Singapura (ANTARA) - Harga minyak memperpanjang kenaikannya di perdagangan Asia pada Senin, (18/7/2022) sore, ditopang oleh dolar AS yang lebih lemah dan pasokan yang ketat mengimbangi kekhawatiran tentang resesi dan prospek penguncian COVID-19 yang meluas di China yang dapat mengurangi permintaan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 2,54 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi diperdagangkan di 103,70 dolar AS per barel pada pukul 06.48 GMT, setelah naik 2,1 persen pada Jumat (15/7/2022).
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus melonjak 2,31 dolar AS atau 2,4 persen, menjadi diperdagangkan di 99,90 dolar AS per barel, setelah naik 1,9 persen di sesi sebelumnya.
Dolar AS mundur dari tertinggi multi-tahun pada Senin, mendukung harga-harga komoditas mulai dari emas hingga minyak. Dolar yang lebih lemah membuat komoditas berdenominasi dolar lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.
Pekan lalu, Brent dan WTI membukukan penurunan mingguan terbesar mereka dalam waktu sekitar satu bulan di tengah kekhawatiran resesi yang akan memukul permintaan minyak. Pengujian COVID massal berlanjut di beberapa bagian China minggu ini, meningkatkan kekhawatiran permintaan minyak di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu.
Namun, pasokan minyak tetap ketat, mendukung harga. Seperti yang diperkirakan, perjalanan Presiden AS Joe Biden ke Arab Saudi gagal menghasilkan janji dari produsen utama OPEC untuk meningkatkan pasokan minyak.
Biden ingin produsen minyak Teluk meningkatkan produksi untuk membantu menjinakkan harga minyak dan menurunkan inflasi.
Pada Minggu (17/7/2022), Amos Hochstein, penasihat senior Departemen Luar Negeri AS untuk keamanan energi, mengatakan di CBS Face the Nation bahwa perjalanan itu akan mengakibatkan produsen minyak mengambil "beberapa langkah lagi" dalam hal pasokan meskipun dia tidak mengatakan negara atau negara mana yang akan meningkatkan produksi.
"Meskipun belum ada janji segera untuk peningkatan produksi minyak, AS dilaporkan telah mengindikasikan peningkatan bertahap yang diharapkan dalam pasokan," Baden Moore, kepala penelitian komoditas di National Australian Bank, mengatakan dalam sebuah catatan.
"Pengurangan rilis SPR (cadangan minyak strategis) dari November dapat mengimbangi pasokan tambahan ini meskipun jika tidak lebih besar dari sekitar 1 juta barel per hari."
Baca juga: Minyak tergelincir terseret reli dolar
Baca juga: Kurs Rupiah awal pekan menguat
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak melonjak di Asia didukung pelemahan dolar AS dan pasokan ketat
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 2,54 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi diperdagangkan di 103,70 dolar AS per barel pada pukul 06.48 GMT, setelah naik 2,1 persen pada Jumat (15/7/2022).
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus melonjak 2,31 dolar AS atau 2,4 persen, menjadi diperdagangkan di 99,90 dolar AS per barel, setelah naik 1,9 persen di sesi sebelumnya.
Dolar AS mundur dari tertinggi multi-tahun pada Senin, mendukung harga-harga komoditas mulai dari emas hingga minyak. Dolar yang lebih lemah membuat komoditas berdenominasi dolar lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.
Pekan lalu, Brent dan WTI membukukan penurunan mingguan terbesar mereka dalam waktu sekitar satu bulan di tengah kekhawatiran resesi yang akan memukul permintaan minyak. Pengujian COVID massal berlanjut di beberapa bagian China minggu ini, meningkatkan kekhawatiran permintaan minyak di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu.
Namun, pasokan minyak tetap ketat, mendukung harga. Seperti yang diperkirakan, perjalanan Presiden AS Joe Biden ke Arab Saudi gagal menghasilkan janji dari produsen utama OPEC untuk meningkatkan pasokan minyak.
Biden ingin produsen minyak Teluk meningkatkan produksi untuk membantu menjinakkan harga minyak dan menurunkan inflasi.
Pada Minggu (17/7/2022), Amos Hochstein, penasihat senior Departemen Luar Negeri AS untuk keamanan energi, mengatakan di CBS Face the Nation bahwa perjalanan itu akan mengakibatkan produsen minyak mengambil "beberapa langkah lagi" dalam hal pasokan meskipun dia tidak mengatakan negara atau negara mana yang akan meningkatkan produksi.
"Meskipun belum ada janji segera untuk peningkatan produksi minyak, AS dilaporkan telah mengindikasikan peningkatan bertahap yang diharapkan dalam pasokan," Baden Moore, kepala penelitian komoditas di National Australian Bank, mengatakan dalam sebuah catatan.
"Pengurangan rilis SPR (cadangan minyak strategis) dari November dapat mengimbangi pasokan tambahan ini meskipun jika tidak lebih besar dari sekitar 1 juta barel per hari."
Baca juga: Minyak tergelincir terseret reli dolar
Baca juga: Kurs Rupiah awal pekan menguat
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak melonjak di Asia didukung pelemahan dolar AS dan pasokan ketat