
Biden juga memuji “perempuan muda yang berani” yang merekam Chauvin berlutut di leher Floyd dan mengutip petugas polisi yang bersaksi untuk penuntutan dalam kasus tersebut “alih-alih menutup barisan.”
“Untuk banyak orang,” kata Biden, “rasanya membutuhkan semua itu agar sistem peradilan dapat memberikan akuntabilitas dasar.”
Sementara itu, Wakil Presiden Kamala Harris turut memberikan pernyataan, mendesak Senat AS untuk mengesahkan “Undang-Undang George Floyd terkait Keadilan dalam Kepolisian”, yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat AS dan bertujuan untuk menghentikan taktik penegakan hukum yang agresif yang telah menjadikan warga Amerika Afrika dan minoritas lainnya sebagai target.
“Sebuah tindak keadilan tidak sama dengan keadilan yang setara. Putusan ini membawa kita selangkah lebih dekat," kata Harris, orang kulit hitam pertama, orang Amerika keturunan Asia dan wanita pertama yang menjabat sebagai wakil presiden.
Sebelumnya pada hari itu, Biden mengatakan dia berdoa untuk "putusan yang tepat," sebuah komentar yang kemudian memicu kritik. Dia mengatakan dia tidak akan membuat komentar seperti itu jika juri tidak diasingkan.
Baca juga: Amerika Serikat peringatkan maskapai waspada terbang dekat perbatasan Ukraina-Rusia
Baca juga: Biden dan PM Suga rancang persatuan hadapi ketegasan China
Biden dan Harris menyaksikan putusan itu dengan staf di ruang makan presiden. Setelah itu, Biden berbicara dengan Gubernur Minnesota Tim Walz, dan kemudian Biden, Harris, dan ibu negara Jill Biden berbicara dengan adik laki-laki Floyd Philonise Floyd dari Ruang Oval.
Sumber: Reuters
Derek Chauvin, seorang aparat berkulit putih, dituntut usai berlutut selama lebih dari sembilan menit di leher Floyd, seorang pria berkulit 46 tahun berkulit hitam, dalam penangkapan Mei tahun lalu. Video kejadian tersebut menyulut protes yang menyebar di seluruh penjuru dunia terkait kekerasan polisi dan ketidakadilan rasial.
Juri yang beranggotakan 12 orang menemukan Chauvin, 45 tahun, bersalah atas semua tuntutan terhadapnya - termasuk pembunuhan tingkat dua, pembunuhan dan pembunuhan secara tidak sengaja tingkat tiga - usai mempertimbangkan kesaksian dari 45 saksi yang bergulir selama tiga pekan.
“Kejadian itu merupakan pembunuhan di siang hari bolong, dan mencabut penutup mata sehingga dapat dilihat seluruh dunia,” kata Biden dalam pernyataan yang ditayangkan di televisi nasional. “Rasisme sistemik merupakan noda di jiwa negeri ini.”
Presiden dari Partai Demokratik itu mengatakan bahwa protes-protes yang terlihat di Amerika Serikat usai pembunuhan Floyd merupakan sesuatu yang belum disaksikan negara itu sejak pergerakan hak-hak sipil dan telah menyatukan masyarakat dari berbagai latar belakang ras.
“Tak akan ada yang dapat membawa saudara dan ayah mereka kembali,” kata Biden terkait keluarga Floyd, “tapi ini dapat menjadi langkah yang sangat besar dalam upaya menuju keadilan di Amerika.”
Biden juga memuji “perempuan muda yang berani” yang merekam Chauvin berlutut di leher Floyd dan mengutip petugas polisi yang bersaksi untuk penuntutan dalam kasus tersebut “alih-alih menutup barisan.”
“Untuk banyak orang,” kata Biden, “rasanya membutuhkan semua itu agar sistem peradilan dapat memberikan akuntabilitas dasar.”
Sementara itu, Wakil Presiden Kamala Harris turut memberikan pernyataan, mendesak Senat AS untuk mengesahkan “Undang-Undang George Floyd terkait Keadilan dalam Kepolisian”, yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat AS dan bertujuan untuk menghentikan taktik penegakan hukum yang agresif yang telah menjadikan warga Amerika Afrika dan minoritas lainnya sebagai target.
“Sebuah tindak keadilan tidak sama dengan keadilan yang setara. Putusan ini membawa kita selangkah lebih dekat," kata Harris, orang kulit hitam pertama, orang Amerika keturunan Asia dan wanita pertama yang menjabat sebagai wakil presiden.
Sebelumnya pada hari itu, Biden mengatakan dia berdoa untuk "putusan yang tepat," sebuah komentar yang kemudian memicu kritik. Dia mengatakan dia tidak akan membuat komentar seperti itu jika juri tidak diasingkan.
Baca juga: Amerika Serikat peringatkan maskapai waspada terbang dekat perbatasan Ukraina-Rusia
Baca juga: Biden dan PM Suga rancang persatuan hadapi ketegasan China
Biden dan Harris menyaksikan putusan itu dengan staf di ruang makan presiden. Setelah itu, Biden berbicara dengan Gubernur Minnesota Tim Walz, dan kemudian Biden, Harris, dan ibu negara Jill Biden berbicara dengan adik laki-laki Floyd Philonise Floyd dari Ruang Oval.
Sumber: Reuters