Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Karantina Pertanian menekankan biosekuriti pencegahan penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) di Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya daratan Pulau Flores.
"Daerah Flores umumnya dan Labuan Bajo khususnya bebas PMK, zona hijau. Karantina harus bisa yakinkan publik bahwa penanganan biosekuriti terhadap sapi yang keluar dari Labuan Bajo bebas PMK. Kita jamin," kata Kepala Pusat Kepatuhan Kerja Sama Informasi Perkarantinaan (KKIP) Junaidi saat mengunjungi peternakan sapi di kawasan Sernaru Labuan Bajo, Sabtu, (25/06/2022).
Biosekuriti merupakan bagian program melindungi ternak dari serangan penyakit dan sebagai langkah awal pengendalian wabah penyakit.
Ada beberapa hal penting dalam biosekuriti, salah satunya masa karantina 14 hari bagi ternak yang hendak dikirim ke luar daerah.
Junaidi mengatakan biosekuriti sesuai edaran kepala badan menjadi suatu keharusan, sehingga setiap titik pengeluaran ternak, di pelabuhan sebelum ternak dikirim antarpulau, perlu melakukan pengamatan/pengasingan/masa karantina selama 14 hari.
"Artinya sesuai masa inkubasi dari penyakit PMK. Jika 14 hari kita tidak temukan gejala klinis atau hasil laboratorium yang menunjukkan ternak positif PMK, maka selanjutnya boleh antarpulaukan," kata dia.
Dalam kunjungannya ke Labuan Bajo, ia telah berkoordinasi dengan pihak ASDP, KP3, termasuk pihak keamanan lain untuk melakukan edukasi dan sosialisasi bahwa daerah Labuan Bajo khususnya dan daratan Flores umumnya bebas PMK serta masuk sebagai zona hijau.
Dia meminta segenap petugas Stasiun Karantina Pertanian Ende untuk mengedukasi dan mendampingi para pengusaha dan peternak di daratan Flores, termasuk Labuan Bajo, untuk melakukan biosekuriti dan menjamin ternak yang keluar dari Flores bebas PMK.
Junaidi berharap, sinergi semua pihak untuk menjaga wilayah NTT, khususnya Pulau Flores, agar tidak terkontaminasi PMK.
Menurut dia, sebagai daerah pariwisata, wabah PMK dapat memberikan efek domino tak hanya bagi sektor pariwisata, melainkan perdagangan internasional.
Baca juga: 19.576 ekor ternak bebas PMK dikirim dari Pulau Flores
Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Ende Kostan mengatakan para petugas terus berupaya memperketat semua pengawasan di pintu masuk dan keluar daerah itu.
Dia menyebut pengawasan kapal-kapal dari zona merah, seperti Surabaya, Sape, dan Makassar, diperketat untuk menjaga NTT, khususnya Flores, bebas PMK.
Baca juga: Ribuan ternak di Lombok Timur, NTB terjangkit PMK
"NTT, daratan Flores masih bebas, zona hijau. Kita tetap berusaha," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Badan Karantina Pertanian tekankan biosekuriti cegah PMK di Flores
"Daerah Flores umumnya dan Labuan Bajo khususnya bebas PMK, zona hijau. Karantina harus bisa yakinkan publik bahwa penanganan biosekuriti terhadap sapi yang keluar dari Labuan Bajo bebas PMK. Kita jamin," kata Kepala Pusat Kepatuhan Kerja Sama Informasi Perkarantinaan (KKIP) Junaidi saat mengunjungi peternakan sapi di kawasan Sernaru Labuan Bajo, Sabtu, (25/06/2022).
Biosekuriti merupakan bagian program melindungi ternak dari serangan penyakit dan sebagai langkah awal pengendalian wabah penyakit.
Ada beberapa hal penting dalam biosekuriti, salah satunya masa karantina 14 hari bagi ternak yang hendak dikirim ke luar daerah.
Junaidi mengatakan biosekuriti sesuai edaran kepala badan menjadi suatu keharusan, sehingga setiap titik pengeluaran ternak, di pelabuhan sebelum ternak dikirim antarpulau, perlu melakukan pengamatan/pengasingan/masa karantina selama 14 hari.
"Artinya sesuai masa inkubasi dari penyakit PMK. Jika 14 hari kita tidak temukan gejala klinis atau hasil laboratorium yang menunjukkan ternak positif PMK, maka selanjutnya boleh antarpulaukan," kata dia.
Dalam kunjungannya ke Labuan Bajo, ia telah berkoordinasi dengan pihak ASDP, KP3, termasuk pihak keamanan lain untuk melakukan edukasi dan sosialisasi bahwa daerah Labuan Bajo khususnya dan daratan Flores umumnya bebas PMK serta masuk sebagai zona hijau.
Dia meminta segenap petugas Stasiun Karantina Pertanian Ende untuk mengedukasi dan mendampingi para pengusaha dan peternak di daratan Flores, termasuk Labuan Bajo, untuk melakukan biosekuriti dan menjamin ternak yang keluar dari Flores bebas PMK.
Junaidi berharap, sinergi semua pihak untuk menjaga wilayah NTT, khususnya Pulau Flores, agar tidak terkontaminasi PMK.
Menurut dia, sebagai daerah pariwisata, wabah PMK dapat memberikan efek domino tak hanya bagi sektor pariwisata, melainkan perdagangan internasional.
Baca juga: 19.576 ekor ternak bebas PMK dikirim dari Pulau Flores
Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Ende Kostan mengatakan para petugas terus berupaya memperketat semua pengawasan di pintu masuk dan keluar daerah itu.
Dia menyebut pengawasan kapal-kapal dari zona merah, seperti Surabaya, Sape, dan Makassar, diperketat untuk menjaga NTT, khususnya Flores, bebas PMK.
Baca juga: Ribuan ternak di Lombok Timur, NTB terjangkit PMK
"NTT, daratan Flores masih bebas, zona hijau. Kita tetap berusaha," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Badan Karantina Pertanian tekankan biosekuriti cegah PMK di Flores