Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu menyampaikan keprihatinannya terhadap peristiwa kebakaran yang melanda Kampung Adat Nggela di Kabupaten Ende, Pulau Flores pada Senin (29/10).
"Kami sangat prihatin dengan peristiwa kebakaran itu, karena kampung adat ini merupakan salah satu aset penting pariwisata kita yang selama ini banyak dikunjungi wisatawan," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa (30/10).
Ia mengatakan hal itu menanggapi peristiwa kebakaran Kampung Adat Nggela di Kecamatan Wologita, Kabupaten Ende yang melenyapkan sekitar 31 bangunan rumah di antaranya berupa 22 rumah adat dan sisanya rumah warga.
Sebelumnya, kebakaran juga melanda perkampungan adat Gurusina di Kabupaten Ngada, Pulau Flores serta rumah adat di Pulau Sumba.
Marius mengaku telah berkomunikasi dengan pemangku adat di Kampung Nggela dan diketahui peristiwa itu muncul diluar dugaan warga setempat karena api mendadak muncul dari atap sebuah rumah.
"Warga juga merasakan ada keanehan karena tiba-tiba api muncul sementara ada penghuni di dalam yang tidak tahu sama sekali, setelah ada warga yang teriak dari luar baru diketahui ada kebakaran itu," katanya.
Baca juga: Kampung adat Bondo Maroto ludes terbakar
Ia mengemukakan kebakaran menjadi semakin luas karena kondisi angin kencang yang membuat api dengan cepat menyambar rumah-rumah adat lain di sekitarnya yang semuanya beratap alang-alang.
Untuk itu pihaknya merasa sangat prihatin dengan peristiwa tersebut karena kampung adat menjadi salah satu tujuan wisata budaya yang menyimpan daya tarik tersendiri, terutama bagi wisatawan asing.
"Kampung adat Nggela ini merupakan kampung tua, dan merupakan situs budaya pariwisata yang selalu dikunjungi oleh wisatawan mancanegara," katanya.
Marius meminta pihak Kepolisian setempat untuk menyelidiki kebakaran tersebut. Selain itu, ia juga mengimbau warga di kampung-kampung adat lainnya agar lebih antisipatif.
"Warga harus tetap memperhatikan dan mengontrol sumber-sumber api di dalam rumah adat seperti dari tungku masak, serta instalasi listrik yang terkadang kurang bersahabat,"
Baca juga: Kampung adat Gurusina di Ngada terbakar
"Kami sangat prihatin dengan peristiwa kebakaran itu, karena kampung adat ini merupakan salah satu aset penting pariwisata kita yang selama ini banyak dikunjungi wisatawan," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa (30/10).
Ia mengatakan hal itu menanggapi peristiwa kebakaran Kampung Adat Nggela di Kecamatan Wologita, Kabupaten Ende yang melenyapkan sekitar 31 bangunan rumah di antaranya berupa 22 rumah adat dan sisanya rumah warga.
Sebelumnya, kebakaran juga melanda perkampungan adat Gurusina di Kabupaten Ngada, Pulau Flores serta rumah adat di Pulau Sumba.
Marius mengaku telah berkomunikasi dengan pemangku adat di Kampung Nggela dan diketahui peristiwa itu muncul diluar dugaan warga setempat karena api mendadak muncul dari atap sebuah rumah.
"Warga juga merasakan ada keanehan karena tiba-tiba api muncul sementara ada penghuni di dalam yang tidak tahu sama sekali, setelah ada warga yang teriak dari luar baru diketahui ada kebakaran itu," katanya.
Baca juga: Kampung adat Bondo Maroto ludes terbakar
Ia mengemukakan kebakaran menjadi semakin luas karena kondisi angin kencang yang membuat api dengan cepat menyambar rumah-rumah adat lain di sekitarnya yang semuanya beratap alang-alang.
Untuk itu pihaknya merasa sangat prihatin dengan peristiwa tersebut karena kampung adat menjadi salah satu tujuan wisata budaya yang menyimpan daya tarik tersendiri, terutama bagi wisatawan asing.
"Kampung adat Nggela ini merupakan kampung tua, dan merupakan situs budaya pariwisata yang selalu dikunjungi oleh wisatawan mancanegara," katanya.
Marius meminta pihak Kepolisian setempat untuk menyelidiki kebakaran tersebut. Selain itu, ia juga mengimbau warga di kampung-kampung adat lainnya agar lebih antisipatif.
"Warga harus tetap memperhatikan dan mengontrol sumber-sumber api di dalam rumah adat seperti dari tungku masak, serta instalasi listrik yang terkadang kurang bersahabat,"
Baca juga: Kampung adat Gurusina di Ngada terbakar