Kupang (AntaraNews NTT) - Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo (TNK) di Flores Barat, Nusa Tenggara Timur, terus berbenah untuk menyambut para tamu internasional peserta pertemuan tahunan (annual meeting) IMF-World Bank di Bali pada Oktober 2018.
Kota kecil seluas 9.450 km2 yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat itu memiliki panorama serta keindahan alam yang mengundang decak kagum bagi siapa pun yang sempat mengampirinya.
Keindahan alam Labuan Bajo itu tampak menjadi sempurna dengan balutan gugusan pulau-pulau kecil yang berada di sekitarnya sampai ke Taman Nasional Komodo (TNK) yang menjadi habitatnya binatang purba raksasa komodo (Varanus Komodoensis).
Labuan Bajo kini telah ditetapkan pemerintah menjadi salah satu dari 10 tujuan wisata unggulan nasional, selain komodo yang telah ditetapkan pula sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia oleh Yayasan New Seven Wonders.
Pemerintahan Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dulla dan Maria Geong seakan tak bisa lagi nyenyak tidur, karena terus bekerja menata kotanya dari berbagai kekurangan, seperti memperbaiki fasilitas air bersih, perhotelan, dan sampah yang menjadi persoalan utama yang harus segera diselesaikan.
Kontribusi kami adalah menyiapkan anggaran sebesar Rp1,5 miliar untuk membangun infrastruktur air bersih di Labuan Bajo. Labuan dan komodo merupakan satu paket wisata yang ditawarkan kepada para peserta `annual meeting` IMF-WB, selain enam objek unggulan lainnya di Indonesia, kata Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Ardu Jelamu.
Marius mengakui bahwa pihaknya telah menggelar rapat secara maraton bersama para menteri dari lintas kementerian yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dengan agenda utama mempersiapkan daerah wisata Labuan Bajo dan komodo, karena akan dikunjungi ribuan tamu internasional.
Para tamu yang akan datang ke Labuan dan komodo berkisar antara 15.000 hingga 17.000 orang. Karena itu, Menteri Luhut menginstruksikan Pemerintah Provinsi NTT untuk berkontribusi membantu kesiapan infrastruktur, salah satunya pembangunan air bersih di Kota Labuan Bajo.
Kondisi tersebut seakan menuntut Marius untuk terus melakukan koordinasi dengan Pemerintahan Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula untuk mematangkan berbagai persiapan agar para tamu internasional dari IMF-WB itu bisa dilayani dengan baik.
Otoritas Taman Nasional Komodo (TNK) juga tidak tinggal diam untuk memyambut para tamu internasional tersebut. Pembenahan sarana dan prasarana, kata Kepala TNK Budi Kurniawan, terus dilakukan, seperti penyempurnaan tangga di Pulau Padar, perbaikan dermaga, pembangunan MCK dan lainnya.
Selain melakukan pembenahan tersebut, otoritas TNK juga melakukan langkah pengendalian sampah yang selama ini menjadi keluhan utama para wisatawan mancanegara. Otoritas TNK pun kemudian membentuk sebuah organisasi bernama Masyarakat Peduli Sampah (MPS).
MPS yang merupakan anggota masyarakat desa yang ada dalam kawasan TNK itu telah mengangkut lebih dari 2,5 ton sampah dari kawasan wisata TNK menuju Labuan Bajo untuk didaur ulang oleh Koperasi Serba Usaha Sampah Komodo.
MPS yang beranggotakan sekitar 35 orang ini bertugas memerangi sampah di lingkungan permukiman masing-masing, misalnya 14 orang dari Desa Rinca bertugas memerangi sampah dalam zona pengelolaan taman nasional mencakup Kampung Rinca, Kampung Kerora, Pulau Kambing, dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya.
Sekitar 14 orang MPS dari Kampung Komodo bertugas membersihkan sampah di sekitar Desa Komodo, Loh Liang, Pantai Pink, dan Gili Lawa Darat, personel MPS di Desa Papagarang berjumlah tujuh orang, bertugas menangani sampah di desa tersebut, Padar Selaran, dan pulau-pulau tujuan wisata di sekitarnya.
