Kupang (AntaraNews NTT) - Sejumlah warga di Kelurahan Manutapen, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur mulai mengeluh karena memasuki pertengahan Juni 2018, mereka sudah kesulitan mendapatkan air bersih.

"Kami sudah susah mencari air bersih di sini. Hal ini karena musim kemarau yang sudah mulai melanda daerah ini," kata Lina, warga Manutapen yang ditemui saat sedang mengambil air di salah satu pipa bocor yang tak jauh dari rumahnya, Minggu (24/6).

Ia mengaku krisis air bersih ini sudah terjadi sejak akhir Mei lalu, karena memang pasokan air ke bak penampungan di kelurahan itu juga sudah jarang terisi.

Lina mengaku saat masih dalam musim penghujan, pasokan air ke bak penampungan itu dalam seminggu bisa sampai lima kali, dan dengan pasokan air tersebut masyarakat tidak merasa kesulitan mendapatkan air bersih.

"Namun saat ini, pasokannya dalam seminggu paling banyak hanya dua kali, itu juga bisa habis dalam tiga hari, sementara sisanya kami ambil dari pipa bocor di dekat gereja ini," tambahnya.

Baca juga: Feature - Hilangnya peluang mengatasi krisis air di Kupang

Untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah tangganya, lanjutnya, ia membutuhkan kurang lebih 10 jerigen ukuran lima liter untuk mengisi air di pipa bocor tersebut.

Sementara itu, Ina, ibu rumah tangga yang rumahnya hanya berjarak 50 meter dari pipa bocor tempat mengambil air itu mengaku bahwa sebenarnya, kejadian seperti itu susah sering terjadi setiap tahunnya.

"Hampir setiap tahun kejadiannya seperti ini. Kadang selalu ada bantuan air bersih dari polisi. Kami senang karena sangat membantu kami," tambahnya.

Ia pun berharap agar masalah air bersih di kelurahan Manutapen itu bisa segera teratasi sehingga tak terjadi lagi baik di tahun ini maupun di tahun depan.

Pantauan Antara, tempat pengisian air itu terdapat kurang lebih 60-an keringan kosong milik warga setempat. Jerigen tersebut sengaja disimpan di tempat tersebut oleh warga yang ingin mengambil air.

Baca juga: Reservoir antisipasi krisis air bersih

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024