Kupang (AntaraNews NTT) - Pengamat masalah pertanian dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Dr. Leta Rafel Levis mengatakan perlu dilakukan unifikasi atau penggabungan dua merek kopi asal Flores, Nusa Tenggara Timur menjadi satu merek  dagang Kopi Arabika Flores.

"Unifikasi kedua merek tersebut menjadi satu merek dagang Kopi Arabika Flores akan memiliki daya promosi pasar lebih kuat, dibandingkan kalau keduanya terpisah," kata Leta Rafel kepada Antara di Kupang, Jumat (18/5).

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan kemungkinan adanya penyatuan dua merek dagang kopi asal Pulau Flores, yang sudah menembus pasar dunia dalam beberapa tahun terakhir ini.

Dua merek dagang kopi asal Pulau Flores itu adalah kopi Arabika Flores Bajawa (AFB) dan kopi Arabika Flores Manggarai (AFM). Kedua komoditas ini sudah mendapat pengakuan di pasar internasional.

Menurut dia, walaupun ada jenis kopi arabika dari daratan Flores yakni kopi Arabika Flores Bajawa (AFB) dan kopi Arabika Flores Manggarai (AFM), tetapi di dunia perkopian di Indonesia, kedua merek tersebut lebih dikenal dengan sebutan kopi Flores.

Baca juga: Pemerintah lindungi kawasan indikasi geografis Kopi Arabika

Karena itu, mestinya unifikasi kedua merek tersebut menjadi satu merek dagang Kopi Arabika Flores memiliki daya promosi pasar lebih kuat dibandingkan kalau keduanya terpisah.

Dia mengatakan, nama Flores telah terkenal ke seluruh dunia, sehingga penamaan kopi arabika Flores dari segi perdagangan lokal regional dan internasional memiliki nilai daya saing lebih tinggi dibandingkan jika keduanya terpisah.

Dengan adanya daya saing yang semakin tinggi, tentunya akan lebih menguntungkan petani dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), katanya.

Selain itu, dengan unifikasi kopi arabika Flores diharapkan berdampak pada kebijakan pengembangan kopi di Flores, karena kopi arabika tumbuh dan berkembang tidak hanya di Bajawa dan Manggarai tetapi juga di kabupaten lain di Pulau Flores.

Unifikasi penamaan kedua merek kopi tersebut menjadi kopi Flores akan menjadi daya dorong pula bagi pengambilan kebijakan agar tidak boleh mengembangkan potensi lokal seperti kopi secara segmentatif, tetapi sebaliknya harus secara integratif.

Baca juga: Nilai ekspor kopi Bajawa anjlok

Dia mengatakan, dengan integrasi tersebut maka upaya meningkatkan produktifitas kopi di level petani lebih fokus dan integratif.

"Peningkatan produktifitas kopi diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi petani, karena petani mudah dilindungi dari praktek sistem ijon ketika pola pengembangam dilakukan secara integratif," katanya.

Menurut dia, sistem ijon tak akan terjadi jika pola pengembangan tanaman kopi dilakakukan secara integratif.

Pewarta : Bernadus Tokan
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024