Labuan Bajo (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Nusa Tenggara Timur (NTT) optimis mengalami pertumbuhan yang positif.
"Kita optimis industri keuangan BPR di NTT tumbuh positif dan ketahanan permodalan kuat," kata Kepala Kantor OJK Provinsi NTT Robert HP Sianipar di Labuan Bajo, Rabu, (24/11).
Dia menyampaikan Provinsi NTT memiliki 12 BPR yang tersebar di Pulau Flores, Timor, dan Sumba. Saat ini, total nilai aset BPR di NTT tersebut per September 2021 telah mencapai Rp911 miliar atau secara tahunan tumbuh 7,12 persen lebih baik dari Bali Nusra yang sebesar 5,91 persen.
Selanjutnya nilai dana pihak ketiga (DPK) sendiri sebesar Rp676 miliar, tumbuh 7,57 persen meski masih berada di bawah angka nasional sebesar 10,64 persen dan 11,46 persen.
Kontribusi BPR untuk kredit di NTT telah mencapai Rp673 miliar atau tumbuh 1,69 persen dibanding Bali Nusra yang berada di angka 1,48 persen
Selain menunjukkan peningkatan secara kuantitas, BPR juga mengalami perkembangan rasio keuangan utama seperti rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) dan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
Robert menyebut rasio permodalan BPR di NTT pada September 2021 berada pada angka 38,15 persen, yang masih cukup untuk melakukan ekspansi maupun mitigasi risiko, sedangkan rasio NPL berada pada angka 5,74 persen.
Untuk itu, Robert pun meminta agar bank tidak boleh hanya melihat NPL tapi juga kredit kualitas rendah.
Saat berada di masa restrukturisasi kredit, banyak bank yang mengalami kredit macet namun dianggap lancar karena kondisi COVID-19.
Namun, bank juga harus bisa menilai debitur mana yang bisa bertahan dan tidak, sehingga ketika kebijakan restrukturisasi berakhir maka bank mampu memenuhi rasio NPL yang telah ditetapkan.
Dia menyebut sudah saatnya optimisme industri keuangan dibangun akan kontribusi BPR.
Robert melihat bahwa pertumbuhan BPR telah bergerak ke arah positif, sembari terus beradaptasi dengan berbagai tantangan yang ada.
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2021 secara year on year mengalami pertumbuhan sebesar 3,51 persen.
Apabila dilihat dari sisi produksi, sektor lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial mengalami pertumbuhan sebesar 14,06 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen sektor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 29,16 persen.
Untuk Provinsi NTT, pertumbuhan ekonomi triwulan III 2021 turut tumbuh namun masih berada di bawah kinerja nasional yaitu hanya sebesar 2,37 persen secara year on year (you).
Dari segi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha kontruksi sebesar 15,48 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 6,66 persen.
Hal tersebut dia sampaikan dalam kegiatan Evaluasi Kinerja BPR Provinsi NTT Semester II Tahun 2021 yang berlangsung hari Rabu hingga Kamis di Hotel Bintang Flores, Labuan Bajo. Kegiatan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari 12 BPR yang ada di NTT.
Baca juga: OJK imbau perbankan di NTT teliti berikan rekrukturisasi kredit
Baca juga: Presiden Jokowi soroti banyak warga terjerat bunga tinggi pinjaman online
"Kita optimis industri keuangan BPR di NTT tumbuh positif dan ketahanan permodalan kuat," kata Kepala Kantor OJK Provinsi NTT Robert HP Sianipar di Labuan Bajo, Rabu, (24/11).
Dia menyampaikan Provinsi NTT memiliki 12 BPR yang tersebar di Pulau Flores, Timor, dan Sumba. Saat ini, total nilai aset BPR di NTT tersebut per September 2021 telah mencapai Rp911 miliar atau secara tahunan tumbuh 7,12 persen lebih baik dari Bali Nusra yang sebesar 5,91 persen.
Selanjutnya nilai dana pihak ketiga (DPK) sendiri sebesar Rp676 miliar, tumbuh 7,57 persen meski masih berada di bawah angka nasional sebesar 10,64 persen dan 11,46 persen.
Kontribusi BPR untuk kredit di NTT telah mencapai Rp673 miliar atau tumbuh 1,69 persen dibanding Bali Nusra yang berada di angka 1,48 persen
Selain menunjukkan peningkatan secara kuantitas, BPR juga mengalami perkembangan rasio keuangan utama seperti rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) dan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
Robert menyebut rasio permodalan BPR di NTT pada September 2021 berada pada angka 38,15 persen, yang masih cukup untuk melakukan ekspansi maupun mitigasi risiko, sedangkan rasio NPL berada pada angka 5,74 persen.
Untuk itu, Robert pun meminta agar bank tidak boleh hanya melihat NPL tapi juga kredit kualitas rendah.
Saat berada di masa restrukturisasi kredit, banyak bank yang mengalami kredit macet namun dianggap lancar karena kondisi COVID-19.
Namun, bank juga harus bisa menilai debitur mana yang bisa bertahan dan tidak, sehingga ketika kebijakan restrukturisasi berakhir maka bank mampu memenuhi rasio NPL yang telah ditetapkan.
Dia menyebut sudah saatnya optimisme industri keuangan dibangun akan kontribusi BPR.
Robert melihat bahwa pertumbuhan BPR telah bergerak ke arah positif, sembari terus beradaptasi dengan berbagai tantangan yang ada.
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2021 secara year on year mengalami pertumbuhan sebesar 3,51 persen.
Apabila dilihat dari sisi produksi, sektor lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial mengalami pertumbuhan sebesar 14,06 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen sektor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 29,16 persen.
Untuk Provinsi NTT, pertumbuhan ekonomi triwulan III 2021 turut tumbuh namun masih berada di bawah kinerja nasional yaitu hanya sebesar 2,37 persen secara year on year (you).
Dari segi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha kontruksi sebesar 15,48 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 6,66 persen.
Hal tersebut dia sampaikan dalam kegiatan Evaluasi Kinerja BPR Provinsi NTT Semester II Tahun 2021 yang berlangsung hari Rabu hingga Kamis di Hotel Bintang Flores, Labuan Bajo. Kegiatan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari 12 BPR yang ada di NTT.
Baca juga: OJK imbau perbankan di NTT teliti berikan rekrukturisasi kredit
Baca juga: Presiden Jokowi soroti banyak warga terjerat bunga tinggi pinjaman online