Oecusse Masih Bergantung dari Indonesia

id Oecusi

 Oecusse Masih Bergantung dari Indonesia

Warga Timor Leste yang bermukim di Oecusse, masih membutuhkan sembako dari Indonesia

Warga Negara Timor Leste yang bermukim di Oecusse, masih bergantung pada pasokan sembako dari Indonesia.
Oecusse, Timor Leste (Antara NTT) - Warga Negara Timor Leste yang bermukim di Oecusse, wilayah berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur masih bergantung pada pasokan sembako dari Indonesia.

"Terutama kebutuhan sembako seperti makanan cepat saji, minyak goreng kemasan serta kebutuhan akan bahan bangunan semuanya masih dari Indonesia terutama dari Kupang, Kefa dan Atambua," kata seorang warga Oecusse Ano Carlos kepada Antara di Oecusse, Timor Leste Rabu, (15/3).

Menurut dia, sejumlah penyalur alias importir di daerah yang oleh Pemerintah Timor Leste akan dijadikan sebagai satu kawasan atau zona khusus pengembangan ekonomi terpadu itu masih mendatangkan sejumlah kebutuhan pokok masyarakat dari Kota Kupang, Atambua di Kabupaten Belu dan juga Kefamenanu sebagai wilayah ibu kota Kabupaten TTU.

"Kalau didatangkan dari Atambua di Kabupaten Belu maka akan melalui Wini dan jika dari Kefamenanu dan Kota Kupang maka akan melalui Osilio," katanya.

Dia mengatakan pemenuhan kebutuhan sehari-hari warga yang dipasok dari Indonesia khususnya dari tiga daerah (kabupaten) Indonesia ini sudah berlangsung sejak bekas kabupaten di era Tmor Timor masih menjadi Provinsi ke-27 Indonesia itu kepas dari pangkuan NKRI pada 1999 silam, pascajajak pendapat.

Apalagi secara genealogis dan kultur serta adat istiadat yang dianut warga di Oecusse dan di Kefamenanu serta Kabupaten Kupang, masih satu nenek moyang.

"Kami ini punya kekerabatan yang sama dan mengalir darah serta budaya sama. Dan oleh karenannya kami tidak merasa berbeda dengan orang Indonesia kelahiran TTU dan Kabupaten kupang," katanya.

Berdasar fakta itulah, lanjut dia kehidupan warga di tapal batas khusus di dua wilayah itu masih sangat terawat baik dan dalam kondisi yang damai tanpa ada perselisihan apapun. Meskipun di beberapa titik masih ada sejumlah riak persoalan btas wilayah yang menurut dia hanya akan bisa diselesaikan secara baik melalui pendekatan adat.

"Jika yang digunakan penyelesaian menggunakan sistem kenegaraan maka saya yakin tidak akan tuntas. Kami ini masih keluarga dan sedarah dan oleh karenannya penyelesaiannya harus dilakukan dengan cara adat," kata dia berharap.