Jakarta (ANTARA) - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menilai harmonisasi desa adat dan desa administrasi menjadi kunci mempertahankan akar budaya desa.
Sinergi desa adat dan desa administrasi di Desa Kutuh, Kabupaten Badung, Bali, kata Halim Iskandar, bisa menjadi salah satu contoh sukses harmonisasi desa adat dan desa administrasi di Indonesia.
"Saya menyaksikan harmoni luar biasa antara kepala desa adat dan kepala desa pemerintahan (administrasi) yang ada di Desa Kutuh," ujar Halim Iskandar saat melakukan kunjungan di Desa Kutuh, Minggu (24/10).
Gus Halim, sapaan akrab Abdul Halim Iskandar, mengatakan masih terdapat desa adat dan desa administrasi di Indonesia yang belum bersinergi dengan maksimal.
Baca juga: Mendes dorong BUMDes lakukan perluasan usaha
Untuk itu, kata dia, harmonisasi desa adat dan desa administrasi di Badung perlu ditularkan ke desa-desa yang memiliki desa adat lainnya.
"Kita apresiasi Desa Kutuh. Sebuah sinergi luar biasa, sebuah harmoni yang perlu kita tularkan ke desa lain," ujarnya, dikutip dari siaran pers.
Ia mengatakan, sinkronisasi antara kepengurusan desa adat dan desa administrasi dapat dilakukan melalui banyak hal, misalnya kerja sama dalam pengembangan ekonomi melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Menurut dia, sinergi tersebut akan memberikan nilai tambah tersendiri dalam upaya pengembangan ekonomi masyarakat setempat.
"Tujuannya untuk peningkatan ekonomi itu pasti. Yang ujungnya juga untuk kesejahteraan seluruh masyarakat yang ada di desa itu," ujarnya.
Baca juga: Mendes beri peluang kades lanjutkan pendidikan hingga S3
Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, memiliki dua pemimpin, yaitu perbekel (kepala desa) dan bendesa (kepala desa adat).
Desa Kutuh sukses mengubah nasib dari desa miskin menjadi desa dengan laba bersih dari BUMDes hingga Rp14,5 miliar dengan pendapatan total Rp50 miliar per tahunnya. Desa Kutuh berhasil menyabet juara 1 regional 2 karena dinilai bisa memanfaatkan dana desa dengan sempurna.
Hingga saat ini, Desa Kutuh sudah memiliki 9 unit usaha, yakni Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Kawasan Wisata Pantai Pandawa, Gunung Payung Cultural Park, Area Paragliding dengan tarif 100 dollar AS per 20 menit, seni budaya Kecak, Unit Barang jasa, Unit Piranti Yatna (keagamaan), Unit Transportasi dan Unit Jasa Konstruksi.
Dalam kunjungannya tersebut, Gus Menteri menyempatkan diri untuk hadir dan melepaskan peserta Pandawa Harmoni Fun Bike di Desa Kutuh. Ia berharap, kegiatan "fun bike" tersebut dapat meningkatkan kesadaran pentingnya olahraga di kalangan masyarakat.
"Kita berangkatkan 'fun bike' untuk menuju Indonesia lebih sehat, menuju Bali lebih sehat," ujarnya.
Sinergi desa adat dan desa administrasi di Desa Kutuh, Kabupaten Badung, Bali, kata Halim Iskandar, bisa menjadi salah satu contoh sukses harmonisasi desa adat dan desa administrasi di Indonesia.
"Saya menyaksikan harmoni luar biasa antara kepala desa adat dan kepala desa pemerintahan (administrasi) yang ada di Desa Kutuh," ujar Halim Iskandar saat melakukan kunjungan di Desa Kutuh, Minggu (24/10).
Gus Halim, sapaan akrab Abdul Halim Iskandar, mengatakan masih terdapat desa adat dan desa administrasi di Indonesia yang belum bersinergi dengan maksimal.
Baca juga: Mendes dorong BUMDes lakukan perluasan usaha
Untuk itu, kata dia, harmonisasi desa adat dan desa administrasi di Badung perlu ditularkan ke desa-desa yang memiliki desa adat lainnya.
"Kita apresiasi Desa Kutuh. Sebuah sinergi luar biasa, sebuah harmoni yang perlu kita tularkan ke desa lain," ujarnya, dikutip dari siaran pers.
Ia mengatakan, sinkronisasi antara kepengurusan desa adat dan desa administrasi dapat dilakukan melalui banyak hal, misalnya kerja sama dalam pengembangan ekonomi melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Menurut dia, sinergi tersebut akan memberikan nilai tambah tersendiri dalam upaya pengembangan ekonomi masyarakat setempat.
"Tujuannya untuk peningkatan ekonomi itu pasti. Yang ujungnya juga untuk kesejahteraan seluruh masyarakat yang ada di desa itu," ujarnya.
Baca juga: Mendes beri peluang kades lanjutkan pendidikan hingga S3
Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, memiliki dua pemimpin, yaitu perbekel (kepala desa) dan bendesa (kepala desa adat).
Desa Kutuh sukses mengubah nasib dari desa miskin menjadi desa dengan laba bersih dari BUMDes hingga Rp14,5 miliar dengan pendapatan total Rp50 miliar per tahunnya. Desa Kutuh berhasil menyabet juara 1 regional 2 karena dinilai bisa memanfaatkan dana desa dengan sempurna.
Hingga saat ini, Desa Kutuh sudah memiliki 9 unit usaha, yakni Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Kawasan Wisata Pantai Pandawa, Gunung Payung Cultural Park, Area Paragliding dengan tarif 100 dollar AS per 20 menit, seni budaya Kecak, Unit Barang jasa, Unit Piranti Yatna (keagamaan), Unit Transportasi dan Unit Jasa Konstruksi.
Dalam kunjungannya tersebut, Gus Menteri menyempatkan diri untuk hadir dan melepaskan peserta Pandawa Harmoni Fun Bike di Desa Kutuh. Ia berharap, kegiatan "fun bike" tersebut dapat meningkatkan kesadaran pentingnya olahraga di kalangan masyarakat.
"Kita berangkatkan 'fun bike' untuk menuju Indonesia lebih sehat, menuju Bali lebih sehat," ujarnya.