Kupang (Antara NTT) - Peneliti sekaligus dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya Ahmad Suryawan mengungkapkan tinggi anak-anak di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Kupang berkurang menjadi 48,7 persen saat memasuki usia Taman Kanak-Kanak.
"Dari 32 bayi yang diteliti, berat badan normal atau sesuai usia yakni 81,3 persen dan tinggi badan normal sebesar 93,8 persen. Dan itu normal tetapi saat memasuki usia TK malah turun menjadi 48,7 persen," katanya kepada wartawan di Kupang, Senin.
Hal ini disampaikannya menanggapi hasil penelitiannya yang telah dilakukan sejak Juli hingga awal September 2017. Menurutnya hasil itu merupakan hasil sementara sebab masih akan dilakukan lagi penelitiannya hingga 2018 nanti.
Disamping masalah tinggi anak, masalah lain juga yakni berat anak. Dimana menurutnya berat yang tadinya normal berkurang jadi 44,9 persen.
"Kita ambil sampel dari dua TK di Kota Kupang dan dari dua TK tersebut menunjukkan ada penurunan kualitas anak sehingga menimbulkan stunting," tambahnya.
Oleh karena itu, anak pra-sekolah di Kota Kupang cukup berisiko alami gangguan pertumbuhan. "Hal ini tidak hanya terjadi di NTT, tetapi juga di seluruh Indonesia," katanya.
Tahap pertama yang dilakukan adalah memberikan suplemen nutrisi yang benar agar pada 2018 nanti pihaknya bisa melihat hasil dari pemberian suplemen tersebut dibantu dengan para petugas kesehatan dan kader kesehatan di setiap Puskesmas.
"Kita bersyukur karena keberadaan Puskesmas memberikan dampak yang positif bagi tumbuh kembang anak. Kalau tak ada Puskesmas kami yakin berat dan tinggi badan anak usia TK akan turun sangat jauh," tambahnya.
Ia menambahkan pihaknya akan melaporkan hasil penelitian tersebut kepada pemerintah daerah NTT agar dapat memberikan jalan keluar dalam menangani kasus stunting yang berada pada urutan pertama di Indonesia.
Kepala Dinas Kesehatan NTT Kornelis Kodi Mete mengharapkan agar hasil penelitian tentang stunting itu segera disampaikan kepada pihaknya untuk mengambil langkah-langkah penanganan lebih lanjut.
"Dari 32 bayi yang diteliti, berat badan normal atau sesuai usia yakni 81,3 persen dan tinggi badan normal sebesar 93,8 persen. Dan itu normal tetapi saat memasuki usia TK malah turun menjadi 48,7 persen," katanya kepada wartawan di Kupang, Senin.
Hal ini disampaikannya menanggapi hasil penelitiannya yang telah dilakukan sejak Juli hingga awal September 2017. Menurutnya hasil itu merupakan hasil sementara sebab masih akan dilakukan lagi penelitiannya hingga 2018 nanti.
Disamping masalah tinggi anak, masalah lain juga yakni berat anak. Dimana menurutnya berat yang tadinya normal berkurang jadi 44,9 persen.
"Kita ambil sampel dari dua TK di Kota Kupang dan dari dua TK tersebut menunjukkan ada penurunan kualitas anak sehingga menimbulkan stunting," tambahnya.
Oleh karena itu, anak pra-sekolah di Kota Kupang cukup berisiko alami gangguan pertumbuhan. "Hal ini tidak hanya terjadi di NTT, tetapi juga di seluruh Indonesia," katanya.
Tahap pertama yang dilakukan adalah memberikan suplemen nutrisi yang benar agar pada 2018 nanti pihaknya bisa melihat hasil dari pemberian suplemen tersebut dibantu dengan para petugas kesehatan dan kader kesehatan di setiap Puskesmas.
"Kita bersyukur karena keberadaan Puskesmas memberikan dampak yang positif bagi tumbuh kembang anak. Kalau tak ada Puskesmas kami yakin berat dan tinggi badan anak usia TK akan turun sangat jauh," tambahnya.
Ia menambahkan pihaknya akan melaporkan hasil penelitian tersebut kepada pemerintah daerah NTT agar dapat memberikan jalan keluar dalam menangani kasus stunting yang berada pada urutan pertama di Indonesia.
Kepala Dinas Kesehatan NTT Kornelis Kodi Mete mengharapkan agar hasil penelitian tentang stunting itu segera disampaikan kepada pihaknya untuk mengambil langkah-langkah penanganan lebih lanjut.