Labuan Bajo (ANTARA) - Entomolog kesehatan dari Provinsi Nusa Tenggara Timur Acep Effendi mengatakan virus demam berdarah juga bisa ditularkan melalui nyamuk yang infektif tertular dari induk yang mengandung virus dengue atau disebut transmisi transovarial.
"Misalnya hari ini induknya menggigit pasien demam berdarah, lalu bertelur. Virus dengue atau penyebab demam berdarah dari induk telah masuk ke telur itu, sehingga ketika telur menetas, nyamuk sudah siap menularkan virus kepada manusia," kata Acep Effendi yang juga menjadi bagian dari Perhimpunan Entomolog Kesehatan Indonesia ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Kamis, (13/10/2022).
Transmisi transovarial itu menyebabkan banyak kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi pada musim hujan. Apalagi telur nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus dapat hidup baik pada musim hujan (basah) maupun saat kondisi kering sekalipun.
Acep menjelaskan nyamuk dapat meninggalkan telurnya pada tempat yang berpotensi menjadi tempat penampungan air khususnya pada musim hujan seperti pelepah pisang, batu karang, lubang di pohon, bambu, tempurung kelapa, air payau, botol air mineral, kaleng, bahkan plastik.
Ketika basah, telur akan menetas menjadi jentik dan siap menjadi nyamuk dewasa yang bisa menularkan virus. Jika musim hujan berhenti, telur nyamuk yang belum sempat menetas tidak langsung mati. Namun telur nyamuk itu bisa bertahan enam bulan hingga satu tahun tanpa direndam air dan bisa menetas saat basah.
"Itulah mengapa ketika musim hujan kasusnya bermunculan," katanya.
Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang sering berada di dalam rumah dan Aedes Albocpictus yang sering berada di luar rumah. Kedua nyamuk ini berada tidak jauh dari lingkungan pemukiman warga.
Dia menjelaskan nyamuk Aedes tidak hanya hidup di air bersih, di dalam rumah saja, dan menggigit pada waktu-waktu tertentu. Kini nyamuk Aedes bisa hidup di air kotor sekalipun seperti limbah. Lalu, nyamuk ini juga menggigit manusia baik pagi, siang, sore, hingga malam hari.
Dengan berbagai kondisi ini, Acep menekankan pentingnya kebersihan lingkungan untuk memutus rantai perkembangbiakan nyamuk. Gerakan 3M yakni Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang tempat yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk bertujuan untuk mencegah telur nyamuk yang telah terinfeksi virus dengue dari induk nyamuk itu menetas dan menularkan virus tersebut kepada manusia.
"Jangan sibuk di dalam rumah tapi terlena di luar rumah. Ada (nyamuk, red.) di kebun, belakang rumah, seng, banyak daun yang menutup bubungan atap, bahkan air payau, karena itu bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah," katanya.
Dia menekankan pentingnya kebersihan lingkungan menjadi hal mutlak. Dengan melakukan pembersihan lingkungan, maka sebisa mungkin masyarakat menghindari kontak dengan nyamuk karena telah menghentikan perkembangbiakan nyamuk.
Acep menekankan pentingnya kolaborasi baik masyarakat dan pemerintah untuk menuntaskan kasus demam berdarah dan mencegah terjadinya peningkatan kasus.
Dia meminta adanya gerakan masyarakat yang massal dan masif dalam menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah penularan demam berdarah.
"Perilaku masyarakat ini paling penting. Pemimpin wilayah mulai dari RT, kepala desa, lurah, camat, hingga kepala daerah harus menggerakkan masyarakat untuk melakukan kebersihan lingkungan," lanjut dia.
Selain melakukan langkah pencegahan, Acep mengimbau warga untuk segera membawa anggota keluarga yang mengalami demam dan panas tinggi ke fasilitas kesehatan saat musim hujan ini.
Baca juga: Manggarai Timur fokus lakukan PSN atasi penyebaran DBD
Sering kali, katanya, terjadi banyak korban meninggal karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Menurutnya, pengasapan bukan pengendalian yang baik, namun menjadi alternatif terakhir yang digunakan untuk membunuh nyamuk dewasa yang telah terinfeksi dari induknya.
Baca juga: Pemkab Nagekeo imbau warga tingkatkan kebersihan lingkungan untuk cegah DBD
Mengingat DBD tidak memiliki obat penyembuh, katanya, maka tindakan pencegahan dengan cara pembersihan lingkungan untuk mematikan vektor pembawa adalah hal utama yang harus dilakukan bersama oleh semua pihak.