Selain mengumpulkan dan mengangkut sampah keluar dari kawasan Komodo, kata Budi Kurniawan, anggota MPS juga berwenang untuk menegur pengunjung, pelaku wisata, serta masyarakat umum lainnya yang membuang sampah sembarangan.
Meskipun TNK masih berbalut sampah, pihak otoritas mencatat arus kunjungan wisatawan ke objek wisata unggulan itu sebanyak 119.599 orang pada 2017, atau meningkat sekitar 11,04 persen dibanding tahun 2016 yang hanya mencapai 107,711 orang.
Arus kunjungan itu didominasi wisatawan mancanegara sebanyak 75.650 orang, dan domestik 43.949 orang. Ini, katanya, suatu bukti bahwa TNK memiliki pesona wisata tersendiri di mata wisatawan mancanegara.
Rumah Penduduk
Sampah-sampah yang bertebaran di Kota Labuan Bajo menjadi sebuah keprihatinan tersendiri bagi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sehingga mengalokasikan dana bantuannya sebesar Rp15 miliar untuk penanggulangan sampah di kota kecil yang terletak di ujung barat Pulau Flores itu.
Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula menjelaskan Kementerian LHK telah mem-backup kami menangani masalah sampah di Kota Labuan Bajo dengan dana sebesar Rp15 miliar. Dana sebesar itu akan dimanfaatkan untuk pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.
Pemerintahannya pun kemudian menyiapkan areal seluas sekitar 5,0 hektare di Desa Warloka untuk mendukung pembangunan TPA yang lokasinya cukup jauh dari kota Labuan. Lahan seluas 5,0 hektare itu juga telah dimanfaatkan untuk TPA, namun kapasitasnya sudah tidak memungkinkan lagi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi sampah di Kota Labuan Bajo mencapai 112 meter kubik per hari dengan jenis sampah yang beragam. Untuk itu, penanganan sampah akan lebih maksimal dengan tersedianya infrastruktur pendukung berupa TPA baru tersebut.
Bagi Bupati Dula, penanganan sampah di daerah setempat menjadi salah satu prioritas pemerintahannya dengan melibatkan organisasi perangkat daerah, masyarakat, maupun lembaga atau organsiasi pemerhati lingkungan.
Selain sampah di Kota Labuan Bajo, penanganan sampah juga sedang berlangsung di TNK dalam pengawasan pihak otoritas. Semua bekerja sama dengan pemerintah kabupaten, sehingga sampah-sampah, baik di darat maupun kawasan wisata komodo terus ditangani secara besama-sama.
Sampah memang menjadi persoalan serius di Labuan dan komodo, namun masalah penginapan juga menjadi salah satu kendala yang sedang dihadapi pemerintah kabupaten setempat. Karena itu Pemkab sedang membangun dua buah hotel bertaraf internasional di Labuan untuk mengantisipasi ledakan arus kunjungan wisatawan.
Kunjungan para tamu internasional ke Labuan dan Komodo setelah selesai melaksanakan pertemuan tahunan IMF-WB di Bali pada Oktober 2018 bukanlah sebuah jumlah sedikit, sehingga hotel-hotel yang ada di Labuan tampaknya tidak akan mampu menampung para tamu yang berjumlah sekitar 15.000 - 18.000 orang itu.
Kondisi penginapan saat ini, menurut dia, belum memadai untuk menampung ribuan tamu yang datang sekaligus, sehingga dengan hadirnya Hotel Marina berkapasitas 180 kamar, dan Hotel Ayana berkapasitas 200 kamar dapat meminimalisir masalah ledakan arus kunjungan para tamu internasional tersebut.
Jika hotel-hotel berbintang yang ada tidak sanggup menampung para tamu dari berbagai negara tersebut, maka pemerintah telah menyiasatinya dengan hotel-hotel kelas melati, maupun home stay milik masyarakat lokal. Jika itu pun belum juga mencukupi maka rumah penduduk pun akan dimanfaatkan untuk menampung mereka.
