Kupang (ANTARA) - Kepala Kepolisian Resor (Polres) Flores Timur (Flotim), AKBtoP Deny Abrahams, mengemukakan para tokoh adat dari dua suku yang berkonflik memperebutkan lahan di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, telah menyatakan komitmen untuk menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) tetap kondusif.
“Kami sudah lakukan pendekatan kepada tokoh adat dari dua suku yang berkonflik di Sandosi dan kedua belah pihak menyatakan berkomitmen untuk menjaga situasi kamtibmas saat ini agar tetap kondusif,” katanya ketika dihubungi ANTARA dari Kupang, Sabtu (7/3).
Dia mengatakan, tokoh adat dari kedua suku yakni suku Kwaelaga dan suku Lamatokan menyadari bahwa peristiwa “perang tanding” yang telah merenggut enam korban jiwa merupakan sebuah musibah dan mereka tidak menginginkan terjadi lagi.
Baca juga: Konflik antarwarga memperebutkan lahan pecah di Pulau Adonara
“Mereka menyatakan siap membantu aparat keamanan menjaga situasi tetap aman dan kondusif,” kata Deny Abrahams.
Dia menambahkan, meski demikian aparat keamanan TNI-Polri setempat serta personel Bantuan Kendali Operasi (BKO) dari daerah lain dengan jumlah lebih keseluruhan lebih dari 300 personel masih berada di lapangan untuk memastikan situasi tetap aman dan tekendali.
Sebelumnya, konflik “perang tanding” antarawarga dari dua suku di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur pecah pada Kamis (5/3) pagi sekitar Pukul 10.00 WITA di lahan perkebunan Wulen Wata, sekitar Pantai Bani.
Konflik tersebut menelan korban jiwa sebanyak enam orang masing-masing di antaranya, MKK (80), YMS (70), YOT (56), dan SR (68) dari suku Kwaelaga, sedang dari Suku Lamatokan yakni YH (70) dan WK (80).
Baca juga: Pemakaman enam korban perang tanding di Adonara dijaga ketat aparat
Enam korban yang tewas telah dimakamkan pada Jumat (6/7) yang dihadiri langsung Bupati Flores Timur Antonius Gege Hadjon besama unsur pimpinan kepolisian dan TNI di daerah setempat serta unsur pemerintah di tingkat bawah.
Baca juga: Pemerintah dorong penyelesaian konflik Adonara melalui jalur budaya
Baca juga: Masyarakat jangan terprovokasi dengan "perang tanding" di Adonara