Mexico City (ANTARA) - Seorang wartawan Meksiko yang ditembak dua hari sebelumnya meninggal pada Minggu (31/10), kata otoritas setempat.
Korban menjadi jurnalis kedua yang tewas dalam waktu kurang dari sepekan di negara tersebut,
Wartawan foto Alfredo Cardoso, yang berasal dari Negara Bagian Guerrero, ditembak mati usai diculik dari rumahnya pada Jumat, menurut laporan media setempat.
Kejaksaan agung Guerrero lewat pernyataan menyebutkan bahwa Cardoso meninggal di rumah sakit akibat luka tembak yang dideritanya.
Belum diketahui pasti apakah kematian Cardoso berkaitan dengan tugasnya di Meksiko, yang menjadi salah satu negara paling mematikan bagi awak media di seluruh dunia.
Sebelumnya pada Kamis penyiar radio Fredy Lopez di Negara Bagian Chiapas juga ditembak mati.
Baca juga: Meksiko terima lebih banyak jurnalis dan keluarga dari Afghanistan
Baca juga: Wartawan Afghanistan dipukuli dalam tahanan Taliban
Selama tiga tahun pertama pemerintahan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador sedikitnya 23 wartawan dibunuh sebelum Cardoso, menurut data kelompok advokasi kebebasan berekspresi Article 19. (Antara/Reuters)
Korban menjadi jurnalis kedua yang tewas dalam waktu kurang dari sepekan di negara tersebut,
Wartawan foto Alfredo Cardoso, yang berasal dari Negara Bagian Guerrero, ditembak mati usai diculik dari rumahnya pada Jumat, menurut laporan media setempat.
Kejaksaan agung Guerrero lewat pernyataan menyebutkan bahwa Cardoso meninggal di rumah sakit akibat luka tembak yang dideritanya.
Belum diketahui pasti apakah kematian Cardoso berkaitan dengan tugasnya di Meksiko, yang menjadi salah satu negara paling mematikan bagi awak media di seluruh dunia.
Sebelumnya pada Kamis penyiar radio Fredy Lopez di Negara Bagian Chiapas juga ditembak mati.
Baca juga: Meksiko terima lebih banyak jurnalis dan keluarga dari Afghanistan
Baca juga: Wartawan Afghanistan dipukuli dalam tahanan Taliban
Selama tiga tahun pertama pemerintahan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador sedikitnya 23 wartawan dibunuh sebelum Cardoso, menurut data kelompok advokasi kebebasan berekspresi Article 19. (Antara/Reuters)