"Misalnya hari ini induknya menggigit pasien demam berdarah, lalu bertelur. Virus dengue atau penyebab demam berdarah dari induk telah masuk ke telur itu, sehingga ketika telur menetas, nyamuk sudah siap menularkan virus kepada manusia," kata Acep Effendi yang juga menjadi bagian dari Perhimpunan Entomolog Kesehatan Indonesia ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Kamis, (13/10/2022).
Transmisi transovarial itu menyebabkan banyak kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi pada musim hujan. Apalagi telur nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus dapat hidup baik pada musim hujan (basah) maupun saat kondisi kering sekalipun.
Acep menjelaskan nyamuk dapat meninggalkan telurnya pada tempat yang berpotensi menjadi tempat penampungan air khususnya pada musim hujan seperti pelepah pisang, batu karang, lubang di pohon, bambu, tempurung kelapa, air payau, botol air mineral, kaleng, bahkan plastik.
Ketika basah, telur akan menetas menjadi jentik dan siap menjadi nyamuk dewasa yang bisa menularkan virus. Jika musim hujan berhenti, telur nyamuk yang belum sempat menetas tidak langsung mati. Namun telur nyamuk itu bisa bertahan enam bulan hingga satu tahun tanpa direndam air dan bisa menetas saat basah.
"Itulah mengapa ketika musim hujan kasusnya bermunculan," katanya.
Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang sering berada di dalam rumah dan Aedes Albocpictus yang sering berada di luar rumah. Kedua nyamuk ini berada tidak jauh dari lingkungan pemukiman warga.
Dia menjelaskan nyamuk Aedes tidak hanya hidup di air bersih, di dalam rumah saja, dan menggigit pada waktu-waktu tertentu. Kini nyamuk Aedes bisa hidup di air kotor sekalipun seperti limbah. Lalu, nyamuk ini juga menggigit manusia baik pagi, siang, sore, hingga malam hari.
Dengan berbagai kondisi ini, Acep menekankan pentingnya kebersihan lingkungan untuk memutus rantai perkembangbiakan nyamuk. Gerakan 3M yakni Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang tempat yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk bertujuan untuk mencegah telur nyamuk yang telah terinfeksi virus dengue dari induk nyamuk itu menetas dan menularkan virus tersebut kepada manusia.
"Jangan sibuk di dalam rumah tapi terlena di luar rumah. Ada (nyamuk, red.) di kebun, belakang rumah, seng, banyak daun yang menutup bubungan atap, bahkan air payau, karena itu bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah," katanya.
Dia menekankan pentingnya kebersihan lingkungan menjadi hal mutlak. Dengan melakukan pembersihan lingkungan, maka sebisa mungkin masyarakat menghindari kontak dengan nyamuk karena telah menghentikan perkembangbiakan nyamuk.
Acep menekankan pentingnya kolaborasi baik masyarakat dan pemerintah untuk menuntaskan kasus demam berdarah dan mencegah terjadinya peningkatan kasus.
Dia meminta adanya gerakan masyarakat yang massal dan masif dalam menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah penularan demam berdarah.
"Perilaku masyarakat ini paling penting. Pemimpin wilayah mulai dari RT, kepala desa, lurah, camat, hingga kepala daerah harus menggerakkan masyarakat untuk melakukan kebersihan lingkungan," lanjut dia.
Selain melakukan langkah pencegahan, Acep mengimbau warga untuk segera membawa anggota keluarga yang mengalami demam dan panas tinggi ke fasilitas kesehatan saat musim hujan ini.
Baca juga: Manggarai Timur fokus lakukan PSN atasi penyebaran DBD
Sering kali, katanya, terjadi banyak korban meninggal karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Menurutnya, pengasapan bukan pengendalian yang baik, namun menjadi alternatif terakhir yang digunakan untuk membunuh nyamuk dewasa yang telah terinfeksi dari induknya.
Baca juga: Pemkab Nagekeo imbau warga tingkatkan kebersihan lingkungan untuk cegah DBD
Mengingat DBD tidak memiliki obat penyembuh, katanya, maka tindakan pencegahan dengan cara pembersihan lingkungan untuk mematikan vektor pembawa adalah hal utama yang harus dilakukan bersama oleh semua pihak.