Jakarta (ANTARA) - Penyanyi solo Teddy Adhitya pada Rabu merilis single “Masa Depan” sebagai bagian karya penutup dalam rangkaian trilogi semesta cerita bertajuk “3” dan merupakan kelanjutan dua karya sebelumnya, “Langit Favoritku” dan “Semestinya”.
Teddy merilis ketiga lagu secara berurutan dan saling bertautan, dimulai dengan single “Langit Favoritku” yang dirilis pada Rabu (25/8) dan “Semestinya” pada pekan lalu (1/9). Melalui “Langit Favoritku”, ia mengenang suatu memori dan kembali ke diri sejati melalui representasi lagu "Semestinya".
Lirik lagu “Masa Depan” ditulis berdasarkan pengalaman pribadi Teddy. Lagu ini berkisah tentang sebuah pencerahan dalam menyikapi keadaan untuk beradaptasi di kehidupan. Ia bercerita bahwa untuk memperbaiki suatu keadaan, semua perubahan harus dimulai dari tiap diri masing-masing.
“Kita terlalu sering berusaha menjinakkan ombak, padahal ombak tidak akan pernah bisa dijinakkan,” cerita Teddy dikutip dari siaran pers, Rabu, (8/9).
“Yang bisa diubah hanyalah mindset kita sendiri tentang bagaimana cara menghadapi ombak yang ganas, dan mengingat bahwa ombak ganas itu tidak akan menetap selamanya,” tambahnya.
“Masa Depan” mengakhiri rangkaian semesta cerita dalam Trilogi “3” dengan optimisme bahwa semua yang pernah terjadi dan yang akan terjadi merupakan perbekalan dan pengharapan untuk “Masa Depan”.
Selain sebagai solois, Teddy Adhitya dikenal sebagai seorang storyteller, penulis lagu, produser musik, bahkan disebut sebagai pengembara yang telah merintis karier di dunia musik sejak 2008.
Pada 2016, Teddy merilis single pertamanya sebagai solois berjudul “In Your Wonderland”. Setelah debutnya, ia segera merilis dua buah album pada 2017 bertajuk “Nothing is Real” dan dua tahun kemudian menelurkan album “Question Mark”.
Trilogi “3” yang terdiri dari lagu “Langit Favoritku”, “Semestinya.”, dan “Masa Depan” sudah dapat dinikmati di berbagai layanan musik digital.
Baca juga: Cinta Laura rilis "Markisa"
Baca juga: Bintang TikTok, Bhagwani gandeng Gustiwana rilis "Tell Me"
Teddy Adhitya rilis single "Masa Depan"
...Kita terlalu sering berusaha menjinakkan ombak, padahal ombak tidak akan pernah bisa dijinakkan