Kupang (AntaraNews NTT) - Pengamat ekonomi Dr James Adam menilai kehadiran investor garam di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, harus memberikan dampak pada ekonomi di kabupaten tersebut.
"Kehadiran investor pada prinsipnya bagus sebab paling tidak memberikan manfaat baik bagi pemerintah maupun petani garam di daerah itu," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa (24/4).
Hal ini disampaikannya berkaitan dengan banyaknya investor baik asing dan lokal yang mengembangkan investasi garamnya di Kabupaten Kupang dalam beberapa bulan terakhir.
Walaupun memberikan manfaat bagi pemerintah dan petani garam, menurut dia, hal yang harus diantisipasi oleh Pemerintah sebagai penguasa wilayah agar benar-benar kehadiran investor itu memberikan warna baru bagi daerah ini dalam asepek ekonomi.
Menurut James yang juga Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) NTT, kehadiran investor untuk membuka pabrik garam di Kabupaten Kupang bisa saja mengurangi pengganguran di daerah itu, bisa juga tidak sama sekali.
Semuanya itu, katanya lagi, bergantung pada kebijakan investor tersebut. Jika investor itu menggunakan banyak tenaga kerja daerah yang walaupun "no skill" bisa saja berpengaruh positif pada angka pengangguran di daerah ini.
Baca juga: Masyarakat dukung investasi garam Rp1,8 triliun
"Akan tetapi, jika investor menggunakan lebih banyak tenaga profesional dari luar daerah dengan alasan daerah ini tidak ada tenaga tersebut, tentu tidak memberikan dampak positif terhadap tren penganggur," ujarnya.
Terkait dengan apakah NTT dapat menjadi provinsi pemasok garam terbesar di Indonesia, mantan dosen Ekonomi Universitas Kristen Kupang ini mengatakan tidak mungkin kalau lahannya hanya seluas seperti di Bipolo.
Madura, Jawa Timur, misalnya, sudah sekian puluh tahun produksi garam nasional dengan luas yang 1/4 luas kecamatan Kupang Timur, menurut dia, belum juga menjadi daerah pemasok garam nasional hingga saat ini.
"Garam rakyat seperti ini `kan bukan saja ada di Kabupaten Kupang, melainkan juga di beberapa daerah lain. Indonesia saja masih mengimpor dari Australia dan India," tambahnya.
Sementara itu, Direktur PT Garam (Persero) Budi Sasongko beberapa waktu lalu mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah mengatur langkah agar ladang garam di Desa Bipolo, Kabupaten Kupang dikelola untuk memenuhi industri garam di Indonesia untuk mengurangi impor garam dari luar negeri.
"Garam di Bipolo sangat bisa dikembangkan untuk garam industri. Saat ini sedang di setting untuk memenuhi industri garam di dalam negeri," ujarnya.
Baca juga: Luas lahan garam mencapai 50.000 hektare
Kehadiran investor garam harus berdampak ekonomi
"Kehadiran investor pada prinsipnya bagus sebab paling tidak memberikan manfaat baik bagi pemerintah maupun petani garam di daerah itu," kata Dr James Adam.