Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Balai Taman Nasional Komodo Budi Kurniawan mengklaim masalah sampah di kawasan wisata Pulau Komodo sudah mulai terkendali dengan dukungan berbagai skema penanganan yang diterapkan.
"Pada awal Februari 2018 memang sampah masih bermasalah, namun dengan berbagai skema penanganan yang kami lakukan sekarang sudah mulai terkendali," kata Budi Kurniawan saat dihubungi Antara dari Kupang, Senin (16/4).
Menurutnya, sampah-sampah yang sebelumnya banyak mengotori sejumlah desa di dalam kawasan wisata Taman Nasional Komodo seperti Papa Garang, Rinca, Komodo secara bertahap sudah tertangani.
"Ini juga berkat dukungan pembentukan kelompok masyarakat peduli sampah yang secara psikologis membuat masyarakat juga berperan aktif menangani sampah," katanya.
Budi menjelaskan beberapa skema yang diterapkan dalam penanganan sampah di kawasan wisata yang terkenal sebagai habitat satwa purba Komodo (varanus komodoensis) ini di antaranya membentuk kelompok masyarakat peduli sampah.
Kelompok ini, lanjutnya, melibatkan masyarakat di desa-desa dalam kawasan wisata Komodo yang bekerja mengumpulkan sampah secara terjadwal selama tiga hingga empat hari dalam seminggu di setiap bulannya.
"Rata-rata sampah terkumpul puluhan karung ukuran 100 kilogram, kemudian dipilah-pilah antara sampah organik-anorganik lalu diangkut ke Labuan Bajo," katanya.
Baca juga: Sampah di TNK belum juga beres
Baca juga: Rp15 miliar untuk sampah di Labuan Bajo
Sampah bertebaran di Pulau Komodo, salah satu objek wisata unggulan nasional yang perlu secepatnya dibersihkan. (ANTARA Foto/Ist)
Di Labuan Bajo ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, lanjutnya, sampah organik didaur ulang bekerjasama dengan Koperasi Serba Usaha (KSU) Komodo dan sisanya (anorganik) dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Selain itu, skema penanganan sampah juga dilakukan bersama mitra-mitra terkait untuk gerakan penanganan setiap tiga bulan sekali. "Gerakan secara masif ini melibatkan peran serta masyarakat, pelaku wisata dan instansi terkait termasuk anak-anak sekolah," katanya.
Penanganan sampah juga dibantu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui gerakan bersama penanganan sampah setiap bulan. Semua mitra, tampaknya sudah saling bersinergi untuk menangani masalah sampah di salah satu dari tujuh keajaiban dunia (News7 Wonders) itu.
Budi memastikan berbagai gerakan penanganan sampah ini akan terus dilakukan hingga persoalan sampah di kawasan wisata itu yang sering dikeluhkan berbagai pihak dapat teratasi.
"Pada awal Februari 2018 memang sampah masih bermasalah, namun dengan berbagai skema penanganan yang kami lakukan sekarang sudah mulai terkendali," kata Budi Kurniawan saat dihubungi Antara dari Kupang, Senin (16/4).
Menurutnya, sampah-sampah yang sebelumnya banyak mengotori sejumlah desa di dalam kawasan wisata Taman Nasional Komodo seperti Papa Garang, Rinca, Komodo secara bertahap sudah tertangani.
"Ini juga berkat dukungan pembentukan kelompok masyarakat peduli sampah yang secara psikologis membuat masyarakat juga berperan aktif menangani sampah," katanya.
Budi menjelaskan beberapa skema yang diterapkan dalam penanganan sampah di kawasan wisata yang terkenal sebagai habitat satwa purba Komodo (varanus komodoensis) ini di antaranya membentuk kelompok masyarakat peduli sampah.
Kelompok ini, lanjutnya, melibatkan masyarakat di desa-desa dalam kawasan wisata Komodo yang bekerja mengumpulkan sampah secara terjadwal selama tiga hingga empat hari dalam seminggu di setiap bulannya.
"Rata-rata sampah terkumpul puluhan karung ukuran 100 kilogram, kemudian dipilah-pilah antara sampah organik-anorganik lalu diangkut ke Labuan Bajo," katanya.
Baca juga: Sampah di TNK belum juga beres
Baca juga: Rp15 miliar untuk sampah di Labuan Bajo
Di Labuan Bajo ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, lanjutnya, sampah organik didaur ulang bekerjasama dengan Koperasi Serba Usaha (KSU) Komodo dan sisanya (anorganik) dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Selain itu, skema penanganan sampah juga dilakukan bersama mitra-mitra terkait untuk gerakan penanganan setiap tiga bulan sekali. "Gerakan secara masif ini melibatkan peran serta masyarakat, pelaku wisata dan instansi terkait termasuk anak-anak sekolah," katanya.
Penanganan sampah juga dibantu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui gerakan bersama penanganan sampah setiap bulan. Semua mitra, tampaknya sudah saling bersinergi untuk menangani masalah sampah di salah satu dari tujuh keajaiban dunia (News7 Wonders) itu.
Budi memastikan berbagai gerakan penanganan sampah ini akan terus dilakukan hingga persoalan sampah di kawasan wisata itu yang sering dikeluhkan berbagai pihak dapat teratasi.