Kupang (ANTARA) - Penasehat Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Pdt Dr Andreas A Yewangoe mengatakan BPIP telah menyiapkan 17 buku pendidikan Pancasila untuk kebutuhan pendidikan bagi lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga lembaga perguruan tinggi.
"BPIP sudah menyusun dan segera menerbitkan 17 buku tentang pendidikan Pancasila yang membahas pendidikan Pancasila mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi," kata Panasehat Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Pdt Dr Andreas A Yewangoe di Kupang Kamis, (20/10/2022)
Dr Andreas A Yewangoe berada di Kupang untuk memberikan materi dalam kegiatan Konsultasi Nasional Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) ke XV di Kota Kupang yang berlangsung 20-23 Oktober 2022.
Ia mengatakan struktur buku pendidikan Pancasila itu berbeda yang dihasilkan BPIP dengan pendidikan moral pancasila (PMP) yang lebih menitik beratkan pada doktrin.
"Buku pendidikan Pancasila yang dihasilkan BPIP dibuat dengan struktur sedemikian rupa sehingga 30 persen saja yang sifatnya teori dan 70 persen dalam buku itu sifatnya praktis," tegas Dr Andreas A Yewangoe.
Menurut dia apabila 17 buku itu diterapkan mulai dari lembaga pendidikan PAUD hingga lembaga perguruan tinggi lebih praktis dilakukan dan diterapkan para siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Ia menegaskan negara RI harus kembali ke filsafat asli yang dianut dan dijalankan bangsa Indonesia seperti semangat gotong royong, namun semangat gotong royong menghadapi banyak tantangan oleh berbagai perkembangan.
"Tantangan yang paling besar adalah tantangan modernitas yang menekankan kepada individulitas di atas komunalitas yang sangat mendominasi. Kita melihat perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat yang berdampak banyak orang sibuk dengan diri sendiri dengan bermain hand phone sekalipun berada dalam suatu komunitas. Hal ini merupakan tantangan yang nyata," kata Andreas A Yewangoe.
Menurut dia apabila kita ingin kembali pada prinsip gotong royong maka gotong royong itu harus diartikan kembali dengan apa yang dimaksudkan gotong royong seperti dalam pemahaman masyarakat yang didominasi masyarakat agraris atau harus berpikir secara baru dengan mempertahankan kekeluargaan dalam kemajuan yang terus berkembang saat ini.
"Mungkin dengan label gotong royong tetapi dengan pemahaman yang baru dengan mempertimbangkan berbagai kemajuan," kata Andreas A Yewangoe.
Menurutnya hal itu tidaklah mudah karena Indonesia bersama negara-negara lain menghadapi banyak perkembangan pada masa depan.
Baca juga: Artikel - Membawa Pancasila ke ajang R20
Baca juga: Romo Benny: ASN hendaknya selalu patuh terhadap nilai Pancasila
"BPIP sudah menyusun dan segera menerbitkan 17 buku tentang pendidikan Pancasila yang membahas pendidikan Pancasila mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi," kata Panasehat Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Pdt Dr Andreas A Yewangoe di Kupang Kamis, (20/10/2022)
Dr Andreas A Yewangoe berada di Kupang untuk memberikan materi dalam kegiatan Konsultasi Nasional Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) ke XV di Kota Kupang yang berlangsung 20-23 Oktober 2022.
Ia mengatakan struktur buku pendidikan Pancasila itu berbeda yang dihasilkan BPIP dengan pendidikan moral pancasila (PMP) yang lebih menitik beratkan pada doktrin.
"Buku pendidikan Pancasila yang dihasilkan BPIP dibuat dengan struktur sedemikian rupa sehingga 30 persen saja yang sifatnya teori dan 70 persen dalam buku itu sifatnya praktis," tegas Dr Andreas A Yewangoe.
Menurut dia apabila 17 buku itu diterapkan mulai dari lembaga pendidikan PAUD hingga lembaga perguruan tinggi lebih praktis dilakukan dan diterapkan para siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Ia menegaskan negara RI harus kembali ke filsafat asli yang dianut dan dijalankan bangsa Indonesia seperti semangat gotong royong, namun semangat gotong royong menghadapi banyak tantangan oleh berbagai perkembangan.
"Tantangan yang paling besar adalah tantangan modernitas yang menekankan kepada individulitas di atas komunalitas yang sangat mendominasi. Kita melihat perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat yang berdampak banyak orang sibuk dengan diri sendiri dengan bermain hand phone sekalipun berada dalam suatu komunitas. Hal ini merupakan tantangan yang nyata," kata Andreas A Yewangoe.
Menurut dia apabila kita ingin kembali pada prinsip gotong royong maka gotong royong itu harus diartikan kembali dengan apa yang dimaksudkan gotong royong seperti dalam pemahaman masyarakat yang didominasi masyarakat agraris atau harus berpikir secara baru dengan mempertahankan kekeluargaan dalam kemajuan yang terus berkembang saat ini.
"Mungkin dengan label gotong royong tetapi dengan pemahaman yang baru dengan mempertimbangkan berbagai kemajuan," kata Andreas A Yewangoe.
Menurutnya hal itu tidaklah mudah karena Indonesia bersama negara-negara lain menghadapi banyak perkembangan pada masa depan.
Baca juga: Artikel - Membawa Pancasila ke ajang R20
Baca juga: Romo Benny: ASN hendaknya selalu patuh terhadap nilai Pancasila