Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau nelayan, pelaku wisata bahari, dan operator kapal, agar mewaspadai pertumbuhan awan Cumulonimbus atau awan hitam yang berpotensi menimbulkan angin kencang berdurasi singkat, serta hujan lebat, dan petir.
"Kondisi ini bisa menyebabkan gelombang naik lebih tinggi dari yang diprakirakan dan berisiko bagi kapal kecil maupun wisata di perairan terbuka," kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Seran di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin.
Maria menambahkan saat ini wilayah Manggarai Barat telah memasuki musim hujan, sehingga tinggi gelombang di perairan laut akan bervariatif.
Secara umum, kata dia, kenaikan tinggi gelombang akibat awan Cumulonimbus dan hujan petir bisa bervariasi tergantung intensitas sistem dari awannya.
"Misalnya ada kumpulan awan Cumulonimbus yang cukup banyak dan kadang bisa ditandai dengan suara petir yang sangat besar, maka angin kencangnya bisa sangat kuat atau squall line, dan potensi kenaikannya bisa lebih dari dua meter secara lokal dan hanya terjadi sesaat," ungkap Maria.
Maria meminta para nelayan, pelaku wisata bahari, dan operator kapal, agar menunda keberangkatan atau pelayaran kapal wisata jika melihat ada awan gelap menjulang di langit.
"Namun bagi yang sudah berada di laut, segera cari perlindungan di pulau terdekat atau teluk yang aman hingga cuaca kembali membaik dan diharapkan tetap pantau informasi cuaca dari BMKG dan selalu utamakan keselamatan di laut," katanya.
Sebelumnya BMKG mengingatkan masyarakat mewaspadai potensi gelombang laut setinggi 2,5 meter di sejumlah wilayah perairan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Senin hingga Kamis (10-13/11).
“Sejumlah wilayah perairan NTT berpotensi gelombang laut setinggi 1,25 hingga 2,5 meter pada 10 hingga 13 November 2025,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Kupang Yandri Anderudson Tungga.
Ia mengatakan tinggi gelombang tersebut berpeluang terjadi di wilayah perairan Selat Sape bagian selatan, Selat Flores-Lamakera, perairan selatan Flores, perairan selatan Alor-Pantar, Selat Sumba bagian barat, Laut Sawu, perairan selatan Sumba, perairan utara Sabu-Raijua, perairan utara Kupang-Rote, perairan selatan Sabu-Raijua, dan perairan selatan Timor-Rote.
Sementara itu pola angin di NTT pada umumnya bergerak dari arah tenggara menuju barat daya dengan kecepatan angin berkisar 8 sampai 30 knot.
“Waspada terhadap awan Cumulonimbus (awan gelap seperti bunga kol) yang dapat meningkatkan tinggi gelombang serta perubahan arah dan kecepatan angin secara signifikan dan tiba-tiba,” kata Yandri.
Ia mengatakan BMKG telah menerbitkan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku sejak Senin (10/11) sampai dengan Kamis (13/10).
Selain itu pihaknya menyarankan mengutamakan keselamatan pelayaran kepada pengguna jasa transportasi laut.
“Bagi pengguna perahu nelayan waspada bila kecepatan angin mencapai 15 knot dan tinggi gelombang mencapai 1,25 meter, sedangkan operator kapal tongkang waspada bila kecepatan angin mencapai 16 knot dan tinggi gelombang mencapai 1,5 meter,” kata Yandri.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG ingatkan bahaya awan Cumulonimbus bagi nelayan & wisata bahari

