Kupang (AntaraNews NTT) - Organisasi konservasi independen WWF Indonesia mengidentifikasi sedikitnya terdapat dua area dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) yaitu Batu Bolon dan Manta Point yang rawan terdampak aktivitas menyelam dari para wisatawan.
"Kedua area ini rawan terdampak karena kondisi terumbu karang yang rapat serta merupakan habitat ikan pari manta," kata Koordinator Bycatch and Shark Conservation World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Dwi Ariyogagautama saat dihubungi Antara di Kupang, Senin (16/4).
Ia menjelaskan, sejak 2016, WWF telah melakukan pengkajian tentang daya dukung (carring capacity) untuk mengidentifikasi keberlangsungan hidup sumber daya alam yang ada dalam kawasan wisata Komodo.
Pengkajian itu, katanya, dilakukan pada 11 titik atau spot wisata menyelam yang menyebar di perairan daerah wisata yang terkenal sebagai habitat satwa purba Komodo (varanus komodoensis) itu.
Dwi menyebut, setidaknya ada dua titik yang rawan terdampak aktivitas menyelam para wisatawan yakni di Batu Bolon dengan kondisi cakupan persentase terumbu karang yang masih rapat.
Baca juga: Otoritas TNK akan berhentikan pemandu yang nakal
Baca juga: TNK gelar patroli apung
Pesona Taman Nasional Komodo di Flores Barat, NTT
Selain itu, daerah wisata selam di titik tempat melihat ikan pari (Manta Point) untuk merupakan habitat ikan pari dan menjadi salah satu tontonan menarik bagi para wisatawan khususnya penyelam. "Terurama pada saat tertentu yaitu pada musim kawin ikan pari karena satwa tersebut rawan terganggu," katanya.
Ia menjelaskan, ke-11 spot wisata menyelam yang dikaji merupakan area yang paling banyak dijadikan objek wisatawan bahkan sebagiannya selalu dikunjungi setiap hari.
Tujuan wisata menyelam itu, lanjutnya, rata-rata yang utama untuk menyaksikan aktivitas habitat ikan pari manta, selanjutnya ikan hiu, penyu, dan terumbu karang.
Dwi menambahkan, hasil kajian tersebut telah diserahkan kepada pihak Balai Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai bagian dari sumber data untuk kebijakan penataan kawasan wisata setempat.
"Sehingga nantinya untuk area-area yang rawan ini bisa dikendalikan berupa pengaturan jumlah wisatawan dan sebagainya," katanya.
"Kedua area ini rawan terdampak karena kondisi terumbu karang yang rapat serta merupakan habitat ikan pari manta," kata Koordinator Bycatch and Shark Conservation World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Dwi Ariyogagautama saat dihubungi Antara di Kupang, Senin (16/4).
Ia menjelaskan, sejak 2016, WWF telah melakukan pengkajian tentang daya dukung (carring capacity) untuk mengidentifikasi keberlangsungan hidup sumber daya alam yang ada dalam kawasan wisata Komodo.
Pengkajian itu, katanya, dilakukan pada 11 titik atau spot wisata menyelam yang menyebar di perairan daerah wisata yang terkenal sebagai habitat satwa purba Komodo (varanus komodoensis) itu.
Dwi menyebut, setidaknya ada dua titik yang rawan terdampak aktivitas menyelam para wisatawan yakni di Batu Bolon dengan kondisi cakupan persentase terumbu karang yang masih rapat.
Baca juga: Otoritas TNK akan berhentikan pemandu yang nakal
Baca juga: TNK gelar patroli apung
Selain itu, daerah wisata selam di titik tempat melihat ikan pari (Manta Point) untuk merupakan habitat ikan pari dan menjadi salah satu tontonan menarik bagi para wisatawan khususnya penyelam. "Terurama pada saat tertentu yaitu pada musim kawin ikan pari karena satwa tersebut rawan terganggu," katanya.
Ia menjelaskan, ke-11 spot wisata menyelam yang dikaji merupakan area yang paling banyak dijadikan objek wisatawan bahkan sebagiannya selalu dikunjungi setiap hari.
Tujuan wisata menyelam itu, lanjutnya, rata-rata yang utama untuk menyaksikan aktivitas habitat ikan pari manta, selanjutnya ikan hiu, penyu, dan terumbu karang.
Dwi menambahkan, hasil kajian tersebut telah diserahkan kepada pihak Balai Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai bagian dari sumber data untuk kebijakan penataan kawasan wisata setempat.
"Sehingga nantinya untuk area-area yang rawan ini bisa dikendalikan berupa pengaturan jumlah wisatawan dan sebagainya," katanya.