Kupang (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menilai Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) Rote Ndao di Kabupaten Rote Ndao,Nusa Tenggara Timur, berpotensi menteri lokasi wisata kuliner ikan.
"Ini harus bisa dioptimalkan untuk membantu masyarakat nelayan di sini," katanya dalam lanjutan kunjungan kerjanya di Kabupaten Rote Ndao, kabupaten terselatan NKRI, Rabu, (1/12).
SKPT Rote Ndao yang beroperasi sejak tahun 2019 memiliki sejumlah fasilitas seperti "cold storage", pabrik es, pasar ikan, kolam labuh kapal, hingga breakwater. Namun pemanfaatannya dinilai belum optimal dan banyak fasilitas yang perlu dilakukan perbaikan.
Menteri Trenggono bahkan meminta jajarannya untuk menata ulang infrastruktur SKPT agar pemanfaatannya lebih optimal sebab juga berpotensi untuk pariwisata khususnya kuliner ikan.
KKP sendiri menargetkan SKPT ini bisa menjadi pemicu peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, tidak hanya melalui kegiatan perikanan tapi juga pariwisata.
"Tolong pak Dirjen (Perikanan Tangkap) ya didesain kembali. Ini bagus sekali jika ada fish market dan restoran apung untuk wisata karena (panorama) alamnya mendukung. Biar hidup di sini ekonominya," kata Menteri Trenggono.
Selain SKPT, kampung nelayan yang ada di Rote Ndao juga jadi perhatian Menteri Trenggono. Dia meminta jajarannya bersama Pemda mendata kampung-kampung nelayan untuk ditata dan dikembangkan menjadi lebih produktif dalam menghasilkan produk perikanan berkualitas.
Sebagai informasi, nelayan di Rote Ndao jumlahnya mencapai 3.500 kepala keluarga.Sebagian besar merupakan nelayan tradisional yang menggunakan perahu untuk melaut. Sisanya menggunakan kapal ukuran 3 sampai 5 gtoss tone (GT).
Dari sisi produktivitas, berdasarkan data tahun lalu, jumlah tangkapan ikan secara keseluruhan sebanyak 3.696 ton dengan komoditas terbanyak kakap, kerapu, tongkol, dan tenggiri. Sementara untuk yang bukan ikan, terbanyak adalah cumi-cumi disusul teripang.
Selain perikanan tangkap, perikanan budidaya mulai berkembang di Rote Ndao khususnya budidaya lobster. Menteri Trenggono juga meninjau langsung lokasi keramba jaring apung budidaya lobster yang ada di Pulau Mulut Seribu yang letaknya ada di kabupaten itu.
Menteri Trenggono mendukung penuh pengembangan yang dilakukan dan meminta pengelola agar pelaksanaannya tetap menjaga kelestarian ekosistem. Dia juga meminta pengelola mengutamakan tenaga kerja lokal untuk membantu operasional keramba yang totalnya ada 25 lubang tersebut.
Baca juga: Menteri KKP: Balai benih ikan jadi lokomotif pengembangan budidaya di NTT
Baca juga: Menteri KKP resmikan kapal Balaenoptera untuk jaga kelestarian TNP Laut Sawu
Keramba tersebut baru beroperasi pada Agustus 2021 dengan komoditas budidaya yang paling banyak adalah lobster jenis pasir dan mutiara. Saat ini ada sekitar 10 tenaga lokal yang dipekerjakan di keramba tersebut.
"Ini harus bisa dioptimalkan untuk membantu masyarakat nelayan di sini," katanya dalam lanjutan kunjungan kerjanya di Kabupaten Rote Ndao, kabupaten terselatan NKRI, Rabu, (1/12).
SKPT Rote Ndao yang beroperasi sejak tahun 2019 memiliki sejumlah fasilitas seperti "cold storage", pabrik es, pasar ikan, kolam labuh kapal, hingga breakwater. Namun pemanfaatannya dinilai belum optimal dan banyak fasilitas yang perlu dilakukan perbaikan.
Menteri Trenggono bahkan meminta jajarannya untuk menata ulang infrastruktur SKPT agar pemanfaatannya lebih optimal sebab juga berpotensi untuk pariwisata khususnya kuliner ikan.
KKP sendiri menargetkan SKPT ini bisa menjadi pemicu peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, tidak hanya melalui kegiatan perikanan tapi juga pariwisata.
"Tolong pak Dirjen (Perikanan Tangkap) ya didesain kembali. Ini bagus sekali jika ada fish market dan restoran apung untuk wisata karena (panorama) alamnya mendukung. Biar hidup di sini ekonominya," kata Menteri Trenggono.
Selain SKPT, kampung nelayan yang ada di Rote Ndao juga jadi perhatian Menteri Trenggono. Dia meminta jajarannya bersama Pemda mendata kampung-kampung nelayan untuk ditata dan dikembangkan menjadi lebih produktif dalam menghasilkan produk perikanan berkualitas.
Sebagai informasi, nelayan di Rote Ndao jumlahnya mencapai 3.500 kepala keluarga.Sebagian besar merupakan nelayan tradisional yang menggunakan perahu untuk melaut. Sisanya menggunakan kapal ukuran 3 sampai 5 gtoss tone (GT).
Dari sisi produktivitas, berdasarkan data tahun lalu, jumlah tangkapan ikan secara keseluruhan sebanyak 3.696 ton dengan komoditas terbanyak kakap, kerapu, tongkol, dan tenggiri. Sementara untuk yang bukan ikan, terbanyak adalah cumi-cumi disusul teripang.
Selain perikanan tangkap, perikanan budidaya mulai berkembang di Rote Ndao khususnya budidaya lobster. Menteri Trenggono juga meninjau langsung lokasi keramba jaring apung budidaya lobster yang ada di Pulau Mulut Seribu yang letaknya ada di kabupaten itu.
Menteri Trenggono mendukung penuh pengembangan yang dilakukan dan meminta pengelola agar pelaksanaannya tetap menjaga kelestarian ekosistem. Dia juga meminta pengelola mengutamakan tenaga kerja lokal untuk membantu operasional keramba yang totalnya ada 25 lubang tersebut.
Baca juga: Menteri KKP: Balai benih ikan jadi lokomotif pengembangan budidaya di NTT
Baca juga: Menteri KKP resmikan kapal Balaenoptera untuk jaga kelestarian TNP Laut Sawu
Keramba tersebut baru beroperasi pada Agustus 2021 dengan komoditas budidaya yang paling banyak adalah lobster jenis pasir dan mutiara. Saat ini ada sekitar 10 tenaga lokal yang dipekerjakan di keramba tersebut.