Kupang (Antara NTT) - Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Nusa Tenggara Timur Yohanes Tay Ruba meminta petani di daerahnya untuk menyiapkan lahan tanam sesuai potensi curah hujan masing-masing wilayah dengan menerapkan teknologi yang sesuai dengan agroklimat.
"Tujuannya untuk mengeliminasi resiko gagal tanam dan gagal panen," katanya di Kupang, Selasa.
Saat ini, katanya, NTT memiliki potensi lahan kering sekitar 2.379.005 ha dan potensi lahan basah 127.308 ha dengan pemanfaatan untuk lahan kering baru sekitar 1.556.155 ha atau 65,41 persen sedangkan lahan basah mencapai 126.993 ha atau 51,33 persen.
Pemanfaatan lahan-lahan ini harus disesuaikan dengan prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Sehingga, katanya, jika terjadi kekeringan karena terlambat memasuki musim hujan, pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota dapat mengambil langkah antisipasi kemungkinan datangnya ancaman anomali iklim pada waktunya.
Ia mengatakan bahwa untuk mengantispasi ancaman ini, pemerintah telah mengambil langkah-langkah antisipasi seperti menjaga cadangan beras nasional, beras bersubsidi tetap ada sebagai pengganti Raskin, stabilisasi harga beras, menyiapkan cadangan dana dan terus melakukan siaga.
"Para pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait dan para bupati/wali kota untuk tetap memastikan bendung atau embung berfungsi dengan baik dan memprogramkan pompanisasi," katanya.
Dia juga meminta para penyuluh terus berbenah diri mencermati fenomena alam ini dengan meningkatkan kapasitas teknis dan kemampuan menghadapi musim tanam bersama para petani di lapangan.
"Satukan langkah dan fokus kerja keras dengan menggerakan seluruh upaya yang dimiliki, sambil memohon berkat dan penyertaan dari Tuhan, sehingga apa yang dikerjakan dapat memberikan hasil yang baik," katanya.
Dia juga mendukung imbauan dari Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang agar para petani di Nusa Tenggara Timur tidak gegabah menanam menyusul anomali iklim yang mengakibatkan hujan pancaroba mengguyur sebagian besar wilayah kepulauan ini dalam sepekan terkahir.
Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang Juli Setiyanto di Kupang, Selasa meminta petani di wilayah Kupang dan sekitarnya untuk persiapan lahan sebelum memasuki awal musim hujan pada November III hingga Desember I 2012.
Ia juga meminta petani terutama petani lahan kering sebaiknya cermat mengikuti perkembangan anomali iklim alam dengan melakukan komunikasi kepada petugas lapang iklim yang ada didaerah terdekat atau penyeluh pertanian yang ada di setiap wilayah, sehingga tidak keliru melakukan keputusan menanam pada waktunya.
Kecermatan dan komunikasi antarpetani dengan petugas lapang iklim dan penyuluh dari Dinas Pertanian dan Perkebunan, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan ini penting dilakukan sehingga tidak salah mengambil keputusan untuk menanam sebelum musim hujan sesungguhnya.
Ia menyebut Kritria awal musim hujan telah dimulai dilihat dari curah hujan dengan intensitas minimal 50 mili meter hingga 150 mili meter.
"Yang terjadi saat ini, curah hujan baru sebatas 15 mili meter dan karena itu belum dikategorikan sebagai awal musim hujan," katanya.
"Tujuannya untuk mengeliminasi resiko gagal tanam dan gagal panen," katanya di Kupang, Selasa.
Saat ini, katanya, NTT memiliki potensi lahan kering sekitar 2.379.005 ha dan potensi lahan basah 127.308 ha dengan pemanfaatan untuk lahan kering baru sekitar 1.556.155 ha atau 65,41 persen sedangkan lahan basah mencapai 126.993 ha atau 51,33 persen.
Pemanfaatan lahan-lahan ini harus disesuaikan dengan prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Sehingga, katanya, jika terjadi kekeringan karena terlambat memasuki musim hujan, pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota dapat mengambil langkah antisipasi kemungkinan datangnya ancaman anomali iklim pada waktunya.
Ia mengatakan bahwa untuk mengantispasi ancaman ini, pemerintah telah mengambil langkah-langkah antisipasi seperti menjaga cadangan beras nasional, beras bersubsidi tetap ada sebagai pengganti Raskin, stabilisasi harga beras, menyiapkan cadangan dana dan terus melakukan siaga.
"Para pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait dan para bupati/wali kota untuk tetap memastikan bendung atau embung berfungsi dengan baik dan memprogramkan pompanisasi," katanya.
Dia juga meminta para penyuluh terus berbenah diri mencermati fenomena alam ini dengan meningkatkan kapasitas teknis dan kemampuan menghadapi musim tanam bersama para petani di lapangan.
"Satukan langkah dan fokus kerja keras dengan menggerakan seluruh upaya yang dimiliki, sambil memohon berkat dan penyertaan dari Tuhan, sehingga apa yang dikerjakan dapat memberikan hasil yang baik," katanya.
Dia juga mendukung imbauan dari Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang agar para petani di Nusa Tenggara Timur tidak gegabah menanam menyusul anomali iklim yang mengakibatkan hujan pancaroba mengguyur sebagian besar wilayah kepulauan ini dalam sepekan terkahir.
Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang Juli Setiyanto di Kupang, Selasa meminta petani di wilayah Kupang dan sekitarnya untuk persiapan lahan sebelum memasuki awal musim hujan pada November III hingga Desember I 2012.
Ia juga meminta petani terutama petani lahan kering sebaiknya cermat mengikuti perkembangan anomali iklim alam dengan melakukan komunikasi kepada petugas lapang iklim yang ada didaerah terdekat atau penyeluh pertanian yang ada di setiap wilayah, sehingga tidak keliru melakukan keputusan menanam pada waktunya.
Kecermatan dan komunikasi antarpetani dengan petugas lapang iklim dan penyuluh dari Dinas Pertanian dan Perkebunan, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan ini penting dilakukan sehingga tidak salah mengambil keputusan untuk menanam sebelum musim hujan sesungguhnya.
Ia menyebut Kritria awal musim hujan telah dimulai dilihat dari curah hujan dengan intensitas minimal 50 mili meter hingga 150 mili meter.
"Yang terjadi saat ini, curah hujan baru sebatas 15 mili meter dan karena itu belum dikategorikan sebagai awal musim hujan," katanya.