Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat meminta tim peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) agar berkolaborasi dengan perangkat daerah untuk membantu mengatasi masalah kekerdilan (stunting) di provinsi itu.
"Kami butuh orang-orang seperti bapak dan ibu yang bisa menjadi trigger atau pemicu. Saya tahu IPB salah satu perguruan tinggi yang sangat hebat, yang mampu melakukan ini," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Kupang, Selasa, (5/10).
Ia mengatakan hal itu saat menerima audiensi tim peneliti dari IPB dipimpin Prof Alimmudin yang ditugaskan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi untuk membantu penanganan stunting dari aspek pangan di NTT.
Gubernur Laiskodat mengklaim sejak bersama wakilnya Josef Nae Soi memimpin NTT pada September 2018, angka kekerdilan turun dari 35,20 persen menjadi 22 persen.
Namun, menurut dia, persoalan kekerdilan bukan terkait penurunan jumlah persentasi melainkan masalah kemanusiaan. Kerja seorang pemimpin, bukan menurunkan persentase saja, tapi menyelesaikannya agar orang tidak hidup dalam kondisi seperti ini. "Cara pandang seperti ini yang terus kami dorong dan tanamkan kepada para bupati/walikota di NTT," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan pendekatan penanganan stunting di NTT bukan hanya soal pangan saja, tapi juga berkaitan dengan pranata sosial budaya dan pendidikan.
Oleh sebab itu, pemerintah provinsi membutuhkan dukungan para peneliti IPB yang di dalamnya terdiri dari para ahli bidang perikanan, gizi dan pangan, serta ahli peternakan untuk membantu penanganan kekerdilan di NTT.
"Saya minta teman-teman ahli dari IPB dapat berkolaborasi dengan perangkat daerah terkait dan pemangku kepentingan lainnya demi kemajuan NTT," katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Peneliti IPB Prof Alimmudin mengatakan misi yang diemban pihaknya adalah membantu NTT mengatasi kemiskinan dengan pendekatan langsung ke habitat untuk memberikan edukasi dan praktik terkait asupan gizi yang baik.
Baca juga: Gubernur NTT dorong percepatan wilayah perdagangan bebas RI-Timor Leste
Ia mengatakan pihaknya akan membangun kerja sama dengan Universitas Nusa Cendana (Undana) dan perguruan tinggi lainnya di NTT serta organisasi PKK NTT dalam upaya penanganan kekerdilan.
Baca juga: Gubernur NTT sebut TNI jadi kekuatan dalam menjaga kedalautan negara
"Kami juga siap untuk membantu pemerintah provinsi untuk pengembangan perikanan, pakan ternak, pengembangan kelor dan peternakan," katanya.
Para peneliti dari IPB tersebut terdiri atas enam orang guru besar, masing-masing dua orang dari setiap fakultas, yakni Fakultas Gizi dan Pangan, Fakultas Perikanan dan Kelautan serta Fakultas Peternakan.
"Kami butuh orang-orang seperti bapak dan ibu yang bisa menjadi trigger atau pemicu. Saya tahu IPB salah satu perguruan tinggi yang sangat hebat, yang mampu melakukan ini," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Kupang, Selasa, (5/10).
Ia mengatakan hal itu saat menerima audiensi tim peneliti dari IPB dipimpin Prof Alimmudin yang ditugaskan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi untuk membantu penanganan stunting dari aspek pangan di NTT.
Gubernur Laiskodat mengklaim sejak bersama wakilnya Josef Nae Soi memimpin NTT pada September 2018, angka kekerdilan turun dari 35,20 persen menjadi 22 persen.
Namun, menurut dia, persoalan kekerdilan bukan terkait penurunan jumlah persentasi melainkan masalah kemanusiaan. Kerja seorang pemimpin, bukan menurunkan persentase saja, tapi menyelesaikannya agar orang tidak hidup dalam kondisi seperti ini. "Cara pandang seperti ini yang terus kami dorong dan tanamkan kepada para bupati/walikota di NTT," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan pendekatan penanganan stunting di NTT bukan hanya soal pangan saja, tapi juga berkaitan dengan pranata sosial budaya dan pendidikan.
Oleh sebab itu, pemerintah provinsi membutuhkan dukungan para peneliti IPB yang di dalamnya terdiri dari para ahli bidang perikanan, gizi dan pangan, serta ahli peternakan untuk membantu penanganan kekerdilan di NTT.
"Saya minta teman-teman ahli dari IPB dapat berkolaborasi dengan perangkat daerah terkait dan pemangku kepentingan lainnya demi kemajuan NTT," katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Peneliti IPB Prof Alimmudin mengatakan misi yang diemban pihaknya adalah membantu NTT mengatasi kemiskinan dengan pendekatan langsung ke habitat untuk memberikan edukasi dan praktik terkait asupan gizi yang baik.
Baca juga: Gubernur NTT dorong percepatan wilayah perdagangan bebas RI-Timor Leste
Ia mengatakan pihaknya akan membangun kerja sama dengan Universitas Nusa Cendana (Undana) dan perguruan tinggi lainnya di NTT serta organisasi PKK NTT dalam upaya penanganan kekerdilan.
Baca juga: Gubernur NTT sebut TNI jadi kekuatan dalam menjaga kedalautan negara
"Kami juga siap untuk membantu pemerintah provinsi untuk pengembangan perikanan, pakan ternak, pengembangan kelor dan peternakan," katanya.
Para peneliti dari IPB tersebut terdiri atas enam orang guru besar, masing-masing dua orang dari setiap fakultas, yakni Fakultas Gizi dan Pangan, Fakultas Perikanan dan Kelautan serta Fakultas Peternakan.