Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menangani 331 ribu keluarga risiko stunting (KRS) di Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui berbagai intervensi sensitif, di antaranya perbaikan sanitasi dan air minum.
"Data di NTT saat ini ada 769 ribu keluarga, terdiri dari 331 ribu KRS yang sangat membutuhkan campur tangan pemerintah, sekitar 81.984 yang KRS desil 1, istilahnya dulu prasejahtera, miskin ekstrem. Kemudian, ada 81 ribu yang membutuhkan jamban, di antaranya ada keluarga yang tidak memiliki jamban sebanyak 157 ribu keluarga, kemudian tidak memiliki air minum utama yang layak ada 103 ribu," kata Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis.
Hal tersebut disampaikan Wihaji saat menerima kunjungan kerja Gubernur NTT Melki Laka Lena di Kantor Kemendukbangga/BKKBN, Jakarta Timur, pada Rabu (19/3) untuk membahas program-program yang dapat disinergikan dengan Pemerintah Provinsi NTT, utamanya di bidang kependudukan dan pembangunan keluarga.
Wihaji juga menyoroti tentang bonus demografi, di mana ada 70,72 persen orang Indonesia yang produktif berusia 14-65 tahun. Jika diumpamakan, dari 10 orang terdapat enam atau tujuh orang yang produktif dan diharapkan dapat mengisi pekerjaan-pekerjaan yang tersedia (available job).
"Ini pekerjaan rumah, tetapi prinsip yang disebut dengan bonus itu sebenarnya bahwa tujuh dari 10 orang Indonesia itu produktif, pertanyaannya adalah apakah karena produktif itu dapat pekerjaan atau justru belum ada pekerjaan, dan saya kira tantangan di NTT juga termasuk. Mungkin dari 70 persen itu bisa juga hanya 30 persen yang mendapatkan pekerjaan, 40 persennya belum mendapatkan available job," ujar dia.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, angka prevalensi stunting di NTT masih 37,9 persen, terbilang sangat tinggi jika dibandingkan dengan angka prevalensi stunting nasional yaitu 21,5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 37 hingga 38 dari 100 balita di Provinsi NTT mengalami stunting.
Dari data yang dimiliki Kemendukbangga/BKKBN terdapat 8,6 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS). Untuk itu, terdapat program Gerakan orang tua asuh cegah stunting (Genting) yang akan menyasar 1 juta KRS dan fokus pada penanganan di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), karena pencegahan merupakan salah satu cara efektif menurunkan stunting, dimulai dari masa pranikah, hamil, hingga usia anak 2 tahun.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemendukbangga tangani 331 ribu keluarga risiko stunting di NTT