Kupang (ANTARA) - Di antara beraneka ragam produk lokal yang dipamerkan dalam pertemuan kedua Sherpa G20 di Hotel Meruorah Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, ada suguhan dari tanaman kelor.

Kelor atau marungga (Moringa oleifera L) dipamerkan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Labuan Bajo, New Eden Moringa dalam bentuk produk olahan seperti teh, kopi, hingga garam.

Suguhan komoditi lokal dari petani di Pulau Flores itu pun tak luput dari perhatian peserta pertemuan kedua Sherpa G20 yang dihadiri delegasi 19 negara anggota G20, 9 negara undangan, dan 10 organisasi internasional. Satu negara anggota G20 yang hadir virtual, yakni Amerika Serikat.

Lapak pameran produk kelor pun dihampiri delegasi yang ingin mendapat informasi tentang produk kelor hingga mencicipi produk olahan seperti teh dan kopi berbasis kelor.

Lieta Isomortana (47), pendiri UMKM New Eden Moringa pun tampak sumringah kala disambangi delegasi yang membuatnya antusias menceritakan produk olahan kelor yang disajikan.

Mengikuti pameran di ajang sebesar Sherpa G20 adalah kesempatan istimewa untuk mengangkat kelor sebagai salah satu komoditi unggulan lokal dari NTT ke pentas dunia.

Para Sherpa, sebutan bagi perwakilan negara anggota G20, perwakilan dari negara undangan dan berbagai organisasi internasional, yang datang dari berbagai negara dunia pun bisa mengetahui adanya potensi lokal kelor dari NTT.

"Para delegasi akhirnya bisa melihat langsung ada komoditi unggulan kita dari NTT yaitu kelor," katanya.

Potensi kelor yang diangkat dalam pameran membuat kelor dari NTT berpeluang untuk semakin mendunia melalui perpanjangan tangan para delegasi yang menceritakannya kepada kenalan, mitra, dan sebagainya.

Lieta Isomortana berharap semakin banyak komunitas global yang mengenal kelor NTT sehingga merangsang minat kunjungan yang pada akhirnya juga menambah pangsa pasar bagi pelaku UMKM.

Unggulan

Di NTT, tanaman kelor tengah dikembangkan sebagai komoditi lokal unggulan yang merupakan sumber pangan fungsional yang mengandung nutrisi dan senyawa bio-aktif tinggi.

Suguhan makanan dan minuman berbahan kelor acap kali ditemui dalam berbagai kegiatan pemerintahan maupun yang digelar berbagai elemen masyarakat.

Tak jarang pula produk-produk olahan dari daun kelor mengisi lapak-lapak pameran tingkat lokal maupun nasional.

Pemerintah Provinsi NTT berusaha mengangkat potensi kelor sebagai salah satu komoditi pangan unggulan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Peta jalan pengembangan kelor sebagai komoditi unggulan telah disusun hingga produk olahan kelor terus didorong menuju pasar ekspor.

Tidak hanya berorientasi ekonomi, kelor juga digadangkan menjadi pangan unggulan untuk mengatasi persoalan kekerdilan (stunting) pada anak-anak NTT.

Daun kelor dipercaya banyak orang sebagai bahan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Selain sebagai sayur pendamping makanan sehari-hari, juga diolah untuk pengobatan herbal. Kelor digunakan untuk teh hingga bahan kapsul pengobatan.

Dengan karakteristik NTT yang cocok untuk tanaman kelor membuat pemerintah daerah berambisi untuk terus mendorong pengembangan kelor melalui investasi dalam skala besar maupun skala UMKM.

Terdapat dua jenis kelor di NTT yakni kelor hijau dan merah yang telah terdaftar di Pusat Perlindungan dan Pendaftaran Varietas Tanaman pada tahun 2019.

Pemerintah Provinsi NTT juga menargetkan mengekspor daun kelor sebanyak 1.000 ton per tahun ke Afrika.

Kini kelor terus dipromosikan dalam berbagai kesempatan bahkan hingga tingkat mancanegara untuk memperkenalkan kelor sebagai identitas yang melekat dengan nama NTT.

"Jika di Eropa dan Jepang dikenal adanya Revolusi Putih karena penduduknya suka minum susu, maka Nusa Tenggara Timur ingin memperkenalkan kepada dunia tentang Revolusi Hijau melalui tanaman kelor atau marungga," kata Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat.

Keunggulan kelor sebagai potensi lokal dengan segudang manfaatnya membuat tanaman ini layak mendapat tempat untuk diperkenalkan kepada masyarakat dunia melalui pameran UMKM di pertemuan kedua Sherpa G20 di Labuan Bajo yang berlangsung selama 9-13 Juli 2022.

Keragaman

Hadirnya kelor mengisi lapak pameran di Sherpa G20 menambah keberagaman kekayaan produk lokal Indonesia yang disuguhkan bagi para delegasi dari berbagai negara dunia.

Selain kelor, berbagai komoditi lokal juga ditampilkan seperti kopi Flores, kain tenun ikat, kerajinan dari bambu, hingga alat musik tradisional Sasando.

Baca juga: Artikel - Ketika pesona Labuan Bajo menjadi suguhan terindah di Sherpa G20

Melalui Sherpa G20, Indonesia ingin menunjukkan kepada komunitas global tentang keragaman kekayaan di Tanah Air dari pangan lokal, produk budaya, hingga kawasan pariwisata Labuan Bajo yang terkenal dengan destinasi unggulan Taman Nasional Komodo.

"Kita menampilkan keberagaman Indonesia pada delegasi G20," kata Co-Sherpa Presidensi G20 Indonesia Edi Prio Pambudi.

Untuk itu para delegasi tidak hanya disuguhkan tentang berbagai produk ekonomi kreatif lokal, namun jika diajak untuk menyambangi sejumlah destinasi wisata di dalam Kawasan Taman Nasional Komodo seperti Pulau Komodo, Pulau Messah, dan Pulau Padar.

Baca juga: Artikel - Kala senandung dawai Sasando memukau delegasi Sherpa G20

Ada tujuan yang ingin dicapai yaitu membuat para delegasi takjub dengan harapan mereka bisa datang kembali lagi berkunjung ke Indonesia di kemudian hari.

Tanaman kelor yang diandalkan sebagai "Mutiara Hijau" dari NTT telah melengkapi potret keberagaman kekayaan pangan Tanah Air di Sherpa G20.

Suguhan itu semakin menambah daya tarik bagi masyarakat dunia berwisata ke Indonesia untuk merasakan pengalaman otentik dengan menikmati berbagai potensi kekayaan lokal.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kelor "Mutiara Hijau" dari NTT yang mendunia lewat Sherpa G20

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024