Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT meminta keaktifan relawan desa tangguh bencana (destana) di setiap kabupaten dalam melakukan mitigasi bencana desa.
"Relawan dan forum pengurangan risiko bencana di desa harus segera bergerak untuk melakukan mitigasi bencana," kata Kepala Pelaksana BPBD NTT Ambrosius Kodo ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Selasa (2/11).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprakirakan potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang sejak 31 Oktober hingga 6 November 2021 mendatang di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk NTT.
Ambrosius menilai desa tangguh bencana memiliki pendekatan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas. Sehingga melalui pengaktifan relawan dan forum pengurangan risiko bencana, maka mitigasi bencana dapat dilakukan sejak dini.
Hal sederhana yang bisa dilakukan oleh relawan yakni memberikan edukasi kepada warga yang tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi. Penyebaran informasi yang dimaksud terkait ancaman bencana yang akan terjadi dan bagaimana langkah antisipasi yang harus dilakukan oleh warga desa.
Selain itu, relawan juga bisa memberikan informasi peringatan dini cuaca yang selalu dirilis oleh BMKG. Dengan demikian, peringatan dini cuaca sebagai salah satu sumber awal kewaspadaan terhadap bencana bisa diketahui luas oleh masyarakat.
Ambrosius juga menekankan pentingnya membangun komunikasi melalui sebuah grup yang mengorganisir para relawan dan aparat pemerintah baik camat, lurah/kepala desa, pihak koramil, dan anggota polres. Melalui grup tersebut, dia berharap berbagai informasi peringatan dini cuaca bisa diakses masyarakat.
Dia juga terus mengimbau masyarakat untuk siaga dan memerhatikan kondisi cuaca, terkhususnya bagi warga yang tinggal di daerah bantaran sungai atau lereng curam yang rawan longsor.
"Desa tangguh bencana harus berperan aktif karena di sana ada relawan dan forum pengurangan risiko bencana yang bisa lakukan edukasi kepada warga di desa terutama di tempat rawan bencana," tegas dia.
Baca juga: BPBD NTT minta masyarakat akses peringatan cuaca dini dari BMKG
Baca juga: BPBD NTT minta semua posko diaktifkan hadapi angin kencang
"Relawan dan forum pengurangan risiko bencana di desa harus segera bergerak untuk melakukan mitigasi bencana," kata Kepala Pelaksana BPBD NTT Ambrosius Kodo ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Selasa (2/11).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprakirakan potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang sejak 31 Oktober hingga 6 November 2021 mendatang di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk NTT.
Ambrosius menilai desa tangguh bencana memiliki pendekatan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas. Sehingga melalui pengaktifan relawan dan forum pengurangan risiko bencana, maka mitigasi bencana dapat dilakukan sejak dini.
Hal sederhana yang bisa dilakukan oleh relawan yakni memberikan edukasi kepada warga yang tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi. Penyebaran informasi yang dimaksud terkait ancaman bencana yang akan terjadi dan bagaimana langkah antisipasi yang harus dilakukan oleh warga desa.
Selain itu, relawan juga bisa memberikan informasi peringatan dini cuaca yang selalu dirilis oleh BMKG. Dengan demikian, peringatan dini cuaca sebagai salah satu sumber awal kewaspadaan terhadap bencana bisa diketahui luas oleh masyarakat.
Ambrosius juga menekankan pentingnya membangun komunikasi melalui sebuah grup yang mengorganisir para relawan dan aparat pemerintah baik camat, lurah/kepala desa, pihak koramil, dan anggota polres. Melalui grup tersebut, dia berharap berbagai informasi peringatan dini cuaca bisa diakses masyarakat.
Dia juga terus mengimbau masyarakat untuk siaga dan memerhatikan kondisi cuaca, terkhususnya bagi warga yang tinggal di daerah bantaran sungai atau lereng curam yang rawan longsor.
"Desa tangguh bencana harus berperan aktif karena di sana ada relawan dan forum pengurangan risiko bencana yang bisa lakukan edukasi kepada warga di desa terutama di tempat rawan bencana," tegas dia.
Baca juga: BPBD NTT minta masyarakat akses peringatan cuaca dini dari BMKG
Baca juga: BPBD NTT minta semua posko diaktifkan hadapi angin kencang