Kupang (ANTARA) - Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Agung Sudiono Abadi mengimbau warga di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mewaspadai cuaca ekstrem pada masa pancaroba atau peralihan musim kemarau menuju musim hujan.
"Waspadai potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan yang dapat disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat. Selain itu, waspadai juga potensi kebakaran hutan dan lahan," kata Agung Sudiono menanggapi prospek cuaca di NTT dan upaya antisipasi terhadap dampak cuaca ekstrem pada masa peralihan musim dari kemarau ke hujan di Kupang, Rabu (6/10).
Baca juga: BMKG ingatkan waspadai potensi angin kencang di Manggarai Barat
Agung menjelaskan berdasarkan pemantauan prospek cuaca selama sekitar sepekan ke depan (5-11 Oktober) diketahui bahwa posisi matahari saat ini berada di wilayah ekuator dan mulai bergerak ke belahan bumi selatan.
Hal ini menyebabkan wilayah Indonesia dan NTT khususnya memasuki transisi musim dari kemarau ke hujan. "Potensi pembentukan awan-awan konvektif juga akan meningkat pada masa transisi ini," katanya.
Baca juga: Sembilan daerah di NTT berstatus awas bencana kekeringan
Lebih lanjut, Agung menjelaskan posisi gelombang atmosfer pembawa massa udara basah atau Madden Julian Oscillation (MJO) berada di kuadaran 5, sehingga berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian timur, termasuk NTT.
Oleh sebab itu, perlu diwaspadai adanya potensi hujan yang dapat disertai petir maupun yang dapat memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor dan sebagainya.
"Waspadai potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan yang dapat disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat. Selain itu, waspadai juga potensi kebakaran hutan dan lahan," kata Agung Sudiono menanggapi prospek cuaca di NTT dan upaya antisipasi terhadap dampak cuaca ekstrem pada masa peralihan musim dari kemarau ke hujan di Kupang, Rabu (6/10).
Baca juga: BMKG ingatkan waspadai potensi angin kencang di Manggarai Barat
Agung menjelaskan berdasarkan pemantauan prospek cuaca selama sekitar sepekan ke depan (5-11 Oktober) diketahui bahwa posisi matahari saat ini berada di wilayah ekuator dan mulai bergerak ke belahan bumi selatan.
Hal ini menyebabkan wilayah Indonesia dan NTT khususnya memasuki transisi musim dari kemarau ke hujan. "Potensi pembentukan awan-awan konvektif juga akan meningkat pada masa transisi ini," katanya.
Baca juga: Sembilan daerah di NTT berstatus awas bencana kekeringan
Lebih lanjut, Agung menjelaskan posisi gelombang atmosfer pembawa massa udara basah atau Madden Julian Oscillation (MJO) berada di kuadaran 5, sehingga berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian timur, termasuk NTT.
Oleh sebab itu, perlu diwaspadai adanya potensi hujan yang dapat disertai petir maupun yang dapat memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor dan sebagainya.