Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa, diprediksi melemah dibayangi ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat The Fed yang lebih agresif.
Rupiah bergerak melemah tipis 1 poin ke posisi Rp14.366 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.365 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah masih berpeluang untuk melemah lagi hari ini terhadap dolar AS dengan tingginya ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif tahun ini," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa, (12/4).
Semalam, Kepala Bank Sentral AS area Chicago Charles Evans, memberikan dukungan terhadap kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif tahun ini.
Suku bunga acuan AS diperkirakan akan berada di kisaran 2,25 persen - 2,5 persen pada akhir tahun ini. Saat ini suku bunga ada di level 0,5 persen dan kemungkinan akan ada kenaikan masing-masing 50 basis poin dalam dua rapat mendatang.
"Indikasi meningginya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif terlihat dari kenaikan yield obligasi pemerintah AS. Yield tenor 10 tahun naik lagi ke atas kisaran 2,8 persen," ujar Ariston.
Menurut Ariston, kebijakan pengetatan yang agresif itu untuk memerangi inflasi di AS yang sudah sangat tinggi.
Risiko inflasi dinilai masih meninggi karena kenaikan harga berbagai komoditi akibat invasi Rusia.
"Di sisi lain, minat pasar yang tinggi untuk berinvestasi di Indonesia, ditandai dengan naiknya IHSG ke level tertinggi baru, bisa menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," kata Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini berpotensi melemah ke kisaran Rp14.380 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.340 per dolar AS.
Pada Senin (11/4) lalu, rupiah ditutup melemah 3 poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.365 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.362 per dolar AS.
Baca juga: Nilai Rupiah melemah merespon pesan hawkish bank sentral AS
Baca juga: Rupiah menguat seiring turunnya harga minyak dunia
Rupiah bergerak melemah tipis 1 poin ke posisi Rp14.366 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.365 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah masih berpeluang untuk melemah lagi hari ini terhadap dolar AS dengan tingginya ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif tahun ini," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa, (12/4).
Semalam, Kepala Bank Sentral AS area Chicago Charles Evans, memberikan dukungan terhadap kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif tahun ini.
Suku bunga acuan AS diperkirakan akan berada di kisaran 2,25 persen - 2,5 persen pada akhir tahun ini. Saat ini suku bunga ada di level 0,5 persen dan kemungkinan akan ada kenaikan masing-masing 50 basis poin dalam dua rapat mendatang.
"Indikasi meningginya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif terlihat dari kenaikan yield obligasi pemerintah AS. Yield tenor 10 tahun naik lagi ke atas kisaran 2,8 persen," ujar Ariston.
Menurut Ariston, kebijakan pengetatan yang agresif itu untuk memerangi inflasi di AS yang sudah sangat tinggi.
Risiko inflasi dinilai masih meninggi karena kenaikan harga berbagai komoditi akibat invasi Rusia.
"Di sisi lain, minat pasar yang tinggi untuk berinvestasi di Indonesia, ditandai dengan naiknya IHSG ke level tertinggi baru, bisa menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," kata Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini berpotensi melemah ke kisaran Rp14.380 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.340 per dolar AS.
Pada Senin (11/4) lalu, rupiah ditutup melemah 3 poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.365 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.362 per dolar AS.
Baca juga: Nilai Rupiah melemah merespon pesan hawkish bank sentral AS
Baca juga: Rupiah menguat seiring turunnya harga minyak dunia