Kota kecil seluas 9.450 km2 yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat itu memiliki panorama serta keindahan alam yang mengundang decak kagum bagi siapa pun yang sempat mengampirinya.
Keindahan alam Labuan Bajo itu tampak menjadi sempurna dengan balutan gugusan pulau-pulau kecil yang berada di sekitarnya sampai ke Taman Nasional Komodo (TNK) yang menjadi habitatnya binatang purba raksasa komodo (Varanus Komodoensis).
Labuan Bajo kini telah ditetapkan pemerintah menjadi salah satu dari 10 tujuan wisata unggulan nasional, selain komodo yang telah ditetapkan pula sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia oleh Yayasan New Seven Wonders.
Pemerintahan Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dulla dan Maria Geong seakan tak bisa lagi nyenyak tidur, karena terus bekerja menata kotanya dari berbagai kekurangan, seperti memperbaiki fasilitas air bersih, perhotelan, dan sampah yang menjadi persoalan utama yang harus segera diselesaikan.
Kontribusi kami adalah menyiapkan anggaran sebesar Rp1,5 miliar untuk membangun infrastruktur air bersih di Labuan Bajo. Labuan dan komodo merupakan satu paket wisata yang ditawarkan kepada para peserta `annual meeting` IMF-WB, selain enam objek unggulan lainnya di Indonesia, kata Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Ardu Jelamu.
Marius mengakui bahwa pihaknya telah menggelar rapat secara maraton bersama para menteri dari lintas kementerian yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dengan agenda utama mempersiapkan daerah wisata Labuan Bajo dan komodo, karena akan dikunjungi ribuan tamu internasional.
Para tamu yang akan datang ke Labuan dan komodo berkisar antara 15.000 hingga 17.000 orang. Karena itu, Menteri Luhut menginstruksikan Pemerintah Provinsi NTT untuk berkontribusi membantu kesiapan infrastruktur, salah satunya pembangunan air bersih di Kota Labuan Bajo.
Kondisi tersebut seakan menuntut Marius untuk terus melakukan koordinasi dengan Pemerintahan Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula untuk mematangkan berbagai persiapan agar para tamu internasional dari IMF-WB itu bisa dilayani dengan baik.
Otoritas Taman Nasional Komodo (TNK) juga tidak tinggal diam untuk memyambut para tamu internasional tersebut. Pembenahan sarana dan prasarana, kata Kepala TNK Budi Kurniawan, terus dilakukan, seperti penyempurnaan tangga di Pulau Padar, perbaikan dermaga, pembangunan MCK dan lainnya.
Selain melakukan pembenahan tersebut, otoritas TNK juga melakukan langkah pengendalian sampah yang selama ini menjadi keluhan utama para wisatawan mancanegara. Otoritas TNK pun kemudian membentuk sebuah organisasi bernama Masyarakat Peduli Sampah (MPS).
MPS yang merupakan anggota masyarakat desa yang ada dalam kawasan TNK itu telah mengangkut lebih dari 2,5 ton sampah dari kawasan wisata TNK menuju Labuan Bajo untuk didaur ulang oleh Koperasi Serba Usaha Sampah Komodo.
MPS yang beranggotakan sekitar 35 orang ini bertugas memerangi sampah di lingkungan permukiman masing-masing, misalnya 14 orang dari Desa Rinca bertugas memerangi sampah dalam zona pengelolaan taman nasional mencakup Kampung Rinca, Kampung Kerora, Pulau Kambing, dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya.
Sekitar 14 orang MPS dari Kampung Komodo bertugas membersihkan sampah di sekitar Desa Komodo, Loh Liang, Pantai Pink, dan Gili Lawa Darat, personel MPS di Desa Papagarang berjumlah tujuh orang, bertugas menangani sampah di desa tersebut, Padar Selaran, dan pulau-pulau tujuan wisata di sekitarnya.
