Jakarta (ANTARA) - Disney+ dan Walt Disney Animation Studios mengumumkan serial pendek terbaru yang dibintangi oleh manusia salju favorit para penggemar yang juga dikenal sebagai pendongeng andal, Olaf.

Olaf akan membawakan kembali kisah-kisah klasik dari Disney Animation seperti “The Little Mermaid” (1989), “Moana” (2016), “The Lion King” (1994), “Aladdin” (1992), dan “Tangled” (2010).

ANTARA berkesempatan menyaksikan lima animasi pendek, yang jika ditotal hanya menghabiskan waktu sebanyak 10 menit saja untuk semuanya. Rasanya menyenangkan dapat kembali melihat Olaf sejak kemunculan terakhirnya di "Frozen 2" (2019).

Seperti yang diceritakan di sinopsis, dalam "Olaf Presents", si manusia salju tampil di one man show-nya, untuk mengisahkan ulang dongeng-dongeng klasik dari Disney dengan gayanya sendiri.

Olaf dalam serial ini beraksi sebagai produser, aktor, desainer kostum, serta tim produksi untuk penampilan spesialnya.

Olaf yang berkarisma dan serba bisa ini siap menunjukkan kemampuan teatrikalnya, ia berperan sebagai tokoh-tokoh ikonik seperti putri duyung, jin, dan lion king. serta beberapa tokoh lainnya dalam kisah ini, untuk menghibur penduduk Arandelle dengan gaya khasnya.


  "Olaf Presents" (2021). (ANTARA/Walt Disney Animation Studios)

Tidak banyak hal untuk diulas secara mendalam dalam serial animasi pendek ini, karena durasinya yang begitu pendek. Namun, tak bisa dielak bahwa dengan durasi yang sangat singkat, Olaf, seperti biasa, mampu membuat audiens tertawa geli karena tingkahnya.

Terlebih, kali ini, Olaf tidak bersama para karakter manusia seperti layaknya Elsa dan Anna, namun, bersama dengan karakter-karakter pembantu lain seperti Sven si rusa, hingga angin musim dingin yang ajaib. Olaf juga tampil dengan menggunakan sejumlah properti pembantu seperti salah satunya tali tebal yang selayaknya rambut Rapunzel.

Dalam animasi pendek ini, Josh Gad kembali menjadi pengisi suara Olaf bersama animator veteran Disney, Hyrum Osmond sebagai sutradara, dan Jennifer Newfield sebagai produser.

Gad, saat ditanya bagaimana rasanya membawakan kembali kisah-kisah klasik Disney melalui Olaf, mengaku senang dan tersentuh karena bisa kembali ke momen-momen ketika ia masih muda dan akrab dengan film-film animasi itu.

"Melihat kembali momen-momen dari semua film itu menyenangkan. Rasanya saya berada di usia yang sempurna selama zaman keemasan kedua Disney Animation. Saya ingat menonton 'The Little Mermaid' di bioskop dan begitu terkesima. Jadi, kembali dan secara khusus mengunjungi kembali film-film itu, adalah mimpi yang menjadi kenyataan," kata Gad.

"Dan kemudian, saya mengikuti jejak idola saya, Robin Williams di dalam 'Aladdin'. Hyrum (Osmond) dan Jen (Newfield) dapat memberitahu Anda bahwa itu seperti pengalaman yang sangat emosional bagi saya," ujarnya menambahkan.

Menambahkan, sutradara Osmond mengaku ia dan tim sangat senang dapat mengeksplor inspirasi dari film-film klasik tersebut ke dalam sudut pandang Olaf.

"Tapi saya pikir salah satu hal yang sangat hebat, kami berbicara tentang inspirasi dari film-film ini, dan mengadaptasinya ke dalam bentuk yang berbeda. Dan saya pikir itu sangat menyenangkan. Dan terutama ketika Anda mulai menceritakan hal-hal ini dari sudut pandang Olaf yang murni dan naif ini," jelas Osmond.

Saat ditanya mengapa ia memilih lima cerita klasik Disney ini, kepala animasi "Moana" (2016) mengatakan ia dan tim merasa ada hal-hal dan sejumlah momen kecil yang begitu hangat dan menyenangkan untuk diceritakan ulang.

Sependapat, produser Newfield mengatakan rasa senang yang tercipta juga bukan hanya dari cerita dan kegemasan Olaf, namun juga sepanjang produksi.

"Saya pikir keceriaan dari keseluruhan (produksi), mulai dari penulisan naskah hingga sesi rekaman, hingga animator benar-benar mampu mengambil kendali, saya hanya bisa menikmati kebebasan yang begitu indah selama produksi," kata Newfield.

Newfield menambahkan, karena dirinya sudah begitu lama terlibat dalam proyek animasi Disney, mengunjungi cerita-cerita klasik yang akan dibawakan Olaf juga merupakan hal yang personal baginya.

"Kami menggunakan beberapa kisah yang telah begitu akrab, dan dibangun dari dongeng yang ada bahkan sebelum zaman Olaf. Rasanya bagian referensi diri itu hampir seperti tumbuh dengan pengetahuan dan kesadaran dirinya, dan kemampuannya untuk melakukan sesuatu secara berbeda," jelasnya.

Namun, di sisi lain hal tersebut juga sangat menantang, mengingat seluruh tim harus mengemas cerita panjang ke dalam bentuk monolog Olaf dan animasi singkat berdurasi 1-2 menit saja.

Newfield mengatakan, terdapat sejumlah diskusi mulai dari apakah tim harus mengasumsikan semua penonton telah menonton film-film klasik Disney yang akan dibawakan, hingga momen-momen apa saja yang harus disampaikan oleh si manusia salju.

"Ada banyak obrolan tentang itu di awal dan banyak ide kolaboratif yang kami lakukan bersama di setiap skrip," katanya.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa Olaf juga begitu spesial baginya dan tim animator. Newfield menyebutkan Olaf selalu menjadi bagian dari cerita orang lain, mulai dari kemunculannya di "Frozen" (2013) hingga enam tahun kemudian di "Frozen 2".

Olaf merupakan karakter yang selalu bersemangat dan dramatis, sehingga cocok untuk dibawa ke sempalan (spin-off), dan membawa penonton untuk mengobati kerinduannya akan sosok ini.

"Dia sangat bersemangat dan dramatis. Sangat menyenangkan baginya untuk menjadi pusat perhatian dan berkata, 'Saya bersemangat menceritakan kisah orang lain!'. Dan saya pikir itu sangat bagus untuk kemudian menempatkannya di tengah panggung di satu tempat, dan seperti, 'Ayo, lihat pertunjukan saya!'," kata Newfield, yang juga terlibat dalam film animasi "Anomalisa" (2015) karya Duke Johnson dan Charlie Kaufman itu.

Sementara itu, “Olaf Presents” akan dirilis secara eksklusif pada Disney+ Hotstar Day yang jatuh pada hari 12 November 2021 yang juga merupakan hari perayaan spesial bagi The Walt Disney Company, dan akan dipenuhi dengan deretan konten terbaru, acara untuk para penggemar, serta penawaran menarik lainnya.

Baca juga: Sade Susanto bantu menemukan alasan untuk tersenyum lewat "Pulang"

Baca juga: Cerita 3 pemuda Indonesia bawa produk lokal mendunia
 

Pewarta : Arnidhya Nur Zhafira
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024