Jakarta (ANTARA) - Divisi komputasi awan Google baru saja membeli perusahaan rintisan keamanan siber asal Israel, Siemplify untuk memperkuat sistem keamanan mereka.
Sumber dari Reuters, dikutip Rabu, (5/1) mengatakan Google membayar tunai akuisisi ini senilai 500 juta dolar Amerika Serikat.
Siemplify dipimpin CEO Amos Stern, mereka bergerak dalam bidang orketrasi keamanan, solusi otomasi dan respons.
Perusahaan rintisan ini berhasil menggalang dana 58 juta dolar AS dari investor, antara lain G20 Ventures dan 83North.
Menurut Google, platform Siemplify akan diintegrasikan ke komputasi awan Google Cloud dan menjadi pondasi kapabilitas yang akan mereka investasikan.
Pembelian ini akan membantu Google mencari talenta keamanan siber dari Timur Tengah, Siemplify merupakan kesepakatan bisnis pertama Google di Israel.
Baca juga: Seberapa amankah satu kata sandi untuk berbagai akun?
Presiden AS Joe Biden tahun lalu berinvestasi senilai 10 miliar dolar selama lima tahun ke depan untuk bidang keamanan siber.
Dana ini digelontorkan setelah ada kenaikan serangan siber dan kebocoran data di negara Paman Sam.
Baca juga: Raksasa teknologi mendukung langkah keamanan siber AS
Sumber dari Reuters, dikutip Rabu, (5/1) mengatakan Google membayar tunai akuisisi ini senilai 500 juta dolar Amerika Serikat.
Siemplify dipimpin CEO Amos Stern, mereka bergerak dalam bidang orketrasi keamanan, solusi otomasi dan respons.
Perusahaan rintisan ini berhasil menggalang dana 58 juta dolar AS dari investor, antara lain G20 Ventures dan 83North.
Menurut Google, platform Siemplify akan diintegrasikan ke komputasi awan Google Cloud dan menjadi pondasi kapabilitas yang akan mereka investasikan.
Pembelian ini akan membantu Google mencari talenta keamanan siber dari Timur Tengah, Siemplify merupakan kesepakatan bisnis pertama Google di Israel.
Baca juga: Seberapa amankah satu kata sandi untuk berbagai akun?
Presiden AS Joe Biden tahun lalu berinvestasi senilai 10 miliar dolar selama lima tahun ke depan untuk bidang keamanan siber.
Dana ini digelontorkan setelah ada kenaikan serangan siber dan kebocoran data di negara Paman Sam.
Baca juga: Raksasa teknologi mendukung langkah keamanan siber AS