Jakarta (ANTARA) - Seperti apa perasaan Anda saat menghadapi kenyataan rumah hasil kerja keras selama 11 tahun jatuh ke dalam lubang ratusan meter dalam beberapa menit saja? Itulah yang dialami seorang pekerja kantoran bisa bernama Park Dong-won (diperankan Kim Sung-gyun) dan keluarganya. 

Sinkhole menenggelamkan rumahnya bahkan belum sampai sehari sejak dia mengadakan selamatan pindahan ke rumah baru di Seoul, Korea Selatan bersama rekan-rekan kerjanya termasuk Kim Seung-hyun (diperankan Lee Kwang-soo) dan pekerja magang Hong Eun-joo (Kim Hye-jun).

Karena sebuah sebab, Seung-hyun dan Eun-joo yang menginap di rumah Dong-won dan malah ikut terperosok ke lubang bersama Dong-won. Tak hanya mereka, tetangga rumah Dong-won yakni ayah dan anak Jung Man-soo (Cha Seung-won) dan Jung Seung-tae (Nam Da-reum), seorang ibu lansia dengan putranya serta seorang anak yang ditinggal ibunya bekerja bernama Seung-hoon juga ikut menjadi korban.

Hujan deras yang sempat mengguyur ikut memperparah kondisi, menyebabkan lubang terendam air dan menjadi tantangan fisik baru yang semakin menyulitkan para korban menyelamatkan diri.

Bak dalam film bertema bencana pada umumnya, adegan menegangkan disajikan sutradara Kim Ji-hoon secara apik mulai dari masuknya rumah ke dalam sinkhole, ketakutan para korban hingga upaya mereka menyelamatkan diri dengan peralatan seadanya. Salah satu adegan dalam film "Sinkhole" (Instagram.com/showbox.movie)

Tetapi tak seperti kebanyakan film serupa, bumbu-bumbu komedi juga ikut mewarnai film berdurasi sekitar 114 menit itu. Adanya tawa yang dihadirkan di tengah bencana menjadikan satu paradigma baru dalam sebuah film bencana.

Menggabungkan dua genre yang berbeda dalam satu film tidak mudah bagi Ji-hoon. Dia dalam sebuah kesempatan, seperti dikutip dari The Korea Times mengatakan, suatu tantangan besar baginya dan tim produksi untuk menempatkan humor ringan ke dalam situasi bencana.

Ini bukan kali pertama bagi dia menyutradarai film bertema bencana. Ji-hoon sebelumnya juga berpartisipasi dalam film “Tower” pada 2012. Film ini mengisahkan bencana kebakaran yang terjadi di gedung dengan 108 lantai.

Kali ini, melalui “Sinkhole”Ji-hoon seakan mencoba menyampaikan pesan penuh harapan dengan sentuhan kemanusiaan dan humor yang positif melalui para karakter untuk menggambarkan orang-orang normal agar bisa beresonansi dengan penonton.

Dong-won misalnya. Sosok ayah dengan satu orang putra dan istri yang setia ini menganut moto hidup suami sebagai pencari nafkah. Dia akhirnya bisa memenuhi impiannya memiliki rumah yang layak huni setelah 11 tahun lamanya.

Ada juga Seung-hyun yang digambarkan sebagai sosok terus terang, ceroboh dan bertindak sesuka hati. Namun dia juga memiliki kepercayaan diri yang rendah. Dia bahkan merasa dirinya tak akan pernah menikah karena kondisi keungannya yang pas-pasan. Seung-hyun mewakili orang-orang berusia 20-tahunan dan 30-tahunan yang diliputi kekhawatiran tentang tempat tinggal masa depan yang layak dan pernikahan.

Akting dan karakternya yang jenaka cukup mampu memancing gelak tawa selama menonton. Sesaat penonton bisa terbayang sosok Kwang-soo dalam acara realitas ternama Korea Selatan “Running Man”. Di balik sosoknya yang demikian, dia juga mampu bersikap berani.

Selain mereka, ada juga Man-soo seorang ayah tunggal yang berusaha menghidupi diri dan putra semata wayangnya. Dia bahkan melakukan tiga pekerjaan sekaligus demi bisa bertahan hidup. Hubungan dengan putranya pun bisa dibilang cukup dingin.

Chemistry dan dialog antar tokoh termasuk Man-soo dan Dong-won juga bisa dibilang lucu. Man-soo, muncul sebagai karakter tetangga yang aneh dan terkesan menyebalkan bagi Dong-won sejak kali pertama mereka bertemu.

Gestur dan ekspresinya begitu mendukung untuk membuat seseorang berpikir, “dia begitu menyebalkan dan aku tak ingin bertemu dengannya lagi”.

Sinkhole juga rupanya membuat para tokoh menunjukkan sisi berbeda mereka. Ada perubahan sikap mereka yang sebelumnya tak pernah ditampakkan, termasuk sisi manis hubungan ayah dan anak dan terkuaknya satu keinginan di balik hadirnya sebuah kursi goyang.

Seiring berjalannya cerita dan para karakter yang menyatu dengan sesama penyintas, akhirnya memunculkan tokoh kunci di antara mereka. Tak pernah ada yang menyangka akan mengalami masalah seperti ini. Hidup mereka terancam seketika dan tolong menolong jadi jalan keluar agar mereka bisa tetap hidup.

Mungkin menyebalkan bagi sebagian orang, tetapi kisah duka juga dihadirkan dalam “Sinkhole” ini. Ada kenyataan pahit menguras air mata semua orang khususnya seorang ibu yang menanti putranya dengan kondisi cemas.

“Sinkhole” tayang perdana di Korea Selatan pada 11 Agustus lalu dan memecahkan rekor tertinggi pada hari pemutaran perdananya dengan pendapatan kotor sekitar Rp16,6 miliar serta penjualan tiket sebanyak 147.000, melebihi "Escape From Mogadishu" dengan raihan penjualan tiket sekitar 127.000. Film ini juga diputar dalam Locarno Film Festival yang berlangsung di Swiss pada Agustus 2021.

Di Indonesia, film ini sempat tayang pada pembukaan acara Korea Indonesia Film Festival (KIFF) 2021 pada 27 Oktober lalu. Film dijadwalkan tayang kembali pada Minggu ini pukul 14.25 WIB di jaringan bioskop CGV Grand Indonesia, Jakarta dan Paris van Java, BandunBaca juga: Don't Breathe 2, sang mesin pembunuh veteran perang

Baca juga: Film Infinite pecahkan rekor penonton

Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024