Jakarta (ANTARA) - Pandemi virus corona memaksa masyarakat untuk menggunakan teknologi digital untuk membantu aktivitas sehari-hari, seperti belajar, bekerja sampai berjualan atau bisnis.
Ketika pandemi ini, mau tidak mau orang akan memiliki banyak akun di platform digital. Semakin banyak akun, semakin banyak juga kata kunci yang harus disiapkan.
Seringkali pengguna internet tergoda menggunakan satu kata kunci atau password untuk berbagai akun agar tidak lupa. Seberapa aman kah praktik seperti itu?
Kepala Hubungan Publik Google Asia Tenggara, Ryan Rahardjo, menilai cara seperti itu berisiko. Sebisa mungkin gunakan kata sandi yang unik, atau berbeda untuk setiap akun, dan yang sulit ditebak.
Meski pun sulit ditebak, kata sandi itu sebaiknya berkaitan dengan sesuatu yang mudah diingat pengguna. Kata sandi juga bisa berupa kombinasi huruf dan angka supaya kuat.
"Kata sandi yang kuat akan melindungi kita," kata Ryan.
Jika masih kesulitan mengingat kata sandi untuk banyak akun, saat ini terdapat aplikasi pengelola kata sandi atau password manager.
Selain kata sandi yang kuat, ia juga menyarankan pengguna melindungi akun Google menggunakan alat pemeriksaan keamanan. Alat ini akan meninjau keamanan yang diterapkan pengguna pada akun mereka.
Pengguna juga bisa memanfaatkan fitur verifikasi dua langkah atau two-factor authentication, lapisan tambahan untuk mengamankan akun.
Ketika menyalakan fitur ini, pengguna akan diminta memasukkan kode tambahan, misalnya one-time password atau OTP, yang dikirim ke SMS atau email, untuk masuk ke akun.
Mengaktifkan fitur keamanan belum cukup untuk menjaga keamanan akun di platform digital, pengguna juga diharapkan bisa berhati-hati terhadap apa yang mereka akses.
Google menemukan risiko sistem keamanan antara labi berupa email phishing untuk mengecoh pengguna mengklik tautan yang diberikan.
Baca juga: Kiat menjaga keamanan akun Google
Penjahat siber akan menyamarkan email tersebut seolah berasal dari perusahaan resmi. Pengguna internet diminta waspada terhadap email yang masuk dan tidak mengklik tautan sampai benar-benar yakin ia adalah pengirim yang sah.
Baca juga: Raksasa teknologi mendukung langkah keamanan siber AS
Pengguna juga harus waspada ketika dimintai informasi penting seperti alamat rumah dan rekening bank oleh orang yang tidak dikenal.
Ketika pandemi ini, mau tidak mau orang akan memiliki banyak akun di platform digital. Semakin banyak akun, semakin banyak juga kata kunci yang harus disiapkan.
Seringkali pengguna internet tergoda menggunakan satu kata kunci atau password untuk berbagai akun agar tidak lupa. Seberapa aman kah praktik seperti itu?
Kepala Hubungan Publik Google Asia Tenggara, Ryan Rahardjo, menilai cara seperti itu berisiko. Sebisa mungkin gunakan kata sandi yang unik, atau berbeda untuk setiap akun, dan yang sulit ditebak.
Meski pun sulit ditebak, kata sandi itu sebaiknya berkaitan dengan sesuatu yang mudah diingat pengguna. Kata sandi juga bisa berupa kombinasi huruf dan angka supaya kuat.
"Kata sandi yang kuat akan melindungi kita," kata Ryan.
Jika masih kesulitan mengingat kata sandi untuk banyak akun, saat ini terdapat aplikasi pengelola kata sandi atau password manager.
Selain kata sandi yang kuat, ia juga menyarankan pengguna melindungi akun Google menggunakan alat pemeriksaan keamanan. Alat ini akan meninjau keamanan yang diterapkan pengguna pada akun mereka.
Pengguna juga bisa memanfaatkan fitur verifikasi dua langkah atau two-factor authentication, lapisan tambahan untuk mengamankan akun.
Ketika menyalakan fitur ini, pengguna akan diminta memasukkan kode tambahan, misalnya one-time password atau OTP, yang dikirim ke SMS atau email, untuk masuk ke akun.
Mengaktifkan fitur keamanan belum cukup untuk menjaga keamanan akun di platform digital, pengguna juga diharapkan bisa berhati-hati terhadap apa yang mereka akses.
Google menemukan risiko sistem keamanan antara labi berupa email phishing untuk mengecoh pengguna mengklik tautan yang diberikan.
Baca juga: Kiat menjaga keamanan akun Google
Penjahat siber akan menyamarkan email tersebut seolah berasal dari perusahaan resmi. Pengguna internet diminta waspada terhadap email yang masuk dan tidak mengklik tautan sampai benar-benar yakin ia adalah pengirim yang sah.
Baca juga: Raksasa teknologi mendukung langkah keamanan siber AS
Pengguna juga harus waspada ketika dimintai informasi penting seperti alamat rumah dan rekening bank oleh orang yang tidak dikenal.