Emas merosot 9,7 dolar AS

id harga emas,emas berjangka,bursa Comex,inflasi tinggi,bunga Fed

Emas merosot 9,7 dolar AS

Ilustrasi - Emas batangan dan uang kertas dolar AS dalam brankas. ANTARA/REUTERS/Heinz-Peter Bader/aa.

Laporan PCE menunjukkan bahwa Fed perlu berbuat lebih banyak...

Chicago (ANTARA) - Emas berjangka merosot pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu, 24/02 pagi WIB), memperpanjang kerugian untuk hari kelima berturut-turut dan mencatat penurunan selama empat minggu beruntun, karena investor bereaksi terhadap data Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS yang lebih tinggi dari perkiraan.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 9,7 dolar AS atau 0,53 persen menjadi ditutup pada 1.817,10 dolar AS per ounce. Untuk minggu ini, kontrak berjangka emas kehilangan 23,3 dolar AS atau 1,80 persen.

Emas berjangka tergelincir 14,70 dolar AS atau 0,80 persen menjadi 1.826,80 dolar AS pada Kamis (23/2/2023), setelah turun tipis satu dolar AS atau 0,05 persen menjadi pada 1.841,50 dolar AS pada Rabu (22/2/2023), dan jatuh 7,70 dolar AS atau 0,42 persen menjadi 1.842,50 dolar AS pada Selasa (21/2/2023).

Presiden Federal Reserve Cleveland, Loretta Mester mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNBC pada Jumat (24/2/2023) bahwa dia belum memutuskan apakah dia ingin bank sentral menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan berikutnya pada Maret.

"Laporan PCE menunjukkan bahwa Fed perlu berbuat lebih banyak," kata Loretta Mester. “Sungguh menggembirakan bahwa inflasi menurun dari puncak (nya), tetapi dibutuhkan lebih banyak lagi.”

Presiden Joe Biden, dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih, setuju. "Laporan hari ini menunjukkan kita telah membuat kemajuan pada inflasi, tetapi kita memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan."

Baca juga: Emas jatuh tertekan ekspektasi kenaikan suku bunga Fed

Baca juga: Emas Antam hari ini turun Rp4.000 per gram


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Emas merosot 9,7 dolar karena data inflasi lebih tinggi dari perkiraan