Pengungsi Gempa Lembata Terus Bertambah

id gunung

Pengungsi Gempa Lembata Terus Bertambah

Pengungsi Lembata terus bertambah menjadi 2.172 jiwa dari sebelumnya hanya 1.000 jiwa, akibat wilayah tersebut terus diguncang gempa bumi tektonik. (Foto Pemda Lembata)

Posko Induk Operasi Tanggap Darurat Gempa Lembata di Kabupaten Lembata mencatat jumlah pengungsi pascagempa bumi terus bertambah menjadi 2.172 jiwa dari sebelumnya hanya 1.000 jiwa.
Kupang (Antara NTT) - Posko Induk Operasi Tanggap Darurat Gempa Lembata di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur mencatat jumlah pengungsi pascagempa bumi terus bertambah menjadi 2.172 jiwa dari sebelumnya hanya 1.000 jiwa.

Sekretaris Posko Induk Operasi Tanggap Darurat Gempa Lembata Frans Dangku ketika dihubungi Antara dari Kupang, Kamis, mengatakan jumlah pengungsi tersebut terdiri dari 735 laki-laki dan 948 lainnya merupakan kaum perempuan.

Mereka menyebar di lima titik pengungsian, yakni di Desa Tanjung Tuak di wilayah Ile Ape, Kantor Camat Ile Ape di Desa Laranwutun, bekas rumah jabatan Bupati Lembata di Kota Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata serta titik terakhir di Kedang.

Para pengungsi tersebut berasal dari 10 desa di wilayah Ile Ape, yakni Desa Napasabok tercatat 559 jiwa, Desa Lamagute 351 jiwa, Desa Waimatan 436 jiwa, Desa Lamawolo 289 jiwa, Desa Jontona 12 jiwa, Desa Lamatokan 24 jiwa, Desa Bunga Muda 126 jiwa, Desa Lamawara 363 jiwa dan Desa Aulesa 12 jiwa.

Ia menambahkan kerusakan infrastruktur terparah akibat gempa dalam beberapa hari terakhir ini, antara lain di Desa Napasabok yang mengakibatkan sebuah sekolah dasar Katolik rusak ringan, satu gereja rusak ringan, Talud sepanjang 150 meter rusak berat, tujuh unit rumah warga rusak ringan dan 16 rumah rusak berat.

Di Desa Waimatan terjadi longsor dan jalan retak sepanjang dua kilometer, dua unit WC rusak berat, layanan transportasi lumpuh total, sementara semua rumah penduduk mengalami rusak ringan.

Di Desa Lamatokan, tercatat sebuah Polindes rusak berat dan di Desa Aulesa satu unit SDK rusak ringan, dan satu unit gardu listrik rusak berat.

Pengamat Gunung Ile Ape Lewotolok di Pos Pemantau Gunung Desa Laranwutun Petrus Tupa Taran menjelaskan gempa tektonik yang terus-menerus mengguncang Lembata hampir sepekan belakangan ini, mempengaruhi aktivitas kegempaan vulkanis Gunung Api (Ile Ape) Lewotolok.

Data yang terekam sejak tanggal 11 Oktober 2017 menunjukkan adanya peningkatan aktivitas kegempaan pada gunung api tersebut, namun sampai saat ini status Gunung Api Lewotolok masih di level II (waspada).

Tanggap darurat
Akibat terus meningkatnya gelombang pengungsi, Pemerintah Kabupaten Lembata akhirnya mengeluarkan pernyataan tanggap darurat untuk membantu korban bencana gempa bumi serta mengantisipasi kemungkinan meletusnya Gunung Api Lewotolok.

Bupati Lembata Eliazer Yentji Sunur ketika dihubungi Antara dari Kupang, Jumat, mengatakan pemerintahannya sampai mengeluarkan pernyataan tanggap darurat, karena kondisi kegempaan akan mungkin terus terjadi setelah melihat struktur permukaan tanah dengan dominasi batu bolder sudah tak saling mengikat.

"Batu-batu bolder itu akan dengan mudahnya runtuh menimpah rumah penduduk jika terjadi guncangan. Intensitas gempa memang kecil sejak Selasa (11/10), namun karena porositas tanah juga tidak kompak maka akan terjadi longsoran dan bebatuan pun akan terus berjatuhan," katanya.

"Sampai dengan saat ini kami masih terus berkonsentrasi pada evakuasi warga. Untuk perbaikan rumah warga kami akan lakukan setelah semuanya aman," tambah Bupati Lembata dua periode itu.

Sementara itu, Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday menambahkan bantuan-bantuan kemanusiaan dari para pihak, seperti sikat gigi dan odol, handuk, selimut, perlengkapan perempuan dan balita, serta buku bacaan untuk anak-anak, masih sangat dibutuhkan oleh para pengungsi saat ini.