Jakarta (ANTARA) - Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengurangan Risiko Bencana Mami Mizutori mengapresiasi sejumlah fasilitas dari sistem peringatan dini tsunami yang ditempatkan di kawasan Serangan, Denpasar, Provinsi Bali.
Dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Minggu, Mami mengharapkan sistem peringatan dini tsunami atau tsunami early warning system (TEWS) tersebut dapat mendorong aksi dini untuk keselamatan warga.
Selain TEWS, fasilitas lain yang ada di kawasan itu yaitu tempat evakuasi sementara (TES), dan rambu yang mengarahkan ke arah evakuasi.
Mami mengungkapkan pihaknya selalu mengupayakan untuk memperbaharui dan memperkuat alat peringatan dini untuk melindungi negara, dan diharapkan dengan alat peringatan dini yang baik dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat.
Menurutnya, alat peringatan dini tidak akan efektif tanpa respons aktif masyarakat dalam menyikapi sinyal yang diberikan.
“Tanpa aksi, early warning system (EWS) menjadi tidak ada gunanya. Mari bersama kita tingkatkan kesadaran global dalam merespons sinyal EWS sehingga masyarakat dapat terlindungi dari ancaman bencana,” ujar Mami saat berkunjung ke Serangan, Bali, Sabtu (23/4).
Di kesempatan yang sama, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di hadapan Mami dan Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati menjelaskan saat ini terdapat sembilan sistem peringatan dini tsunami atau tsunami early warning system (TEWS), yang dioperasikan oleh pemerintah daerah setempat.
TEWS yang ada di Bali menjadi back-up system untuk Indonesia Tsunami Early Warning System atau INA-TEWS.
“Sampai saat ini kita terus kembangkan teknologi untuk alat peringatan dini tsunami sehingga kita siap menghadapi berbagai ancaman bencana dengan zero victim (nihil korban),” ujar Dwikorita.
Pada kesempatan itu, Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati menunjukkan aplikasi inaRISK kepada Utusan Khusus PBB.
“Aplikasi ini bermanfaat untuk melihat potensi bahaya di sekitar kita,” ujar Raditya sambil memperagakan penggunaan aplikasi kepada Mami.
Tampak pada aplikasi tersebut, kawasan Serangan memilik potensi ancaman bahaya tsunami dengan kategori sedang hingga tinggi.
Fasilitas TES yang ada di tengah pemukiman warga telah dibangun sejak 2015. TES ini memiliki empat lantai sebagai tempat evakuasi masyarakat setempat ketika terjadi ancaman tsunami.
Pada salah satu pembahasan substansi Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR), Indonesia akan memperkenalkan berbagai inovasi teknologi dalam pengurangan risiko bencana, salah satunya TEWS. Tentunya dalam hal ini, pemerintah Indonesia melalui BMKG turut memperkenalkan sistem peringatan dini yang melibatkan peran aktif masyarakat.
Baca juga: Sekjen PBB akan menemui Putin dan Zelenskyy
Baca juga: Utusan PBB soroti pentingnya penanggulangan bencana dan iklim bersamaan
Dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Minggu, Mami mengharapkan sistem peringatan dini tsunami atau tsunami early warning system (TEWS) tersebut dapat mendorong aksi dini untuk keselamatan warga.
Selain TEWS, fasilitas lain yang ada di kawasan itu yaitu tempat evakuasi sementara (TES), dan rambu yang mengarahkan ke arah evakuasi.
Mami mengungkapkan pihaknya selalu mengupayakan untuk memperbaharui dan memperkuat alat peringatan dini untuk melindungi negara, dan diharapkan dengan alat peringatan dini yang baik dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat.
Menurutnya, alat peringatan dini tidak akan efektif tanpa respons aktif masyarakat dalam menyikapi sinyal yang diberikan.
“Tanpa aksi, early warning system (EWS) menjadi tidak ada gunanya. Mari bersama kita tingkatkan kesadaran global dalam merespons sinyal EWS sehingga masyarakat dapat terlindungi dari ancaman bencana,” ujar Mami saat berkunjung ke Serangan, Bali, Sabtu (23/4).
Di kesempatan yang sama, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di hadapan Mami dan Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati menjelaskan saat ini terdapat sembilan sistem peringatan dini tsunami atau tsunami early warning system (TEWS), yang dioperasikan oleh pemerintah daerah setempat.
TEWS yang ada di Bali menjadi back-up system untuk Indonesia Tsunami Early Warning System atau INA-TEWS.
“Sampai saat ini kita terus kembangkan teknologi untuk alat peringatan dini tsunami sehingga kita siap menghadapi berbagai ancaman bencana dengan zero victim (nihil korban),” ujar Dwikorita.
Pada kesempatan itu, Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati menunjukkan aplikasi inaRISK kepada Utusan Khusus PBB.
“Aplikasi ini bermanfaat untuk melihat potensi bahaya di sekitar kita,” ujar Raditya sambil memperagakan penggunaan aplikasi kepada Mami.
Tampak pada aplikasi tersebut, kawasan Serangan memilik potensi ancaman bahaya tsunami dengan kategori sedang hingga tinggi.
Fasilitas TES yang ada di tengah pemukiman warga telah dibangun sejak 2015. TES ini memiliki empat lantai sebagai tempat evakuasi masyarakat setempat ketika terjadi ancaman tsunami.
Pada salah satu pembahasan substansi Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR), Indonesia akan memperkenalkan berbagai inovasi teknologi dalam pengurangan risiko bencana, salah satunya TEWS. Tentunya dalam hal ini, pemerintah Indonesia melalui BMKG turut memperkenalkan sistem peringatan dini yang melibatkan peran aktif masyarakat.
Baca juga: Sekjen PBB akan menemui Putin dan Zelenskyy
Baca juga: Utusan PBB soroti pentingnya penanggulangan bencana dan iklim bersamaan