Artikel - Menghilangkan rasa dahaga di Malaka
Cuaca yang panas terik, ditambah menghadapi fenomena El Nino, memang membuat wilayah yang berbatasan dengan negara Timor Leste tersebut sulit mendapatkan air bersih...
Kabupaten Malaka (ANTARA) - "Wa hemu sosa hai Ti'an" tulah tulisan pada karton yang dibentangkan para pelajar SMA Plus Santo Albertus, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, yang artinya "Air Kini tak Beli Lagi."
Cuaca yang panas terik, ditambah menghadapi fenomena El Nino, memang membuat wilayah yang berbatasan dengan negara Timor Leste tersebut sulit mendapatkan air bersih, maupun air siap konsumsi.
Yohanes Kelvin Akoit (18) adalah siswa Kelas 3 SMA Plus St Albertus, yang membentangkan tulisan tersebut saat peresmian Instalasi Pengelolaan Air Terpadu di Malaka, Senin (18/12). Tulisan pada kertas karton itu merupakan wujud syukur setelah Kementerian Sosial (Kemensos) memasang mesin pengelola air, Reverse Osmosis (RO). Teknologi RO tersebut mampu mengubah air sumur menjadi siap minum.
Sebelumnya, untuk menghilangkan dahaga saja, Kelvin dan teman-temannya harus merogoh Rp500 untuk membeli 1 gelas air mineral berisi 240 ml. Kebutuhan air minum semakin besar, saat harus menghadapi cuaca panas di tengah pembelajaran.
Dulu mereka harus membeli air minum, apalagi cuaca di Malaka sangat panas sehingga mereka bisa menghabiskan 4 dus di sekolah dalam satu hari.
Dengan bantuan tersebut, Kelvin berharap ia dan teman-temannya bisa menghemat pengeluaran untuk membeli air minum, sekaligus bisa membawa botol air untuk diisi.
Wajah penuh harapan para pelajar SMA Plus St Albertus juga semakin ceria dengan kedatangan Menteri Sosial Tri Rismaharini, yang mencicipi langsung air siap minum dari instalasi pengelolaan air RO tersebut.
Mensos Risma mengungkap perhatiannya pada kebutuhan air bersih bagi pertumbuhan anak.
Di beberapa daerah, Mensos menemukan banyak warga dalam satu komunitas yang disabilitas. Setelah ditelusuri, ternyata sumber air yang dikonsumsi mengandung logam dan bakteri.
Sementara di Malaka, sumber air cukup bersih, artinya tidak banyak mengandung zat berbahaya. Untuk di sekolah, Mensos secara khusus memasang RO agar anak-anak bisa langsung mengonsumsi air bersih.
"Kenapa air siap minum kalau di sekolah? Karena seringkali anak-anak tidak membawa bekal. Maka air ini bisa langsung siap diminum, sehingga anak-anak tidak perlu membawa bekal atau meminta uang saku untuk membeli minum karena haus," kata Mensos.
Kemensos memasang 18 instalasi pengolahan air terpadu siap minum di 18 titik, termasuk di sekolah tersebut. Instalasi pengolah air lainnya dipasang di gereja, mesjid, sekolah, dan perkampungan di Kabupaten Malaka.
RO berkapasitas 1.500 liter dipasang di 15 titik, kapasitas 3.000 liter di 1 titik, dan kapasitas 6.000 liter di 2 titik.
Pemberdayaan warga
Cuaca yang panas terik, ditambah menghadapi fenomena El Nino, memang membuat wilayah yang berbatasan dengan negara Timor Leste tersebut sulit mendapatkan air bersih, maupun air siap konsumsi.
Yohanes Kelvin Akoit (18) adalah siswa Kelas 3 SMA Plus St Albertus, yang membentangkan tulisan tersebut saat peresmian Instalasi Pengelolaan Air Terpadu di Malaka, Senin (18/12). Tulisan pada kertas karton itu merupakan wujud syukur setelah Kementerian Sosial (Kemensos) memasang mesin pengelola air, Reverse Osmosis (RO). Teknologi RO tersebut mampu mengubah air sumur menjadi siap minum.
Sebelumnya, untuk menghilangkan dahaga saja, Kelvin dan teman-temannya harus merogoh Rp500 untuk membeli 1 gelas air mineral berisi 240 ml. Kebutuhan air minum semakin besar, saat harus menghadapi cuaca panas di tengah pembelajaran.
Dulu mereka harus membeli air minum, apalagi cuaca di Malaka sangat panas sehingga mereka bisa menghabiskan 4 dus di sekolah dalam satu hari.
Dengan bantuan tersebut, Kelvin berharap ia dan teman-temannya bisa menghemat pengeluaran untuk membeli air minum, sekaligus bisa membawa botol air untuk diisi.
Wajah penuh harapan para pelajar SMA Plus St Albertus juga semakin ceria dengan kedatangan Menteri Sosial Tri Rismaharini, yang mencicipi langsung air siap minum dari instalasi pengelolaan air RO tersebut.
Mensos Risma mengungkap perhatiannya pada kebutuhan air bersih bagi pertumbuhan anak.
Di beberapa daerah, Mensos menemukan banyak warga dalam satu komunitas yang disabilitas. Setelah ditelusuri, ternyata sumber air yang dikonsumsi mengandung logam dan bakteri.
Sementara di Malaka, sumber air cukup bersih, artinya tidak banyak mengandung zat berbahaya. Untuk di sekolah, Mensos secara khusus memasang RO agar anak-anak bisa langsung mengonsumsi air bersih.
"Kenapa air siap minum kalau di sekolah? Karena seringkali anak-anak tidak membawa bekal. Maka air ini bisa langsung siap diminum, sehingga anak-anak tidak perlu membawa bekal atau meminta uang saku untuk membeli minum karena haus," kata Mensos.
Kemensos memasang 18 instalasi pengolahan air terpadu siap minum di 18 titik, termasuk di sekolah tersebut. Instalasi pengolah air lainnya dipasang di gereja, mesjid, sekolah, dan perkampungan di Kabupaten Malaka.
RO berkapasitas 1.500 liter dipasang di 15 titik, kapasitas 3.000 liter di 1 titik, dan kapasitas 6.000 liter di 2 titik.
Pemberdayaan warga