Seoul (ANTARA) - Korea Utara menembakkan sebuah rudal hipersonik pekan ini yang berhasil mengenai sasaran, kata kantor berita negara KCNA, Kamis, (6/1).
Peluncuran tersebut menjadi uji coba kedua bagi rudal semacam itu saat Korut berupaya meningkatkan kemampuan militernya di tengah kebuntuan pembicaraan soal perlucutan nuklir.
Korut pertama kali menguji rudal hipersoniknya pada September, bergabung dengan negara-negara militer besar lain dalam perlombaan senjata canggih.
Peluncuran pada Rabu itu terdeteksi oleh sejumlah negara di kawasan dan mengundang kritik dari Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang.
Senjata hipersonik biasanya meluncur ke arah sasaran pada ketinggian yang lebih rendah ketimbang rudal balistik dan mampu melesat lebih dari lima kali kecepatan suara atau sekitar 6.200 km per jam.
Terlepas dari namanya, para analis mengatakan fitur utama senjata hipersonik bukanlah kecepatan –yang terkadang bisa disamai atau dikalahkan oleh hulu ledak rudal balistik tradisional– melainkan kemampuan manuvernya.
Dalam uji coba pada Rabu, (5/1) itu, "hulu ledak luncur hipersonik" melepaskan diri dari pendorong roketnya dan bermanuver sejauh 120 km secara lateral sebelum "menghantam dengan tepat" sebuah sasaran sejauh 700 km, kata KCNA.
Rudal tersebut menunjukkan kemampuannya dalam memadukan "penerbangan lompat luncur multi-langkah dan manuver lateral yang kuat", menurut KCNA.
Uji coba tersebut juga memastikan berfungsinya sejumlah komponen seperti kendali terbang dan kemampuannya beroperasi di musim dingin, kata KCNA menambahkan.
"Keberhasilan berturut-turut dalam uji peluncuran rudal hipersonik memiliki makna strategis karena mereka mempercepat tugas untuk memodernisasi angkatan bersenjata strategis negara ini," menurut laporan KCNA.
Korut belum menguji bom nuklir atau rudal balistik antarbenua (ICBM) sejak 2017. Namun, dalam beberapa tahun terakhir negara itu telah mengembangkan dan meluncurkan sejumlah rudal dan hulu ledak dengan kemampuan manuver lebih tinggi yang kemungkinan dirancang untuk mengatasi pertahanan rudal seperti milik Korea Selatan dan AS, kata analis.
"Kesan saya adalah Korea Utara telah mengidentifikasi senjata luncur hipersonik sebagai alat kualitatif yang berguna dan potensial untuk mengatasi pertahanan rudal," kata Ankit Panda, rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS.
Foto-foto peluncuran pada Rabu memperlihatkan apa yang analis sebut sebagai rudal balistik bertenaga cair dengan Manoeuvrable Reentry Vehicle (MaRV) berbentuk kerucut yang meledak dari kendaraan peluncur beroda dan menimbulkan awan api dan asap.
Rudal itu adalah versi berbeda dari rudal yang diuji tahun lalu, dan pertama kali diperlihatkan kepada publik dalam pameran pertahanan di Pyongyang pada Oktober, kata Panda.
"Sepertinya mereka menjalankan setidaknya dua program pengembangan yang terpisah," katanya.
"Salah satunya adalah Hwasong-8, yang diuji coba pada September. Rudal ini, yang memiliki sejumlah fitur yang sama dengan Hwasong-8, adalah rudal lain," kata Panda.
Dalam perbincangan telepon dengan Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi pada Kamis, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengutuk peluncuran rudal Korut itu.
Baca juga: Soal uji rudal, Korut tuding DK PBB terapkan standar ganda
Kedua menlu mendiskusikan kerja sama untuk mencapai perlucutan nuklir total dan perdamaian abadi di Semenanjung Korea, kata Deplu AS dalam sebuah pernyataan.
"Kami memandang setiap kemampuan (senjata) baru secara serius, dan seperti kami telah katakan, kami mengutuk uji rudal balistik yang terus menerus (dilakukan Korut), yang mengganggu stabilitas kawasan dan komunitas internasional," kata juru bicara Deplu AS.
