Kupang (ANTARA) - Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara II Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melaporkan capaian pembangunan bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sudah mencapai 50 persen.
"Secara keseluruhan pembangunan bendungan terbesar di NTT sudah mencapai 50 persen," kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) bendungan Temef Fajar Hariaji di Kupang, Selasa, (26/4).
Ia mengatakan bendungan Temef di Kabupaten TTS yang dibangun dengan sistem anggaran multi years ini masuk dalam program tujuh bendungan Presiden Jokowi untuk masyarakat NTT.
Fajar memaparkan untuk pembangunan paket dua yang dibangun oleh PT. Nindya Karya, khusus bangunan pelimpahan, kini tercatat sudah selesai 100 persen.
Dengan demikian, tersisa paket satu untuk tubuh bendungan yang kini masih dikerjakan oleh PT. Waskita Karya yang capaiannya sudah mencapai 84 persen.
"Sementara paket tiga kini sudah ada pemenang tendernya yakni dari pihak Nindya Karya lagi. Sementara paket empat masih dalam proses lelang," ujar dia.
Menurut dia, sesuai kontrak, pembangunan bendungan tersebut harus selesai pada tahun 2023.
Fajar yang didampingi salah satu pejabat PPK di BWS NT II Frengky Welkis juga mengatakan bahwa dalam proses pengerjaan bendungan tersebut ada beberapa kendala yang dihadapi.
Berbagai kendala yang sempat mengganggu pembangunan antara lain pandemi COVID-19 yang menulari para pekerja, sampai dengan badai siklon Seroja pada 2021 lalu.
Bendungan Temef menjadi bendungan terbesar di antara tujuh bendungan yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo di NTT. Bendungan dengan panjang 550 meter dan tinggi 55 meter ini, menempati lahan seluas 45 hektare dan mampu menampung air hingga 45 juta meter kubik.
Pembangunan Bendungan Temef ini diperkirakan memakan biaya sebesar Rp1,4 triliun dan direncanakan selesai pada tahun 2023.
Baca juga: Waskita bangun menara pemantau cegah kecelakaan kerja di bendungan Temef
Baca juga: Waskita: Pembangunan Bendungan Temef capai 78 persen
"Secara keseluruhan pembangunan bendungan terbesar di NTT sudah mencapai 50 persen," kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) bendungan Temef Fajar Hariaji di Kupang, Selasa, (26/4).
Ia mengatakan bendungan Temef di Kabupaten TTS yang dibangun dengan sistem anggaran multi years ini masuk dalam program tujuh bendungan Presiden Jokowi untuk masyarakat NTT.
Fajar memaparkan untuk pembangunan paket dua yang dibangun oleh PT. Nindya Karya, khusus bangunan pelimpahan, kini tercatat sudah selesai 100 persen.
Dengan demikian, tersisa paket satu untuk tubuh bendungan yang kini masih dikerjakan oleh PT. Waskita Karya yang capaiannya sudah mencapai 84 persen.
"Sementara paket tiga kini sudah ada pemenang tendernya yakni dari pihak Nindya Karya lagi. Sementara paket empat masih dalam proses lelang," ujar dia.
Menurut dia, sesuai kontrak, pembangunan bendungan tersebut harus selesai pada tahun 2023.
Fajar yang didampingi salah satu pejabat PPK di BWS NT II Frengky Welkis juga mengatakan bahwa dalam proses pengerjaan bendungan tersebut ada beberapa kendala yang dihadapi.
Berbagai kendala yang sempat mengganggu pembangunan antara lain pandemi COVID-19 yang menulari para pekerja, sampai dengan badai siklon Seroja pada 2021 lalu.
Bendungan Temef menjadi bendungan terbesar di antara tujuh bendungan yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo di NTT. Bendungan dengan panjang 550 meter dan tinggi 55 meter ini, menempati lahan seluas 45 hektare dan mampu menampung air hingga 45 juta meter kubik.
Pembangunan Bendungan Temef ini diperkirakan memakan biaya sebesar Rp1,4 triliun dan direncanakan selesai pada tahun 2023.
Baca juga: Waskita bangun menara pemantau cegah kecelakaan kerja di bendungan Temef
Baca juga: Waskita: Pembangunan Bendungan Temef capai 78 persen