Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Balai Taman Nasional Komodo Budi Kurniawan mengatakan puluhan warga yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Sampah sudah mengangkut lebih dari 800 kilogram sampah dari kawasan wisata Taman Nasional Komodo (TNK).
"Sejak MPS dibentuk 22 Februari lalu, sudah 74 karung sampah plastik dengan berat lebih dari 800 kg berhasil diangkut keluar dari kawasan Taman Nasional Komodo," kata Kurniawan dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Kupang, Sabtu.
Ia mengatakan sampah-sampah yang diangkut keluar dari salah satu kawasan wisata prioritas nasional yang terkenal memiliki habitat satwa purba komodo (Varanus komodoensis) terletak di wilayah barat Pulau Flores itu, memiliki nilai ekonomis atau dapat dijual kembali.
Berbagai jenis sampah yang diangkut itu di antaranya sampah kemasan air minum sekali pakai, kardus, maupun besi atau tembaga.
"Sampah yang diangkut kemudian diserahkan ke Koperasi Serba Usaha Sampah Komodo di Labuan Bajo untuk didaur ulang," katanya.
Budi menjelaskan anggota MPS yang dibentuk berjumlah sekitar 35 orang bertugas memerangi sampah di pemukiman masing-masing dalam kawasan wisata komodo.
Mereka antara lain dari Desa Rinca 14 orang yang bertugas memerangi sampah dalam zona pengelolaan taman nasional mencakup Kampung Rinca, Kampung Kerora, Pulau Kambing, dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya.
Selain itu, di Kampung Komodo berjumlah 14 orang dengan wilayah kerja mencakup Desa Komodo, Loh Liang, Pantai Pink, dan Gili Lawa Darat.
Personel MPS di Desa Papagarang berjumlah tujuh orang, bertugas menangani sampah di desa tersebut, Padar Selaran, dan pulau-pulau tujuan wisata di sekitarnya.
Budi mengatakan aktivitas para personel MPS dalam memerangi sampah didampingi para petugas resor yang ada di desa setempat.
Selain mengumpulkan dan mengangkut sampah keluar dari kawasan komodo, lanjutnya, anggota MPS juga berwenang menegur pengunjung, pelaku wisata, serta masyarakat umum lainnya yang membuang sampah sembarangan.
"Mereka berhak menegur setiap pengguna kawasan agar tertib sampah dan mengajak masyarakat untuk mencintai laut dan pulau sebagai rumah yang harus dijaga," katanya.
Budi berharap, gencarnya penanganan sampah itu seiring waktu, dapat mengurangi volume sampah.
Selain itu, katanya, memberikan dampak penyadaran bagi masyarakat maupun wisatawan agar tertib sampah untuk kesehatan manusia dan eksosistem di kawasan wisata komodo.
"Sejak MPS dibentuk 22 Februari lalu, sudah 74 karung sampah plastik dengan berat lebih dari 800 kg berhasil diangkut keluar dari kawasan Taman Nasional Komodo," kata Kurniawan dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Kupang, Sabtu.
Ia mengatakan sampah-sampah yang diangkut keluar dari salah satu kawasan wisata prioritas nasional yang terkenal memiliki habitat satwa purba komodo (Varanus komodoensis) terletak di wilayah barat Pulau Flores itu, memiliki nilai ekonomis atau dapat dijual kembali.
Berbagai jenis sampah yang diangkut itu di antaranya sampah kemasan air minum sekali pakai, kardus, maupun besi atau tembaga.
"Sampah yang diangkut kemudian diserahkan ke Koperasi Serba Usaha Sampah Komodo di Labuan Bajo untuk didaur ulang," katanya.
Budi menjelaskan anggota MPS yang dibentuk berjumlah sekitar 35 orang bertugas memerangi sampah di pemukiman masing-masing dalam kawasan wisata komodo.
Mereka antara lain dari Desa Rinca 14 orang yang bertugas memerangi sampah dalam zona pengelolaan taman nasional mencakup Kampung Rinca, Kampung Kerora, Pulau Kambing, dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya.
Selain itu, di Kampung Komodo berjumlah 14 orang dengan wilayah kerja mencakup Desa Komodo, Loh Liang, Pantai Pink, dan Gili Lawa Darat.
Personel MPS di Desa Papagarang berjumlah tujuh orang, bertugas menangani sampah di desa tersebut, Padar Selaran, dan pulau-pulau tujuan wisata di sekitarnya.
Budi mengatakan aktivitas para personel MPS dalam memerangi sampah didampingi para petugas resor yang ada di desa setempat.
Selain mengumpulkan dan mengangkut sampah keluar dari kawasan komodo, lanjutnya, anggota MPS juga berwenang menegur pengunjung, pelaku wisata, serta masyarakat umum lainnya yang membuang sampah sembarangan.
"Mereka berhak menegur setiap pengguna kawasan agar tertib sampah dan mengajak masyarakat untuk mencintai laut dan pulau sebagai rumah yang harus dijaga," katanya.
Budi berharap, gencarnya penanganan sampah itu seiring waktu, dapat mengurangi volume sampah.
Selain itu, katanya, memberikan dampak penyadaran bagi masyarakat maupun wisatawan agar tertib sampah untuk kesehatan manusia dan eksosistem di kawasan wisata komodo.