Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, Paskal Tapobali, mengemukakan pengembangan Bandara Wunopito di kabupaten itu masih terkendala pembebasan lahan.
"Kami masih terkendala di pembebasan lahan untuk pengembangan Bandara Wunopito yang ada di wilayah Lamahora saat ini," kata Paskal Tapobali saat dihubungi Antara dari Kupang, Selasa (24/4).
Ia mengatakan hal tersebut terkait kesiapan infrastruktur Bandara Wunopito untuk mendukung layanan penerbangan langsung dari berbagai daerah menuju Kabupaten Lembata.
Dinas Pariwisata Provinsi NTT sebelumnya, meminta pihak maskapai di Tanah Air agar menjajaki layanan penerbangan Denpasar, Bali menuju Kota Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata, untuk mendukung pengembangan pariwisata di daerah setempat.
Menurut Paskal, upaya ini sejalan dengan program prioritas pemerintah daerah setempat untuk mengembangkan pariwisata sebagai sektor unggulan.
"Pak Bupati juga punya konsep menjadikan Lembata sebagai daerah transit, jadi dari Bali masuk ke sini kemudian ke daerah lain, itu yang juga sedang didorong," katanya.
Baca juga: Bandara Adonara terhambat lahan
Bandara Wunopito Lewoleba
Ia menjelaskan, kondisi infrastruktur Bandara Wunopito saat ini memiliki landasan pacu sepanjang 1.400 meter sehingga belum memungkinkan disinggahi pesawat berbadan besar.
"Kondisinya masih layak untuk pesawat ATR-42, kalau ATR-72 atau yang Fokker 100 belum bisa, kalau dipaksakan pun pasti penumpangnya dikurangi," katanya.
Ia mengatakan, pemerintah setempat terus berupaya membebaskan lahan untuk memperpanjang landasan pacu melalui koordinasi dengan Kementerian Perhubungan.
"Kami sudah koordinasi dengan Kementerian Perhubungan bagian Direktorat Bandar Udara untuk support biayanya, kami sedang melengkapi syarat dokumen-dokumen yang diminta," katanya.
Paskal mengatakan, pemerintah setempat juga terus melakukan pendekatan persuasif dengan pemilik lahan yang jumlahnya lebih dari dua orang.
"Kami berharap masalah lahan ini segera tuntas sehingga pembangunan bisa berjalan untuk mendukung kemajuan terutama pariwisata di daerah ini," katanya.
"Kami masih terkendala di pembebasan lahan untuk pengembangan Bandara Wunopito yang ada di wilayah Lamahora saat ini," kata Paskal Tapobali saat dihubungi Antara dari Kupang, Selasa (24/4).
Ia mengatakan hal tersebut terkait kesiapan infrastruktur Bandara Wunopito untuk mendukung layanan penerbangan langsung dari berbagai daerah menuju Kabupaten Lembata.
Dinas Pariwisata Provinsi NTT sebelumnya, meminta pihak maskapai di Tanah Air agar menjajaki layanan penerbangan Denpasar, Bali menuju Kota Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata, untuk mendukung pengembangan pariwisata di daerah setempat.
Menurut Paskal, upaya ini sejalan dengan program prioritas pemerintah daerah setempat untuk mengembangkan pariwisata sebagai sektor unggulan.
"Pak Bupati juga punya konsep menjadikan Lembata sebagai daerah transit, jadi dari Bali masuk ke sini kemudian ke daerah lain, itu yang juga sedang didorong," katanya.
Baca juga: Bandara Adonara terhambat lahan
Ia menjelaskan, kondisi infrastruktur Bandara Wunopito saat ini memiliki landasan pacu sepanjang 1.400 meter sehingga belum memungkinkan disinggahi pesawat berbadan besar.
"Kondisinya masih layak untuk pesawat ATR-42, kalau ATR-72 atau yang Fokker 100 belum bisa, kalau dipaksakan pun pasti penumpangnya dikurangi," katanya.
Ia mengatakan, pemerintah setempat terus berupaya membebaskan lahan untuk memperpanjang landasan pacu melalui koordinasi dengan Kementerian Perhubungan.
"Kami sudah koordinasi dengan Kementerian Perhubungan bagian Direktorat Bandar Udara untuk support biayanya, kami sedang melengkapi syarat dokumen-dokumen yang diminta," katanya.
Paskal mengatakan, pemerintah setempat juga terus melakukan pendekatan persuasif dengan pemilik lahan yang jumlahnya lebih dari dua orang.
"Kami berharap masalah lahan ini segera tuntas sehingga pembangunan bisa berjalan untuk mendukung kemajuan terutama pariwisata di daerah ini," katanya.