Pemkab Lembata ajak warga jalankan program P2L atasi stunting

id stunting,p2l,pertanian,pekarangan pangan lestari,ketahanan pangan,gizi,anak stunting,lembata,lewoleba,flores,ntt

Pemkab Lembata ajak warga jalankan program P2L atasi stunting

Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan pada anak di Kabupaten Lembata, NTT. (ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi)

Program dinas untuk mengatasi stunting adalah P2L dan sudah ada 20-an kelompok di sini yang menanam sayuran di pekarangan rumah...

Labuan Bajo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur mengajak keterlibatan masyarakat dalam program pertanian pangan lestari atau yang lebih dikenal dengan Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) sebagai salah satu langkah kolaborasi penanganan stunting di wilayah tersebut.

"Program dinas untuk mengatasi stunting adalah P2L dan sudah ada 20-an kelompok di sini yang menanam sayuran di pekarangan rumah," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Lembata Kanisius Tuaq ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Manggarai Barat, Senin, (16/1/2023).

Dari data dinas kesehatan setempat per November 2022, jumlah balita stunting yang tersebar pada 12 kecamatan di kabupaten tersebut sebanyak 1.185 orang dengan prevalensi kasus 14,9 persen.

Sebagai bentuk kolaborasi percepatan penurunan stunting, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lembata berupaya mewujudkan kemandirian pangan keluarga lewat program P2L. Melalui program tersebut, pekarangan rumah menjadi sangat potensial sebagai sumber pangan keluarga untuk mendukung upaya pemerintah dalam menangani masalah stunting.

Dalam Program P2L, keluarga atau kelompok masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan, lahan tidur atau lahan kosong yang tidak produktif untuk ditanami berbagai kebutuhan pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. Mereka bisa menanam sayur, buah, dan tanaman obat-obatan lain di pekarangan rumah. Dengan demikian, ibu hamil dan anak stunting di masing-masing rumah bisa mendapatkan asupan gizi yang cukup.

Dia juga menyebut program itu dapat menjadi solusi pemenuhan pangan keluarga yang sehat dan mampu menekan angka stunting apabila dijalankan dengan benar.

"Selain itu ada program kegiatan pengolahan pangan lokal berupa lomba pangan lokal. Jadi walau produksi tersedia tetapi cara mengolah tidak sesuai, maka minat orang makan atau selera makan berkurang bahkan kandungan gizi akan menurun," ungkapnya.

Baca juga: Dinkes Lembata perkuat PSN cegah penyebaran DBD

Baca juga: BPOLBF perkenalkan produk ekraf NTT lewat Pameran Ekraf Exotic di Jakarta