Baca juga: Militer AS: Uji coba rudal Korea Utara ancam negara-negara tetangga
Korut menguji coba rudal hipersoniknya hanya beberapa jam sebelum Presiden Korsel Moon Jae-in menghadiri peletakan batu pertama pembangunan jalur kereta api yang dia harapkan dapat menghubungkan semenanjung Korea yang terbagi dua. Sumber: Antara/Reuters
Peluncuran tersebut menjadi uji coba kedua bagi rudal semacam itu saat Korut berupaya meningkatkan kemampuan militernya di tengah kebuntuan pembicaraan soal perlucutan nuklir.
Korut pertama kali menguji rudal hipersoniknya pada September, bergabung dengan negara-negara militer besar lain dalam perlombaan senjata canggih.
Peluncuran pada Rabu itu terdeteksi oleh sejumlah negara di kawasan dan mengundang kritik dari Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang.
Senjata hipersonik biasanya meluncur ke arah sasaran pada ketinggian yang lebih rendah ketimbang rudal balistik dan mampu melesat lebih dari lima kali kecepatan suara atau sekitar 6.200 km per jam.
Terlepas dari namanya, para analis mengatakan fitur utama senjata hipersonik bukanlah kecepatan –yang terkadang bisa disamai atau dikalahkan oleh hulu ledak rudal balistik tradisional– melainkan kemampuan manuvernya.
Dalam uji coba pada Rabu, (5/1) itu, "hulu ledak luncur hipersonik" melepaskan diri dari pendorong roketnya dan bermanuver sejauh 120 km secara lateral sebelum "menghantam dengan tepat" sebuah sasaran sejauh 700 km, kata KCNA.
Rudal tersebut menunjukkan kemampuannya dalam memadukan "penerbangan lompat luncur multi-langkah dan manuver lateral yang kuat", menurut KCNA.
Uji coba tersebut juga memastikan berfungsinya sejumlah komponen seperti kendali terbang dan kemampuannya beroperasi di musim dingin, kata KCNA menambahkan.
"Keberhasilan berturut-turut dalam uji peluncuran rudal hipersonik memiliki makna strategis karena mereka mempercepat tugas untuk memodernisasi angkatan bersenjata strategis negara ini," menurut laporan KCNA.
Korut belum menguji bom nuklir atau rudal balistik antarbenua (ICBM) sejak 2017. Namun, dalam beberapa tahun terakhir negara itu telah mengembangkan dan meluncurkan sejumlah rudal dan hulu ledak dengan kemampuan manuver lebih tinggi yang kemungkinan dirancang untuk mengatasi pertahanan rudal seperti milik Korea Selatan dan AS, kata analis.
"Kesan saya adalah Korea Utara telah mengidentifikasi senjata luncur hipersonik sebagai alat kualitatif yang berguna dan potensial untuk mengatasi pertahanan rudal," kata Ankit Panda, rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS.
Foto-foto peluncuran pada Rabu memperlihatkan apa yang analis sebut sebagai rudal balistik bertenaga cair dengan Manoeuvrable Reentry Vehicle (MaRV) berbentuk kerucut yang meledak dari kendaraan peluncur beroda dan menimbulkan awan api dan asap.
Rudal itu adalah versi berbeda dari rudal yang diuji tahun lalu, dan pertama kali diperlihatkan kepada publik dalam pameran pertahanan di Pyongyang pada Oktober, kata Panda.
"Sepertinya mereka menjalankan setidaknya dua program pengembangan yang terpisah," katanya.
"Salah satunya adalah Hwasong-8, yang diuji coba pada September. Rudal ini, yang memiliki sejumlah fitur yang sama dengan Hwasong-8, adalah rudal lain," kata Panda.
Dalam perbincangan telepon dengan Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi pada Kamis, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengutuk peluncuran rudal Korut itu.
Baca juga: Soal uji rudal, Korut tuding DK PBB terapkan standar ganda
Kedua menlu mendiskusikan kerja sama untuk mencapai perlucutan nuklir total dan perdamaian abadi di Semenanjung Korea, kata Deplu AS dalam sebuah pernyataan.
"Kami memandang setiap kemampuan (senjata) baru secara serius, dan seperti kami telah katakan, kami mengutuk uji rudal balistik yang terus menerus (dilakukan Korut), yang mengganggu stabilitas kawasan dan komunitas internasional," kata juru bicara Deplu AS.
Baca juga: Militer AS: Uji coba rudal Korea Utara ancam negara-negara tetangga
Korut menguji coba rudal hipersoniknya hanya beberapa jam sebelum Presiden Korsel Moon Jae-in menghadiri peletakan batu pertama pembangunan jalur kereta api yang dia harapkan dapat menghubungkan semenanjung Korea yang terbagi dua. Sumber: Antara/Reuters