Selain mengumpulkan dan mengangkut sampah keluar dari kawasan Komodo, kata Budi Kurniawan, anggota MPS juga berwenang untuk menegur pengunjung, pelaku wisata, serta masyarakat umum lainnya yang membuang sampah sembarangan.
Meskipun TNK masih berbalut sampah, pihak otoritas mencatat arus kunjungan wisatawan ke objek wisata unggulan itu sebanyak 119.599 orang pada 2017, atau meningkat sekitar 11,04 persen dibanding tahun 2016 yang hanya mencapai 107,711 orang.
Arus kunjungan itu didominasi wisatawan mancanegara sebanyak 75.650 orang, dan domestik 43.949 orang. Ini, katanya, suatu bukti bahwa TNK memiliki pesona wisata tersendiri di mata wisatawan mancanegara.
Rumah Penduduk
Sampah-sampah yang bertebaran di Kota Labuan Bajo menjadi sebuah keprihatinan tersendiri bagi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sehingga mengalokasikan dana bantuannya sebesar Rp15 miliar untuk penanggulangan sampah di kota kecil yang terletak di ujung barat Pulau Flores itu.
Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula menjelaskan Kementerian LHK telah mem-backup kami menangani masalah sampah di Kota Labuan Bajo dengan dana sebesar Rp15 miliar. Dana sebesar itu akan dimanfaatkan untuk pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.
Pemerintahannya pun kemudian menyiapkan areal seluas sekitar 5,0 hektare di Desa Warloka untuk mendukung pembangunan TPA yang lokasinya cukup jauh dari kota Labuan. Lahan seluas 5,0 hektare itu juga telah dimanfaatkan untuk TPA, namun kapasitasnya sudah tidak memungkinkan lagi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi sampah di Kota Labuan Bajo mencapai 112 meter kubik per hari dengan jenis sampah yang beragam. Untuk itu, penanganan sampah akan lebih maksimal dengan tersedianya infrastruktur pendukung berupa TPA baru tersebut.
Bagi Bupati Dula, penanganan sampah di daerah setempat menjadi salah satu prioritas pemerintahannya dengan melibatkan organisasi perangkat daerah, masyarakat, maupun lembaga atau organsiasi pemerhati lingkungan.
Selain sampah di Kota Labuan Bajo, penanganan sampah juga sedang berlangsung di TNK dalam pengawasan pihak otoritas. Semua bekerja sama dengan pemerintah kabupaten, sehingga sampah-sampah, baik di darat maupun kawasan wisata komodo terus ditangani secara besama-sama.
Sampah memang menjadi persoalan serius di Labuan dan komodo, namun masalah penginapan juga menjadi salah satu kendala yang sedang dihadapi pemerintah kabupaten setempat. Karena itu Pemkab sedang membangun dua buah hotel bertaraf internasional di Labuan untuk mengantisipasi ledakan arus kunjungan wisatawan.
Kunjungan para tamu internasional ke Labuan dan Komodo setelah selesai melaksanakan pertemuan tahunan IMF-WB di Bali pada Oktober 2018 bukanlah sebuah jumlah sedikit, sehingga hotel-hotel yang ada di Labuan tampaknya tidak akan mampu menampung para tamu yang berjumlah sekitar 15.000 - 18.000 orang itu.
Kondisi penginapan saat ini, menurut dia, belum memadai untuk menampung ribuan tamu yang datang sekaligus, sehingga dengan hadirnya Hotel Marina berkapasitas 180 kamar, dan Hotel Ayana berkapasitas 200 kamar dapat meminimalisir masalah ledakan arus kunjungan para tamu internasional tersebut.
Jika hotel-hotel berbintang yang ada tidak sanggup menampung para tamu dari berbagai negara tersebut, maka pemerintah telah menyiasatinya dengan hotel-hotel kelas melati, maupun home stay milik masyarakat lokal. Jika itu pun belum juga mencukupi maka rumah penduduk pun akan dimanfaatkan untuk menampung mereka.