New York (ANTARA) - Minyak menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah turun ke posisi terendah enam minggu karena investor bertanya-tanya berapa banyak minyak mentah yang akan dilepaskan negara ekonomi utama dari cadangan strategis mereka.
Investor juga bertanya-tanya berapa banyak yang akan mengurangi tekanan permintaan minyak mentah global.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari menguat 96 sen atau 1,2 persen, menjadi menetap di 81,24 dolar AS per barel. Brent sempat jatuh ke terendah sesi di 79,28 dolar AS per barel, posisi terendah sejak 7 Oktober.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember ditutup 65 sen atau 0,8 persen lebih tinggi menjadi 79,01 dolar AS per barel. WTI juga sempat jatuh ke terendah sesi di 77,08 dolar AS, terendah sejak awal bulan lalu.
Harga jatuh ke posisi terendah enam minggu di awal sesi karena China mengatakan sedang bergerak untuk memanfaatkan cadangan minyaknya. Pada Rabu (17/11/2021), Reuters melaporkan bahwa Amerika Serikat meminta negara-negara konsumen besar untuk mempertimbangkan pelepasan stok mereka guna menurunkan harga.
Tawaran Washington untuk mendinginkan pasar, meminta China untuk bergabung dalam tindakan terkoordinasi untuk pertama kalinya, dilakukan karena harga bensin yang tinggi dan tekanan inflasi lainnya telah memicu reaksi politik.
"Jepang dan Korea Selatan telah menunjukkan penentangan untuk melepaskan cadangan minyaknya, jadi kami akan kembali naik sedikit," kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures Group di Chicago. "Pasar akan terus gelisah, karena waspada dari rilis."
Sebuah rilis, meskipun hanya dari Amerika Serikat dan China, kemungkinan akan mendorong harga lebih rendah setidaknya untuk sementara.
Pada Oktober, harga-harga mencapai tertinggi tujuh tahun karena pasar fokus pada rebound cepat dalam permintaan ketika lebih banyak orang menerima vaksinasi COVID-19 dan penguncian dicabut.
Harga-harga menguat setelah permintaan naik dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang disebut OPEC+, memutuskan untuk menaikkan produksi secara perlahan.
Badan Energi Internasional dan OPEC mengatakan lebih banyak pasokan akan tersedia dalam beberapa bulan mendatang, tetapi Washington telah mendesak untuk langkah yang lebih cepat.
Pelepasan cadangan yang diusulkan merupakan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi OPEC, karena melibatkan importir utama China.
Biro cadangan negara China mengatakan sedang mengerjakan pelepasan cadangan minyak mentah meskipun menolak untuk mengomentari permintaan AS.
Seorang pejabat kementerian industri Jepang mengatakan Amerika Serikat telah meminta kerja sama Tokyo dalam menangani harga minyak yang lebih tinggi, tetapi Jepang secara hukum tidak dapat menggunakan rilis cadangan untuk menurunkan harga.
Seorang pejabat Korea Selatan mengatakan sedang meninjau permintaan AS kepada Seoul untuk melepaskan beberapa cadangan minyak, tetapi menambahkan negaranya hanya bisa melepaskan minyak mentah jika terjadi ketidakseimbangan pasokan.
Baca juga: Minyak merosot ke terendah 6 minggu
Baca juga: Minyak beragam di tengah ketatnya persediaan
Investor juga bertanya-tanya berapa banyak yang akan mengurangi tekanan permintaan minyak mentah global.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari menguat 96 sen atau 1,2 persen, menjadi menetap di 81,24 dolar AS per barel. Brent sempat jatuh ke terendah sesi di 79,28 dolar AS per barel, posisi terendah sejak 7 Oktober.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember ditutup 65 sen atau 0,8 persen lebih tinggi menjadi 79,01 dolar AS per barel. WTI juga sempat jatuh ke terendah sesi di 77,08 dolar AS, terendah sejak awal bulan lalu.
Harga jatuh ke posisi terendah enam minggu di awal sesi karena China mengatakan sedang bergerak untuk memanfaatkan cadangan minyaknya. Pada Rabu (17/11/2021), Reuters melaporkan bahwa Amerika Serikat meminta negara-negara konsumen besar untuk mempertimbangkan pelepasan stok mereka guna menurunkan harga.
Tawaran Washington untuk mendinginkan pasar, meminta China untuk bergabung dalam tindakan terkoordinasi untuk pertama kalinya, dilakukan karena harga bensin yang tinggi dan tekanan inflasi lainnya telah memicu reaksi politik.
"Jepang dan Korea Selatan telah menunjukkan penentangan untuk melepaskan cadangan minyaknya, jadi kami akan kembali naik sedikit," kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures Group di Chicago. "Pasar akan terus gelisah, karena waspada dari rilis."
Sebuah rilis, meskipun hanya dari Amerika Serikat dan China, kemungkinan akan mendorong harga lebih rendah setidaknya untuk sementara.
Pada Oktober, harga-harga mencapai tertinggi tujuh tahun karena pasar fokus pada rebound cepat dalam permintaan ketika lebih banyak orang menerima vaksinasi COVID-19 dan penguncian dicabut.
Harga-harga menguat setelah permintaan naik dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang disebut OPEC+, memutuskan untuk menaikkan produksi secara perlahan.
Badan Energi Internasional dan OPEC mengatakan lebih banyak pasokan akan tersedia dalam beberapa bulan mendatang, tetapi Washington telah mendesak untuk langkah yang lebih cepat.
Pelepasan cadangan yang diusulkan merupakan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi OPEC, karena melibatkan importir utama China.
Biro cadangan negara China mengatakan sedang mengerjakan pelepasan cadangan minyak mentah meskipun menolak untuk mengomentari permintaan AS.
Seorang pejabat kementerian industri Jepang mengatakan Amerika Serikat telah meminta kerja sama Tokyo dalam menangani harga minyak yang lebih tinggi, tetapi Jepang secara hukum tidak dapat menggunakan rilis cadangan untuk menurunkan harga.
Seorang pejabat Korea Selatan mengatakan sedang meninjau permintaan AS kepada Seoul untuk melepaskan beberapa cadangan minyak, tetapi menambahkan negaranya hanya bisa melepaskan minyak mentah jika terjadi ketidakseimbangan pasokan.
Baca juga: Minyak merosot ke terendah 6 minggu
Baca juga: Minyak beragam di tengah ketatnya persediaan