New York (ANTARA) - Harga minyak berbalik naik dari kerugian sesi sebelumnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat, 15/10 pagi WIB), setelah produsen minyak utama Arab Saudi menolak seruan untuk tambahan pasokan OPEC+, dan Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan lonjakan harga gas alam dapat meningkatkan permintaan minyak di antara pembangkit listrik.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember terangkat 82 sen menjadi menetap di 84 dolar AS per barel, naik 1,0 persen, dan merupakan tingkat penyelesaian tertinggi sejak Oktober 2018.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November menguat 87 sen menjadi berakhir di 81,31 dolar AS per barel, mencatat penutupan tertinggi tujuh tahun lainnya.
Pasar sebagian besar mengabaikan peningkatan besar yang tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS karena para penyuling memangkas produksi dalam periode yang umumnya lebih lambat untuk fasilitas tersebut.
Permintaan minyak akan meningkat setengah juta barel per hari (bph) karena sektor listrik dan industri berat beralih dari sumber energi yang lebih mahal, kata IEA, memperingatkan bahwa krisis energi dapat memicu inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia.
Dalam laporan bulanannya, IEA meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada 2022 sebesar 210.000 barel per hari, dan sekarang memperkirakan total permintaan minyak pada 2022 mencapai 99,6 juta barel per hari, sedikit di atas tingkat pra-pandemi.
Gedung Putih telah berdiskusi dengan para produsen minyak dan gas tentang biaya bahan bakar, dengan harga bensin eceran mencapai tertinggi dalam tujuh tahun dan tagihan pemanas musim dingin diperkirakan akan meningkat. Ia juga mendesak OPEC+ untuk meningkatkan produksi.
"Pasar secara fundamental ketat," kata Mike Tran, direktur pelaksana strategi energi global di RBC Capital Markets. “Semua jenis tuas kebijakan yang mencoba mengerem sentimen pasar minyak adalah hal yang tidak terduga.”
Arab Saudi menolak seruan untuk peningkatan produksi OPEC+ tambahan, dengan mengatakan penghentian pengurangan produksi kelompok itu melindungi pasar minyak dari perubahan harga liar yang terlihat di pasar gas alam dan batu bara.
OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, telah melakukan pekerjaan “luar biasa” sebagai pengatur pasar minyak, kata menteri energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dalam sebuah forum di Moskow.
Pada pertemuannya bulan ini, OPEC+ tetap pada kesepakatan sebelumnya untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari per bulan.
Stok minyak mentah AS naik secara mengejutkan 6 juta barel, lebih tinggi dari perkiraan untuk kenaikan 702.000 barel yang diperkirakan para analis. Produksi naik tipis, mencapai 11,4 juta barel per hari.
Produsen serpih AS enggan berinvestasi dalam meningkatkan produksi setelah bertahun-tahun dengan pengembalian yang lemah, sehingga produksi AS masih jauh dari rekor akhir 2019 di hampir 13 juta barel per hari. Pada Rabu (13/10/2021), EIA mengatakan produksi akan rebound menjadi 11,7 juta barel per hari pada 2022.
“Kami mencapai 11,4 juta barel per hari dan itu masih jumlah yang sangat besar, tetapi kami memiliki ekonomi yang membutuhkan lebih dari itu dan Uni Eropa yang membutuhkan solar dan bensin seperti gila,” kata Tim Snyder, kepala ekonom di Matador Economics di Dallas.
Baca juga: Minyak jatuh karena ambil untung
Baca juga: Minyak beragam, krisis energi picu volatilitas
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember terangkat 82 sen menjadi menetap di 84 dolar AS per barel, naik 1,0 persen, dan merupakan tingkat penyelesaian tertinggi sejak Oktober 2018.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November menguat 87 sen menjadi berakhir di 81,31 dolar AS per barel, mencatat penutupan tertinggi tujuh tahun lainnya.
Pasar sebagian besar mengabaikan peningkatan besar yang tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS karena para penyuling memangkas produksi dalam periode yang umumnya lebih lambat untuk fasilitas tersebut.
Permintaan minyak akan meningkat setengah juta barel per hari (bph) karena sektor listrik dan industri berat beralih dari sumber energi yang lebih mahal, kata IEA, memperingatkan bahwa krisis energi dapat memicu inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia.
Dalam laporan bulanannya, IEA meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada 2022 sebesar 210.000 barel per hari, dan sekarang memperkirakan total permintaan minyak pada 2022 mencapai 99,6 juta barel per hari, sedikit di atas tingkat pra-pandemi.
Gedung Putih telah berdiskusi dengan para produsen minyak dan gas tentang biaya bahan bakar, dengan harga bensin eceran mencapai tertinggi dalam tujuh tahun dan tagihan pemanas musim dingin diperkirakan akan meningkat. Ia juga mendesak OPEC+ untuk meningkatkan produksi.
"Pasar secara fundamental ketat," kata Mike Tran, direktur pelaksana strategi energi global di RBC Capital Markets. “Semua jenis tuas kebijakan yang mencoba mengerem sentimen pasar minyak adalah hal yang tidak terduga.”
Arab Saudi menolak seruan untuk peningkatan produksi OPEC+ tambahan, dengan mengatakan penghentian pengurangan produksi kelompok itu melindungi pasar minyak dari perubahan harga liar yang terlihat di pasar gas alam dan batu bara.
OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, telah melakukan pekerjaan “luar biasa” sebagai pengatur pasar minyak, kata menteri energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dalam sebuah forum di Moskow.
Pada pertemuannya bulan ini, OPEC+ tetap pada kesepakatan sebelumnya untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari per bulan.
Stok minyak mentah AS naik secara mengejutkan 6 juta barel, lebih tinggi dari perkiraan untuk kenaikan 702.000 barel yang diperkirakan para analis. Produksi naik tipis, mencapai 11,4 juta barel per hari.
Produsen serpih AS enggan berinvestasi dalam meningkatkan produksi setelah bertahun-tahun dengan pengembalian yang lemah, sehingga produksi AS masih jauh dari rekor akhir 2019 di hampir 13 juta barel per hari. Pada Rabu (13/10/2021), EIA mengatakan produksi akan rebound menjadi 11,7 juta barel per hari pada 2022.
“Kami mencapai 11,4 juta barel per hari dan itu masih jumlah yang sangat besar, tetapi kami memiliki ekonomi yang membutuhkan lebih dari itu dan Uni Eropa yang membutuhkan solar dan bensin seperti gila,” kata Tim Snyder, kepala ekonom di Matador Economics di Dallas.
Baca juga: Minyak jatuh karena ambil untung
Baca juga: Minyak beragam, krisis energi picu volatilitas