Italia tetap berharap KTT G20 digelar bahas Afghanistan

id Italia,Afghanistan,ktt g20,taliban,kabul

Italia tetap berharap KTT G20 digelar bahas Afghanistan

PM Italia Mario Draghi. (ANTARA/Reuters)

...Tidak ada negara yang bisa mengklaim memiliki strategi yang jelas pada tahap ini ... tidak ada yang memiliki peta jalan
Roma (ANTARA) - Italia masih berharap untuk mengadakan konferensi tingkat tinggi (KTT) kelompok 20 negara ekonomi utama (G20) khusus untuk membahas situasi Afghanistan, kata Perdana Menteri Mario Draghi, Kamis (2/9).

Italia ingin KTT G20 itu diadakan meskipun belum ada negara yang menyusun strategi menghadapi Taliban.

Italia, yang memegang kursi kepresidenan G20 bergilir untuk tahun ini, sebelumnya telah mengisyaratkan akan mengadakan pertemuan G20 sekali pada pertengahan September.

Draghi mengatakan dia membahas krisis di Afghanistan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis malam dan dengan Presiden China Xi Jinping pada pekan depan.

Namun, setiap pertemuan G20 tidak akan diadakan sebelum sidang PBB bulan ini yang berakhir pada 30 September, kata Draghi.

"Tidak ada negara yang bisa mengklaim memiliki strategi yang jelas pada tahap ini ... tidak ada yang memiliki peta jalan," ujar Draghi dalam konferensi pers.

Mantan kepala Bank Sentral Eropa itu mengatakan negara-negara Uni Eropa harus melakukan upaya yang lebih baik dalam menghadapi masalah migrasi.

Dia mengkritik negara-negara anggota yang menolak untuk menerima lebih banyak pengungsi Afghanistan.

"Uni Eropa...masih tidak mampu menangani krisis seperti itu...beberapa negara sudah mengatakan mereka tidak menginginkan warga Afghanistan. Bagaimana Anda bisa melakukannya?" kata Draghi.

Baca juga: Amerika Serikat serang militan ISIS di Kabul

Baca juga: Meksiko terima lebih banyak jurnalis dan keluarga dari Afghanistan


Austria, di mana lebih dari 40.000 warga Afghanistan mengungsi, telah menegaskan tidak akan menerima pengungsi lagi.

Sementara Hongaria, yang bersikap keras terhadap imigrasi, telah menolak rencana untuk mengakomodasi sejumlah besar pengungsi Afghanistan. (Antara/Reuters)